GKP 6

Sementara itu i tempat lain.

Seorang lelaki tampan tengah duduk termenung di kursi kesayangannya sambil menopang dagu. Ia menatap kosong ke arah dinding dan raut wajahnya pun terlihat begitu cemas.

Bahkan lelaki itu tidak sadar ketika seorang kepala pelayan mengetuk pintu ruang kerjanya. Karena sang majikan tidak juga menggubris ketukannya, kepala pelayan itu pun berinisiatif untuk masuk dan menemui majikannya tersebut.

"Tuan Gail, maafkan saya yang lancang karena masuk tanpa izin dari Anda. Mobil Anda yang lecet beberapa waktu yang lalu sudah selesai diperbaiki dan sekarang Anda bisa mengeceknya di bawah," ucap kepala pelayan itu yang berhasil membuyarkan lamunan sang majikan.

Lelaki itu tersentak kaget lalu fokus pada pria paruh baya itu. "Baiklah kalau begitu. Aku akan segera ke bawah untuk mengeceknya," sahutnya.

"Baik, Tuan."

Lelaki berusia 30 tahun, yang bernama Abigail Sebastian itu pun segera bangkit dari posisinya. Ia lalu berjalan menuju halaman depan, di mana mobil kesayangannya berada. Sementara kepala pelayan mengikuti majikannya itu dari belakang.

Setibanya di halaman depan, Gail pun segera menghampiri mobil kesayangannya itu lalu memperhatikannya dengan seksama. Mobil itu tampak mulus seperti baru. Tidak ada lecet maupun baret akibat kecelakaan yang terjadi pada waktu itu.

"Bagaimana hasilnya menurut Anda, Tuan? Apakah ada sesuatu yang harus diperbaiki lagi?" tanya pria paruh baya yang kini berdiri di samping kiri tubuhnya.

Abigail menggelengkan kepalanya perlahan. "Tidak. Aku rasa ini sudah cukup. Yang penting mobil ini sudah kembali mulus seperti sedia kala," jawab Gail sambil tersenyum tipis.

Lelaki bertubuh kekar itu meraih ponsel dari dalam saku celananya kemudian menghubungi seseorang.

"Bagaimana, apakah semuanya sudah beres?" tanya Abigail ketika seseorang itu menerima panggilan darinya.

"Anda tenang saja, Tuan Gail. Semuanya akan beres dan Tuan tidak perlu mengkhawatirkannya lagi."

"Bagus." Abigail tersenyum puas karena semua rencananya berjalan dengan lancar.

Setelah selesai bicara dengan seseorang itu, Abigail pun menyimpan ponselnya kembali ke dalam celananya. Ia berjalan memasuki rumah mewahnya dengan perasaan yang begitu tenang.

"Simpan mobil itu ke dalam garasi dan letakkan di tempat yang aman. Yang tidak bisa terlihat olehku," ucap Abigail sembari melangkahkan kakinya dengan cepat, kembali ke ruang kerjanya.

Walaupun sedikit bingung dengan perintah sang majikan, pria paruh baya itu tetap melaksanakan perintah darinya.

"Baik, Tuan. Akan segera dilaksanakan."

Setelah Abigail masuk ke dalam ruang kerjanya, pria paruh baya itu pun bergegas menemui seseorang yang bertugas mengurus semua mobil-mobil milik majikannya tersebut. Ia segera menyampaikan perintah Abigail dan meminta orang itu untuk segera melakukannya.

"Maaf, Pak. Bukan kah mobil itu mobil favoritnya tuan Abigail? Lantas kenapa mobil itu harus diletakkan di tempat yang tersembunyi? Bahkan tuan Abigail selalu meminta mobil itu di letakkan di depan biar ia mudah ketika ingin menggunakannya," tanya orang itu dengan kebingungan.

Pria paruh baya itu menggelengkan kepalanya perlahan. "Entahlah. Sebaiknya kamu lakukan saja perintah dari tuan Abigail tanpa harus bertanya-tanya."

"Baiklah, saya mengerti."

.

.

.

Beberapa hari kemudian, di kediaman keluarga besar Rangga Saputra.

"Rangga, Ayah dan Ibu ingin bicara denganmu. Ini penting!" ucap Bu Fika kepada anaknya, Rangga.

Rangga yang berniat kembali ke kamar, segera menghentikan langkahnya. Ia segera menghampiri kedua orang tuanya yang saat itu tengah duduk di sofa ruang televisi.

"Ada apa sih, Bu, Yah?" tanya Rangga.

"Duduklah dulu, Rangga."

Rangga pun menjatuhkan dirinya di sofa tersebut sembari menatap wajah serius kedua orang tuanya.

"Rangga, kami ingin bertanya soal hubunganmu dengan Lea. Apakah kamu masih ingin menikahi gadis itu?" Bu Fika menatap lekat Rangga yang tampak terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan olehnya.

Rangga terdiam untuk beberapa saat dengan tatapannya masih tertuju pada wanita yang sudah melahirkannya itu. Ia tahu bahwa kedua orang tuanya pasti akan membahas soal ini.

"Ehmm, entahlah, Bu. Aku bingung," jawab Rangga dengan ragu-ragu.

"Kalau menurut Ibu, sebaiknya kamu batalkan saja pernikahan kalian. Secara Lea sudah cacat dan Ibu takut ia hanya akan menjadi beban saja buat kamu," lanjut Bu Fika.

"Ya, Ibumu benar. Menurut Ayah juga begitu, Rangga. Sebaiknya kamu batalkan saja pernikahan kalian. Dari pada nanti kamu menyesal," timpal sang Ayah.

Rangga menghembuskan napas berat. "Jika aku membatalkan pernikahan ini, itu sama artinya aku menaburkan garam ke luka Lea yang masih basah. Ia masih dalam kondisi berkabung. Ia baru kehilangan adik kesayangannya. Selain itu, ia pun harus menerima takdir bahwa sekarang ia menjadi cacat akibat kecelakaan itu. Dan sekarang apakah aku harus menambah kesedihannya lagi dengan membatalkan pernikahan kami?"

Bu Fika mendengus kesal. "Trus, apakah kamu akan tetap menikahi wanita cacat itu dan membiarkan ia menjadi beban untuk kamu, begitu?"

Rangga mengusap wajahnya dengan kasar. "Biarkan aku memikirkannya terlebih dahulu, Bu."

Lelaki itu bangkit dari posisinya. "Aku ingin beristirahat dan mohon jangan diganggu," ucap Rangga. Ia melangkah pergi meninggalkan ruangan itu.

"Rangga, pembicaraan kita belum selesai!" teriak Bu Fika yang tidak terima karena Rangga belum memutuskan apa pun.

"Sudahlah, Bu. Biarkan dia beristirahat sejenak. Kita bisa membujuknya lain kali." Pak Agus mencoba menenangkan Bu Fika yang tampak kesal.

"Hhhh, dasar Rangga!" gerutu Bu Fika sembari menyilangkan tangannya ke dada.

Di dalam kamar.

Rangga menjatuhkan diri ke atas tempat tidur lalu menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Wajahnya tampak bingung. Ia tidak tahu harus mengambil keputusan yang seperti apa. Keinginan kedua orang tuanya, berhasil membuat Rangga dilema.

"Ya Tuhan, keputusan seperti apa yang harus aku ambil? Apakah aku harus mengikuti saran kedua orang tuaku dan membatalkan pernikahan kami yang begitu diimpi-impikan oleh Lea selama ini? Atau melanjutkan pernikahan itu?" gumam Rangga dalam hati.

***

Setelah dirawat selama beberapa minggu di rumah sakit, akhirnya Lea sudah diperbolehkan pulang.

Sekarang ia sudah bisa beristirahat di kediamannya. Namun, bukannya merasa lebih nyaman, Lea malah merasakan kesedihan yang begitu mendalam. Bagaimana tidak, semua kenangannya bersama Harris ada di setiap sudut ruangan di rumah itu. Bayangan dirinya, suara tawanya seakan terus mengikuti ke mana pun Lea melangkah. Bahkan rasa sakit di luka bekas operasinya pun turut mengingatkan dirinya akan kejadian naas itu.

"Non Lea, di luar ada Den Rangga." Seorang pelayan menghampiri Lea yang masih termenung di meja makan. Bahkan makanan yang ada di hadapannya pun sama sekali tidak tersentuh olehnya. Makanan yang tadinya tersaji dalam kondisi hangat, sekarang sudah dingin dan tak menarik lagi.

"Suruh dia masuk, Bi," jawab Lea dengan begitu pelan.

"Baik, Non."

Pelayan itu segera pergi dan menemui Rangga yang sedang menunggu di depan. Tidak berselang lama, Rangga pun tiba di ruangan itu. Ia segera menghampiri Lea lalu memberikan ciuman hangat di puncak kepalanya seperti biasa.

"Bagaimana kabarmu, Sayang?" tanya Rangga.

"Seperti yang kamu lihat."

Rangga duduk di kursi kosong sebelah Lea. Ia kemudian menatap piring berisi makanan yang berada di hadapan Lea.

"Makanannya tidak dimakan lagi?"

"Aku tidak lapar," jawab Lea singkat.

Rangga menghembuskan napas berat. "Kamu mau makan apa? Biar aku yang masakin."

Lea tertawa kecil. "Memangnya kamu bisa masak apa, Rangga?"

"Apa saja. Yang penting kamu mau makan. Sudah beberapa hari kamu tidak menyentuh makanan. Apa kamu ingin tubuhmu semakin kurus dan jatuh sakit?"

Lea menggelengkan kepalanya perlahan. "Aku sama sekali tidak lapar. Semua kejadian ini benar-benar membuat perutku terasa kenyang dan semua makanan terlihat tidak menarik lagi," jawabnya.

"Ya ampun, Lea." Rangga mengelus lembut punggung wanita itu.

***

Terpopuler

Comments

Hamidah

Hamidah

...

2023-03-16

0

Dien Elvina

Dien Elvina

pasti Rangga mau ngebatalin pernikahan nya sama Lea..

2023-03-15

1

Mey-mey89

Mey-mey89

semangat thorrr..

2023-03-15

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!