[Lea sayang, aku sudah berada di depan kamarmu, bukalah!]
Baru saja Lea membuka matanya, ia sudah dikagetkan dengan sebuah pesan mengejutkan dari Rangga yang menyatakan bahwa lelaki itu sudah berdiri di depan pintu kamarnya.
"Rangga!" pekik Lea.
Ia tersenyum bahagia. Saking bahagianya, ia lupa bahwa kakinya tidaklah lagi sempurna. Setelah menyingkirkan selimut dari tubuhnya, ia pun bergegas berdiri dengan sebelah kakinya yang masih sempurna.
Karena tak ada keseimbangan, ia pun akhirnya terjatuh ke lantai dengan cukup keras. Lea meringis kesakitan sambil tersenyum kecut.
Brugkhh!
"Aakhh!"
Lea duduk di lantai sembari mengelus bagian tubuhnya yang sakit akibat membentur lantai keramik dengan cukup keras.
"Sialan! Bagaimana aku bisa lupa bahwa sekarang aku adalah seorang wanita yang cacat," gumamnya.
Mendengar suara teriakan kecil dari Lea, Rangga pun cemas lalu mengetuk pintu kamar Lea dengan cepat sembari memanggil namanya.
"Lea! Apa yang terjadi? Apa kamu baik-baik saja?" tanya Rangga.
"Ya, aku baik-baik saja. Kamu tidak usah cemas," jawab Lea dari dalam kamar sembari mencoba bangkit dari posisinya.
"Benarkah itu?" Rangga mencoba memastikan.
"Ya!"
Dengan tertatih-tatih Lea mencoba mengangkat tubuhnya lalu merayap hingga ke tempat tidur. berhasil mendudukkan tubuhnya di kasur, ia pun segera meraih kaki palsu miliknya yang terletak di samping ranjang.
"Lea?" Rangga memanggil sembari mengetuk pintunya dengan perlahan.
"Ya, sebentar. Aku sedang mengenakan kaki palsuku," jawab Lea.
"Oh, baiklah. Aku akan menunggu," balas Rangga.
Setelah berhasil memasang kaki palsunya, Lea pun segera bangkit dari posisi duduknya lalu perlahan berjalan menuju pintu kamar.
Ceklek!
Lea membuka pintu dan tampak Rangga sedang berdiri di hadapannya sambil tersenyum lebar. Di tangannya ada seikat bunga mawar merah kesukaan Lea. Selain itu ada coklat serta sebuah kotak perhiasan berwarna merah yang entah apa isinya.
"Selamat ulang tahun, Lea. Aku mencintaimu," ucap Rangga sembari menyodorkan bunga, cokelat serta kotak perhiasan tersebut ke hadapan Lea.
"Wah, terima kasih, Rangga!" Lea menyambut hadiah yang diberikan oleh Rangga dengan cepat lalu memeluknya dengan sangat erat.
"Terima kasih, Rangga. Aku pikir kamu melupakan hari ulang tahunku," ucap Lea dengan wajah berbinar.
"Kenapa kamu berpikir seperti itu? Tentu saja aku ingat. Kamu 'kan calon istriku," sahut Rangga.
"Masuklah," ajak Lea yang kemudian berjalan menghampiri tempat tidur dan disusul oleh Rangga dari belakang.
"Apa kamu tadi terjatuh, Lea?" tanya Rangga sembari memperhatikan sekeliling ruangan bernuansa pink-putih tersebut dengan seksama.
Lea tersenyum kecut. "Aku lupa kalo kakiku sudah tiada. Aku tiba-tiba saja melompat dari ranjang setelah mengetahui bahwa kamu berada di depan kamarku," jawab Lea sembari duduk di tepian tempat tidurnya.
"Oh ya, ngomong-ngomong ini apa isinya?" Lea menunjuk kotak perhiasan berwarna merah yang ada di tangannya.
"Bukalah," jawab Rangga sambil tersenyum.
Lea meletakkan bunga serta cokelat ke atas tempat tidur lalu bergegas membuka kotak perhiasan tersebut. Ia begitu penasaran dengan isinya.
"Wahh, cantik sekali!" pekik Lea dengan mata membulat sempurna setelah melihat isi dari kotak perhiasan berwarna merah tersebut. Ternyata isinya adalah sebuah gelang emas cantik yang bertuliskan namanya.
"Kamu menyukainya?" tanya Rangga.
Lea menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Ya, aku sangat menyukainya. Terima kasih, Sayang!"
"Kamu tahu, gelang ini aku pesan khusus untukmu," ucap Rangga dengan bangga.
"Berarti hanya aku yang memiliki gelang seperti ini?"
Rangga terdiam sejenak kemudian mengiyakan pertanyaan Lea. "Ya, bisa dikatakan seperti itu."
"Oh, manis sekali!" Lea begitu terharu.
"Sini, biar aku pasangkan gelang itu ke pergelangan tanganmu." Rangga meraih gelang itu lalu memasangkannya ke pergelangan tangan Lea.
"Sudah selesai."
"Terima kasih banyak, Rangga." Lea segera memeluk tubuh Rangga lalu menyusupkan kepalanya di dada bidang lelaki itu.
Rangga menelan salivanya. Walaupun Lea sekarang sudah tidak seperti dulu lagi. Namun, hasratnya kepada wanita itu sama sekali tidak berubah. Perlahan ia melerai pelukan mereka lalu mendorong tubuh Lea hingga terbaring di atas tempat tidur.
Rangga mengungkung tubuh Lea yang kini berada di bawahnya. Ia menciumi leher jenjang wanita itu sedikit demi sedikit. Sementara tangannya mulai bergentayangan di bawah sana. Menelusuri setiap inci lekuk tubuh indah milik Lea. Sebagai wanita normal, Lea pun menikmati apa yang dilakukan oleh Rangga.
Sentuhan-sentuhan lembut yang dilakukan oleh Rangga membuat Lea lupa diri. Namun setelah beberapa saat kemudian, tiba-tiba ia tersadar bahwa mereka belum sah menjadi suami istri.
Lea sontak mendorong tubuh Rangga yang berada di atasnya dengan cukup keras hingga Rangga kehilangan keseimbangannya. Lelaki itu jatuh ke lantai dengan bokong mendarat terlebih dahulu.
Braakkk!
"Lea!" pekiknya dengan wajah kesal sembari mengelus bokongnya yang sakit akibat terbentur dengan cukup keras ke lantai.
"E-ehm, maafkan aku." Lea merasa bersalah karena sudah mendorong lelaki itu dan membuatnya kesakitan.
"Maaf-maaf! Tidak bisakah kamu membiarkan aku melakukannya, Lea? Kita ini sudah bertunangan dan sebentar lagi kita akan menikah. So, apa yang kamu khawatirkan? Tidak lama lagi kamu akan menjadi istriku juga, kan?" ucapnya dengan wajah menekuk kesal.
"Maafkan aku, tapi itulah maksudku, Rangga. Bukankah sebentar lagi kita akan menikah dan tidak lama lagi aku akan menjadi istrimu. Bersabarlah sedikit lagi maka kamu akan mendapatkan semuanya dariku," tutur Lea. Apa
"Ah, sudahlah. Capek berdebat denganmu!" Rangga bangkit dari posisinya. Ia merapikan pakaiannya lalu berjalan menuju pintu kamar.
"Kamu mau ke mana?" tanya Lea.
"Pulang," jawabnya singkat dan padat. Membuat Lea semakin merasa bersalah.
"Rangga, tunggu sebentar!"
Rangga membuka pintu lalu keluar dengan langkah yang cepat. Sementara Lea masih duduk di tepian ranjangnya sembari membenarkan posisi kaki palsunya.
"Ternyata Rangga tidak pernah berubah. Ia tetap seorang laki-laki yang keras kepala dan maunya menang sendiri," gumam Lea dengan kesal pula.
Ketika Lea selesai membenarkan kakinya, Rangga sudah berada di halaman depan. Lelaki itu bersiap-siap memasuki mobil dan pergi meninggalkan rumahnya.
"Rangga, berhenti!" panggil Lea dengan napas yang terengah-engah. Berjalan cepat dengan menggunakan kaki buatan itu membuatnya begitu kesusahan.
"Ah, Rangga ...." gumam Lea sembari menatap mobil Rangga yang berjalan semakin menjauh meninggalkan kediamannya.
Lea menghembuskan napas berat. Ia membalikkan badan dan kembali memasuki rumahnya. Dengan langkah gontai ia kembali menuju kamarnya lalu duduk di tepian tempat tidur sambil termenung.
"Sebenarnya apa yang salah dariku? Aku hanya ingin mempertahankan kesucianku hingga kami sah menjadi sepasang suami istri. Aku ingin melepaskan kesucianku untuk dia yang sudah sah menjadi suamiku. Itu saja," gumam Lea dengan wajah sedih.
Kini tatapan Lea tertuju pada gaun pengantin berwarna putih yang berdiri di salah satu pojok ruangan kamarnya. Gaun pengantin yang rencananya akan ia kenakan ketika mereka menikah nanti. Gaun pengantin yang ia rancang sendiri hingga hasilnya begitu cantik.
"Semoga saja pernikahan kami tidak diundur lagi. Aku sudah tidak sabar ingin mengenakanmu," ucapnya sambil tersenyum kecut.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
nartie
jangan2 si amanda mau2 aja, mknya dijadiin ban serep
2023-06-12
1
Eti Alifa
kirain Rangga laki2 baik ternyata dia iblis....dia mau ninggalin lea stlh ngambil perawannya.
2023-03-17
0
Hamidah
..
2023-03-16
0