Dua hari setelah kejadian itu.
Hari ini Lea diperbolehkan pulang dari rumah sakit, setelah mendapatkan perawatan selama dua hari di ruangan VIP tersebut. Lea duduk bersandar di ranjang pasien sambil mengotak-atik ponselnya.
Ia melakukan pembersihan di galeri ponselnya tersebut. Baik itu foto maupun video kebersamaannya dengan Rangga atau pun Amanda. Lea sudah tidak ingin mengingat apa pun terhadap kedua orang tersebut. Ia ingin memulai kehidupan baru dan melupakan semua kenangan buruknya, termasuk pasangan itu.
"Hmmm, selesai!" gumamnya sambil tersenyum kecil.
Ia meletakkan benda pipih itu ke atas nakas dan bersiap untuk melanjutkan istirahat sebelum kembali ke kediamannya. Namun, baru saja ia memejamkan matanya, tiba-tiba pintu kamar itu terbuka. Lea segera menoleh ke arah pintu dan tampaklah sesosok yang begitu ia kenali masuk ke dalam ruangannya.
"Mau apa kamu ke sini?" tanya Lea dengan ketus.
"Lea ...."
Wanita itu adalah Amanda. Sahabat yang sudah menusuknya dari belakang. Perlahan Amanda berjalan menghampiri tempat tidur Lea sambil tersenyum kecut.
"Jangan mendekat! Aku sudah tidak ingin berhubungan denganmu atau pun Rangga! Pergilah kalian dan jangan ganggu hidupku lagi," geram Lea dengan wajah memerah karena Amanda tetap nekat mendekatinya.
"Lea, tadi pagi aku berkunjung ke kediamanmu. Kata Bi Enah, pelayanmu, kamu sedang dirawat di rumah sakit ini."
Lea tertawa sinis. "Hmm, kamu pasti senang, 'kan melihat kondisiku yang seperti ini? Apalagi jika aku berhasil mengakhiri hidupku, mungkin kalian akan mengadakan pesta besar-besaran untuk merayakannya," balas Lea.
"Tidak, Lea. Tidak seperti itu." Amanda menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Aku ingin minta maaf yang sebesar-besarnya karena sudah menyembunyikan hal ini darimu. Jujur, pada awalnya kami hanya sekedar main-main saja, Lea. Namun, entah kenapa, semakin ke sini, aku merasa semakin nyaman saat berada di samping Rangga, begitu pula sebaliknya. Aku akui, kami salah! Sangat-sangat salah! Tapi perasaan kami tidak dapat dibohongi, Lea. Kami saling mencintai," tutur Amanda dengan raut wajah bersalah.
"Sudah, cukup! Aku tidak ingin mendengar apa pun lagi darimu. Sekarang pergi dari sini dan jangan pernah tampakkan wajahmu di hadapanku lagi," geram Lea.
Perlahan Amanda menyerahkan sebuah kertas berwarna merah ke hadapan Lea. Yang merupakan sebuah kartu undangan pernikahan Amanda dengan kekasih hatinya, Rangga Saputra.
"Ini undangan pernikahan kami, Lea. Aku harap kamu dapat berhadir di pesta pernikahan kami nanti," ucapnya.
Lea hanya melirik dan tak ingin menyambut undangan pernikahan itu. Ia menyilangkan kedua tangannya ke dada dengan wajah yang menekuk sempurna.
"Aku juga ingin bilang bahwa aku akan mengundurkan diri dari butik. Aku ingin fokus pada kehamilanku," lanjut Amanda lagi.
"Terserah! Memangnya siapa yang sudi menerima kamu kembali setelah apa yang kamu lakukan kepadaku," sahut Lea sambil mendengus kesal.
Amanda terdiam sejenak dengan tatapan yang masih tertuju kepada Lea.
"Maafkan aku, Lea. Bagiku, kamu tetap sahabatku," tuturnya.
Lea tersenyum sinis. "Sahabat? Sahabat yang menusuk dari belakang," gumamnya sambil membuang muka.
Amanda bangkit dari posisinya lalu berpamitan. "Aku pulang dulu ya, Lea. Semoga cepat sembuh."
Setelah mengucapkan hal itu, Amanda pun bergegas pergi dan meninggalkan Lea yang masih kesal di ruangan itu.
Sepeninggal Amanda.
Lea kembali melirik kertas undangan berwarna merah itu. Ia benar-benar tidak ingin menyentuh benda itu, tetapi jiwanya bergejolak, ingin mengetahui kapan mantan sahabatnya itu menikah.
Perlahan Lea meraih undangan itu lalu membacanya dengan seksama. Tiba-tiba air mata Lea kembali luruh. Tanggal pernikahan yang tertulis di sana, adalah tanggal pernikahan yang sudah direncanakan sebelumnya oleh Rangga bersama dirinya.
"Kalian benar-benar kejam!" batin Lea dengan pundak yang bergetar hebat.
Sementara itu, di ruangan lain.
"Tuan Gail, bagaimana kondisi Anda? Apa Anda sudah siap untuk pulang hari ini?" tanya seorang lelaki kepada Gail yang masih bersandar di sandaran tempat tidurnya.
"Aku sudah baikan dan aku sudah tidak sabar ingin segera pergi dari tempat ini," jawabnya.
"Oh ya, bagaimana dengan wanita bodoh itu? Apakah dia juga diperbolehkan pulang hari ini?" tanya Gail balik.
Lelaki itu pun mengangguk pelan. "Ya, dia juga diperbolehkan untuk pulang hari ini. Oh ya, Tuan Gail. Kalau boleh tau, kenapa Anda dan wanita itu bisa jatuh secara bersamaan? Apakah benar kata tim medis, bahwa Anda ingin menyelamatkan wanita itu?"
Gail tersenyum miring. "Aku tidak mengerti bagaimana aku bisa berurusan dengan wanita bodoh itu. Bisa-bisanya aku ikutan terjun di saat ia menjatuhkan diri dari jembatan itu. Gila!" pekiknya sambil membayangkan bagaimana mereka meluncur saat itu.
"Beruntung Anda dan wanita itu tidak kenapa-kenapa, Tuan Gail. Padahal aliran sungai di bawah jembatan itu begitu deras dan bisa menyeret Anda bersama wanita itu," jelas lelaki yang merupakan tangan kanan atau orang kepercayaan Gail.
"Apa kamu tau, aku hampir saja kehilangan nyawaku untuk orang yang sama sekali tidak aku kenal." Gail mendengus.
"Oh ya, apa anak buahmu berhasil menemukan kaki palsu yang sudah dibuang oleh wanita itu?" tanya Gail.
"Sudah, Tuan. Dan sekarang barang itu sedang diperbaiki. Ada beberapa bagian yang rusak akibat kejadian itu."
"Baguslah kalau begitu dan segera beritahu aku jika benda itu sudah selesai diperbaiki."
"Siap, Tuan."
"Sayang! Bagaimana kabarmu?" Tiba-tiba seorang wanita muncul dari balik pintu. Wanita cantik itu bergegas menghampiri tempat tidur Gail. Ia melabuhkan ciuman di pipi kanan dan kiri lalu memeluk tubuh Gail dengan erat.
"Sudah agak mendingan." Gail melerai pelukan mereka dan membiarkan kekasihnya itu duduk di sampingnya.
"Hari ini aku sengaja datang untukmu biar aku bisa menemani kamu kembali ke rumah," ucapnya lagi sambil tersenyum semringah. Gail mengangguk sambil tersenyum. Ia memeluk tubuh langsing sang kekasih kemudian menyandarkan kepalanya di pundak mulus wanita itu.
"Oh ya, Sayang. Bagaimana kabar wanita yang sudah menyusahkanmu itu? Apa dia juga diperbolehkan pulang hari ini?" lanjut wanita itu.
"Ya, katanya begitu."
"Hhh, aku ingin sekali menemui wanita bodoh itu kemudian memarahinya habis-habisan. Jika ia ingin mati, ya mati saja sendirian! Tidak perlu ajak-ajak calon suamiku serta, 'kan! Memangnya siapa dia," gerutunya dengan wajah kesal.
Gail terkekeh lalu mengelus lembut punggung wanita itu. "Dia tidak mengajakku, Martha. Akulah yang refleks menolongnya. Aku heran, apa semua wanita itu sama saja? Setiap kali ada masalah, pikirannya selalu ingin bunuh diri. Termasuk kamu," ucap Gail sembari mencolek dagu Martha yang masih berada di sampingnya.
"Apa! A-aku? Ish, tidaklah! Aku tidak seperti itu, kok!" elak Martha dengan wajah memerah menahan malu. Ia bahkan tidak berani menatap wajah Gail yang tengah menggodanya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Sartini Dimitri Mah
Bukannya gail ini yang bikin lea kecelakaan ya , kok ga dapat karma ya the power of money
2023-08-08
1
TongTji Tea
maafkan dia Lea,tapi jangan pernah berteman lagi dengannya .Dengan memafkan hati mu tenang .tpi kau tau orang spt amanda tidak bisa di jadikan teman .
2023-04-02
1
Dien Elvina
asa pengen ngeremet dan nampar muka s Amanda ular berkepala dua😖dasar pengkhianat nggk tau malu..bukan nya minta maaf sama Lea malah ngasih undangan pernikahan nya ..
2023-03-18
0