"Serius, gak mau ditemenin?" Lea memastikan.
"Ya. Aku bisa sendiri."
Amanda melambaikan tangannya lalu melangkah menjauh, meninggalkan Lea yang berdiri di depan pintu butik sederhananya. Lea tampak begitu cemas. Ia sangat mengkhawatirkan bagaimana kondisi Amanda saat itu.
"Ya Tuhan, semoga dia baik-baik saja. Kasihan Amanda. Aku yakin sekali ini pasti karena kejadian itu. Dia kecapekan karena harus menangani semua pekerjaanku," gumam Lea sembari memperhatikan Amanda yang berjalan semakin menjauh lalu menghilang dari pandangannya.
***
Amanda tiba di klinik yang berjarak tak jauh dari tempatnya bekerja. Ia masuk kemudian melakukan pemeriksaan bersama dokter yang bertugas di tempat itu. Amanda duduk dengan wajah cemas. Menunggu hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter barusan.
"Bagaimana hasilnya, Dok? Aku sakit apa?"
Dokter itu tersenyum lalu berkata, "Menurut hasil pemeriksaan saya, Anda positif hamil. Namun, jika Anda masih belum yakin, Anda bisa memeriksakannya langsung ke dokter spesialis kandungan," jawab Dokter itu sambil tersenyum semringah.
"Apa, hamil!? Yang benar saja, Dok!" pekiknya dengan perasaan kesal. Ia bangkit dari posisi duduknya sambil melotot menatap dokter yang memeriksanya.
"Ya, menurut hasil pemeriksaan saya memang begitu. Tapi jika Anda menginginkan jawaban yang lebih pasti, sebaiknya Anda mengikuti saran saya, menemui dokter spesialis kandungan," jelas Dokter.
"Mana mungkin saya hamil, Dok. Haid saja selalu lancar dan tidak pernah telat," ucap Amanda sambil menahan emosi.
Dokter itu tersenyum dan tetap tenang walaupun Amanda sudah mulai emosi. "Jika Anda tidak percaya dengan hasil pemeriksaan saya, itu urusan Anda. Saya hanya menyampaikannya saja," sahut Dokter itu.
"Ah, sepertinya Anda ngawur!"
Amanda yang sudah tidak bisa menahan emosi, segera merapikan tas miliknya. Ia lalu melenggang pergi meninggalkan ruangan itu sambil menggerutu. Sementara dokter yang tadi memeriksanya hanya bisa tersenyum sambil geleng-geleng kepala.
"Dasar aneh! Haidku lancar begini dibilang hamil," gerutunya.
Amanda terus melangkahkan kakinya dengan cepat lalu memanggil sebuah taksi. Ia meminta sopir taksi tersebut untuk mengantarnya kembali ke butik. Namun, ketika sudah setengah jalan tiba-tiba ia kembali terngiang akan kata-kata yang diucapkan oleh dokter barusan.
"Hamil? Hhhh." Amanda tertawa sinis. Namun, itu hanya untuk beberapa saat, setelah itu raut wajahnya berubah menjadi cemas.
"Bagaimana jika yang dikatakan oleh dokter itu benar? Sementara aku belum siap untuk menjadi ibu. Aku masih ingin menikmati masa mudaku. Aku ingin bebas! Ah, tidak-tidak. Ini tidak boleh terjadi!" lanjutnya.
Karena penasaran, Amanda pun memutuskan untuk memeriksakan dirinya ke dokter spesialis kandungan. Sama seperti saran yang diberikan oleh dokter yang memeriksanya barusan.
"Pak, putar balik. Aku ingin ke dokter spesialis kandungan saja," ucap Amanda, meminta sopir taksi untuk mengubah rute perjalanan mereka.
"Baik, Non."
Kini mereka pun melaju menuju klinik dokter spesialis kandungan. Sesampainya di sana, Amanda pun bergegas masuk lalu mengambil nomor antrian. Ia menunggu dengan sabar sama seperti pasien-pasien lainnya.
Amanda duduk di sebuah kursi tunggu sambil memperhatikan sekeliling tempat itu. Tiba-tiba matanya menangkap sebuah pemandangan yang cukup mengerikan untuk Amanda. Di mana seorang ibu tampak kerepotan dengan balita serta bayinya. Melihat pemandangan itu, Amanda pun bergidik ngeri.
"Ah, aku itulah alasanku tak ingin direpotkan oleh anak kecil. Lihat saja, ia bahkan tidak bisa merawat dirinya sendiri. Tubuh jadi melar, wajah kucel, ihhh, gak banget!" gumam Amanda.
"Nona Amanda Kirana!" panggil salah satu perawat yang bertugas di klinik itu.
Mendengar namanya dipanggil, Amanda pun bergegas menghampiri lalu menyerahkan no antriannya.
"Ini, Sus."
"Silakan masuk, Nona Amanda."
Setelah masuk dan berbincang sejenak, Dokter pun segera melakukan pemeriksaan terhadap Amanda.
"Kapan terakhir Anda haid?"
"Beberapa hari yang lalu, Dok. Tidak mungkin 'kan aku hamil sama seperti yang dikatakan oleh dokter itu?" celetuk Amanda.
Dokter itu tersenyum. "Sebaiknya kita test dulu biar tahu kebenarannya."
Amanda pun mengangguk lalu mengikuti berbagai serangkaian pemeriksaan dari dokter tersebut. Setelah beberapa saat, hasil tesnya pun keluar.
"Bagaimana hasilnya, Dok?" Amanda begitu penasaran.
"Selamat, Nona Amanda. Anda positif hamil."
"Apa? Mana sini hasilnya!"
Amanda yang sudah tidak bisa menahan emosinya, segera merebut hasil tes dari tangan dokter dengan begitu kasar. Dokter hanya bisa membuang napas kasar sembari menggelengkan kepalanya.
"Hamil? Ta-tapi bagaimana bisa? Padahal aku baru saja selesai menstruasi beberapa hari yang lalu. Sementara di sini tertulis bahwa kandunganku memasuki minggu ke-delapan," gumamnya dengan wajah pucat pasi.
"Sebenarnya yang Anda maksud dengan menstruasi itu adalah pendarahan implantasi yang terjadi pada trimester pertama. Namun, dalam beberapa kasus juga bisa terjadi hingga ke trimester ke-dua dan ke-tiga," jelas Dokter.
"Ja-jadi itu bukan haid?" Tubuh Amanda seketika menjadi lemah dan lesu. Semangatnya seakan sirna dalam sekejap mata.
Dokter mengangguk, mengiyakan apa yang ia tanyakan barusan. Tubuh Amanda bergetar hebat. Ia menangis sesenggukan di dalam ruangan itu.
"Tapi aku belum siap menjadi ibu, Dok. Ini benar-benar sangat mengejutkan buatku," ucap Amanda lirih.
Dokter menepuk pelan tangan Amanda sembari memberikan semangat untuknya. "Anda pasti bisa, Nona Amanda. Pasti! Karena tidak mungkin Tuhan menitipkan janin ini kepada Anda jika Anda belum siap menjadi seorang ibu dan mungkin rencana-Nya jauh lebih indah dari apa yang Anda pikirkan saat ini."
Amanda menyeka air matanya lalu menatap dokter lekat. "Dok, tidak bisakah Anda membantu saya? Saya ingin menggugurkan janin ini. Saya belum siap punya anak, Dok. Saya tidak ingin terbebani dengan hadirnya bayi itu," ucap Amanda yang berhasil membuat dokter membulatkan matanya.
"Jangan berkata seperti itu, Nona Amanda. Apa Anda tahu, Anda adalah orang yang beruntung. Di luaran sana banyak sekali orang-orang yang ingin sekali berada di posisi Anda sekarang. Mereka menginginkan seorang bayi, tetapi Tuhan tidak memberikannya. Sebaiknya urungkan niat Anda dan terima bayi ini dengan ikhlas," tutur Dokter mencoba mengingatkan.
Amanda memalingkan wajahnya, ia tampak malu bercampur sedih. Sekarang dokter mulai mengerti kenapa Amanda begitu menolak kehadiran bayinya.
"Saran saya, sebaiknya bicarakan hal ini dengan ayah biologisnya. Bicarakan dengan tenang dan saya yakin ia pasti senang mendengar berita baik ini," saran Dokter lagi.
Amanda menghembuskan napas berat. "Ehm, terima kasih atas sarannya. Sebaiknya saya pulang dan beristirahat terlebih dahulu," ucap Amanda sembari bangkit dari posisinya.
"Maaf jika saya ikut campur terlalu jauh. Tapi ini untuk kebaikan Anda dan bayi Anda." Dokter menyerahkan secarik kertas yang berisi daftar vitamin yang harus ditebus oleh Amanda.
"Tidak apa-apa, Dok. Terima kasih," jawabnya sembari meraih kertas itu lalu membawanya keluar dari ruangan tersebut.
"Dokter benar, aku harus membicarakan hal ini dengannya," gumam Amanda dalam hati.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
yelmi
g mau dan g siap punya anak... anu anu nya mau... dasar wanita ****😠😠😤
2023-08-21
0
Hamidah
...
2023-03-16
0
Mey-mey89
semangat thorrr
2023-03-16
3