*LEA*
"Harris, ada mobil di depan!" pekik Lea dengan mata membulat menatap sebuah mobil yang melaju di hadapannya dengan kecepatan tinggi.
"Ya, Tuhan!" pekik Harris yang juga terkaget-kaget melihat sebuah mobil tiba-tiba muncul di hadapannya dengan kecepatan tinggi.
Jangankan mencoba menghindar dari hantaman mobil tersebut, menginjak rem pun Harris tidak sempat. Mobil itu tiba-tiba muncul dan menghantam motornya.
BRAAKKKK!
"AAAKHHH!"
Terdengar suara teriakan Harris dan Lea secara bersamaan. Hantaman dari mobil tersebut berhasil membuat Harris terpental jauh hingga beberapa meter dari tempat kejadian.
Tubuhnya terhempas hingga ke bahu jalan dengan sangat keras. Bahkan helm yang ia gunakan untuk menutupi kepalanya pun terlepas dan mengakibatkan cedera kepala yang sangat serius.
Bukan hanya Harris yang mengalami kejadian naas itu, kondisi Lea pun tidak kalah memprihatinkan. Mobil mewah itu sempat menggilas sebelah kakinya dan sebelum ia tidak sadarkan diri, Lea sempat memperhatikan nomor plat mobil yang telah menabraknya.
"9 ... 4 ... 1 ...." Lea pun jatuh dan tak sadarkan diri.
Sementara itu.
"Ya, Tuhan! Apa yang sudah terjadi?" Lelaki itu terus memacu laju mobilnya. Ia bahkan tidak sadar bahwa saat itu kecepatan mobil tersebut sudah melebihi batas kecepatan yang disarankan.
"Semoga mereka tidak apa-apa! Semoga mereka baik-baik saja!" gumamnya dengan wajah panik.
Setelah beberapa saat kemudian, lelaki itu tiba di sebuah apartemen mewah, di mana sang kekasih hati sudah menanti kedatangannya. Ia memperhatikan sekeliling gedung mewah itu dan betapa terkejutnya ia ketika melihat banyaknya orang-orang yang berkumpul di sana. Orang-orang itu serempak melihat ke atas dan wajah mereka terlihat begitu cemas.
"Ada apa ini?" gumam lelaki itu sembari keluar dari mobilnya. Perlahan ia berjalan menghampiri kerumunan orang-orang itu lalu menengadah ke atas, mengikuti apa yang mereka lakukan.
"Ya, Tuhan, bukankah itu Martha!"
Betapa terkejutnya ia setelah mengetahui siapa yang tengah berdiri di balkon sebuah kamar, kamar yang berada di lantai tertinggi di apartemen tersebut. Tanpa pikir panjang ia pun segera berlari memasuki gedung mewah itu dan menuju kamar milik sang kekasih.
Sesampainya di sana, ternyata sudah ada beberapa orang petugas yang berusaha menenangkan wanita itu. Wanita yang tengah berdiri di balkon dan siap melompat ke bawah.
Melihat lelaki itu mendekat, salah seorang dari petugas itu pun langsung menahannya. "Maaf, Anda siapa?"
"Biarkan saya masuk. Saya adalah tunangan wanita itu!" sahutnya dengan tegas.
Setelah mendengar jawaban dari lelaki itu, petugas tersebut pun segera memberikan jalan dan mempersilakannya untuk menghampiri si wanita.
"Silakan, Tuan. Siapa tahu Anda bisa menenangkannya," ucap petugas itu.
"Ehm, sebaiknya kalian pergi saja. Biarkan saya bicara dengannya. Saya bisa pastikan bahwa dia akan baik-baik saja," sahut lelaki itu dengan mantap.
Setelah menimbang-nimbang, akhirnya para petugas itu pun segera pergi dan meninggalkan mereka berdua. Mereka yakin dan percaya bahwa lelaki itu bisa menenangkan serta menyelamatkan wanita tersebut.
Sepeninggal para petugas itu.
Perlahan lelaki itu berjalan menuju balkon lalu menghampiri sang kekasih. Ia menggelengkan kepala ketika memperhatikan aksi konyol sang kekasih yang saat itu sedang berdiri di ujung balkon.
"Sekarang aku sudah berada di sini, Martha. Apa kamu masih ingin berdiri di sana dan membuat semua orang yang melihatmu panik?" tanya lelaki itu dengan wajah malas. Ia sudah muak menghadapi sikap tunangannya itu.
Wanita yang bernama Martha tersebut sempat melirik lelaki itu. Namun, hanya sebentar saja. Setelah itu ia pun kembali menatap lurus ke depan, di mana orang-orang tengah menyaksikan aksinya dengan penuh kekhawatiran.
"Kamu terlambat. Aku minta dalam waktu 5 menit kamu sudah berada di sini. Namun, ini sudah hampir 20 menit lamanya dan kamu baru tiba di sini," sahutnya sambil tersenyum sinis.
Lelaki itu menghembuskan napas berat. "Ayolah, Martha. Jangan bertingkah seperti anak kecil. Jika kelakuanmu terus seperti ini, aku yakin, aku pun akan lelah dan menyerah menghadapi sikap kekanak-kanakanmu ini."
Martha berbalik lalu menatap lelaki tampan itu dengan berurai air mata. "Kenapa kamu berkata seperti itu, Gail? Apakah aku sudah tidak mencintai aku lagi? Aku hanya butuh perhatian darimu, Gail. Itu saja! Tolong mengertilah ...."
Lelaki itu mengusap wajahnya dengan kasar. "Sudahlah, Martha. Kita sudah sering membahas soal ini dan aku pun sudah lelah menjelaskannya kepadamu. Sekarang begini saja, jika kamu tidak bisa mengubah sikap kekanak-kanakanmu itu, setidaknya kamu bisa berhenti mencoba mencelakai dirimu sendiri. Jika kamu tidak bisa melakukannya, maka aku tidak akan segan-segan membatalkan acara pernikahan kita," tegasnya dengan begitu serius.
"Apa?!" pekik Martha dengan mata membulat sempurna. Ia lalu menyeka air mata yang masih mengalir di kedua belah pipinya.
"Tega sekali kamu, Gail? Aku bersikap seperti ini karena aku begitu mencintaimu. Kamu hanya milikku, Gail! Hanya milikku," lanjutnya dengan berteriak.
Karena terlalu emosi, Martha lupa bahwa dirinya masih berada di tempat yang berbahaya. Ia masih berdiri di ujung balkon dengan hanya berpegangan di pagar pembatasnya. Sebelah tangannya tiba-tiba terlepas dari pegangan dan hampir saja membuat tubuhnya meluncur ke bawah. Beruntung lelaki itu sigap dan dengan cepat menangkap tubuhnya.
"Aakhh!"
"Cepat naik, Martha!" ucap lelaki itu sembari menarik paksa tubuh Martha.
"Lepaskan saja aku, Gail! Buat apa kamu menolongku, toh kamu sama sekali tidak mencintai aku!" balas Martha sambil berontak.
"Jangan bodoh, Martha! Cepat naik!" titahnya dengan sekuat tenaga menarik tubuh Martha dengan disaksikan oleh banyak orang di bawah sana dengan begitu cemas. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang berteriak agar Martha segera diselamatkan.
Setelah berjuang dengan susah payah, akhirnya lelaki itu berhasil membawa tubuh Martha kembali ke tempat aman. Tepuk tangan serta sorak sorai orang-orang pun mulai terdengar. Mereka begitu puas setelah menyaksikan bahwa Martha sudah diselamatkan.
"Lepaskan aku, Gail! Biarkan aku terjun! Biarkan aku mati!" ucap Martha sambil terisak dan terus memukuli dada bidang tunangannya itu.
"Baiklah kalau begitu! Sekarang melompatlah!" Ia yang sudah kesal melihat aksi Martha, segera menjauh dari tubuh wanita itu dan mempersilakan untuk melanjutkan aksinya.
Martha yang sebenarnya hanya berniat menggertak tunangannya itu, tidak akan pernah berani melakukan hal berbahaya tersebut. Ia pun masih belum siap untuk mati hanya demi sesosok laki-laki yang ia cintai.
"Ma-maafkan aku, Gail ...." Martha menundukkan kepala menghadap lantai sembari meremass ujung dress yang ia kenakan.
Lelaki itu menghembuskan napas berat. "Sekarang berhentilah mengancamku dengan hal-hal bodoh seperti ini, Martha. Apakah kamu tidak malu dilihat oleh orang-orang? Bukannya kasihan, aku malah merasa ilfill melihatmu seperti ini," tegasnya lagi sambil menatap lekat Martha.
"Ba-baiklah, Gail. Aku berjanji tidak akan melakukan hal ini lagi," sahutnya dengan lirih.
Ia kembali mengangkat kepalanya lalu perlahan berjalan menghampiri kekasih hatinya tersebut.
"Maafkan aku, Sayang!" ucap Martha yang kemudian memeluk tubuh kekar sang kekasih dengan begitu erat.
Pelukan Martha segera dibalas oleh lelaki itu. Ia mengelus lembut rambut Martha yang tergerai indah lalu melabuhkan sebuah kecupan hangat di puncak kepalanya.
Beberapa menit kemudian.
Martha yang baru saja selesai melakukan ritual mandinya, segera menghampiri sang kekasih sambil tersenyum semringah. Ia duduk di sampingnya lalu memeluk tubuh lelaki itu dengan begitu erat.
"Apa yang sedang kamu pikirkan, Sayang? Sejak tadi kuperhatikan, kamu lebih banyak diam dan tampak murung. Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Apa kamu masih marah sama aku?" tanya Martha sambil memperhatikan wajah cemas lelaki itu.
"Tidak, bukan begitu. Aku sama sekali tidak marah padamu, Martha. Aku hanya sedang memikirkan soal pekerjaanku yang belum terselesaikan," jawabnya dengan bohong.
Padahal saat itu ia tengah merasakan kecemasan yang luar biasa. Ia masih memikirkan soal dua orang yang tadi tak sengaja tertabrak oleh mobilnya. Lelaki itu berharap kedua orang tersebut baik-baik saja.
"Oh, syukurlah. Aku pikir kamu masih marah sama aku," ucap Martha yang kemudian menyandarkan kepalanya di dada bidang lelaki itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Evy
pacar yang egois...
2023-10-19
1
nartie
kekanakan banget sih, sampai membahayakan orang lain, sampai ada yg meninggal.....
2023-06-12
1
Hamidah
...
2023-03-16
0