GKP 16

Setelah memutuskan panggilannya, Amanda pun bergegas pergi. Ia melihat-lihat ke sekeliling tempat itu, mencari keberadaan Lea.

"Lea! Lea, aku pulang duluan, ya!" ucapnya dengan setengah berteriak.

Namun, tidak terdengar jawaban apa pun dari sahabatnya itu. Amanda tidak mau ambil pusing. Ia melanjutkan langkahnya keluar dari butik dengan begitu cepat.

Sementara itu.

Lea terus memperhatikan gerak gerik Amanda dari kejauhan. Setelah wanita itu keluar, ia pun segera menyusulnya. Namun, Langkahnya tiba-tiba terhenti di depan butik. Di mana Pak Rahman, sopir pribadinya sudah menunggu sejak beberapa menit yang lalu. Lelaki paruh baya itu membuka pintu mobil sambil tersenyum hangat, menyambut kedatangannya.

"Mari, Non."

"Ehm ...." Lea melirik ke arah jalan, di mana bayangan Amanda masih terlihat jelas oleh kedua netranya.

"Ehm, Pak Rahman, tolong kunci pintu ini dan tunggu saya sebentar. Saya lagi ada urusan yang sangat penting," ucap Lea sembari menyerahkan sebuah kunci kepada Pak Rahman.

"Baik, Non."

Setelah Pak Rahman meraih kunci tersebut, Lea pun segera meninggalkan tempat itu sambil menyeret kaki palsunya. Pak Rahman menatap Lea dengan wajah cemas. Kondisi Lea yang cacat, membuat lelaki paruh baya itu khawatir.

"Sebenarnya Anda mau ke mana, Non? Ah, semoga saja Anda selalu berada di dalam lindungan-Nya. Aamiin ...."

Lea terus melangkah, mengikuti Amanda yang kini berada jauh di depan. Kehadiran Lea di sana, sama sekali tidak disadari oleh sahabatnya itu.

"Sebenarnya Amanda kenapa, sih? Kenapa ia harus menyembunyikan identitas kekasihnya dariku. Entah kenapa aku merasa bahwa aku mengenal lelaki itu," gumam Lea.

Akhirnya Amanda menghentikan langkahnya tepat di halte bus yang letaknya cukup jauh dari butik milik Lea. Ia berdiri di sana sambil memperhatikan jalanan.

Lea ikut menghentikan langkahnya di tempat yang aman. Ia lalu bersembunyi agar Amanda tidak mengetahui keberadaannya. Namun, dari tempat itu Lea masih bisa menyaksikan apa pun yang dilakukan oleh Amanda dengan sangat jelas.

Tidak berselang lama, sebuah mobil berhenti tepat di depan Amanda. Amanda tampak semringah dan ia terus menyunggingkan senyuman manis di wajahnya.

"Mo-mobil itu ...." Lea tersentak kaget ketika menyadari bahwa ia begitu mengenali mobil itu. Ia tahu siapa yang datang dan menjemput Amanda di tempat tersebut.

Pintu mobil itu pun terbuka dan tampaklah seorang lelaki berwajah cukup tampan dengan tubuh kekar, berjalan menghampiri Amanda. Lelaki itu tersenyum sembari mengelus lembut perut Amanda yang masih rata.

"Bagaimana kabarmu hari ini?" tanyanya.

"Ya, seperti itu lah, Mas. Oh ya, Mas jadi 'kan mengajak aku ke kafe langganan kita? Aku sudah tidak sabar ingin menikmati sop buah yang ada di sana," jawabnya dengan manja.

"Tentu saja, Sayang. Apa pun untukmu," jawab lelaki itu sembari meraih tangan Amanda lalu menuntunnya memasuki mobil.

"Ra-Rangga?! Ti-tidak mungkin! Ini tidak mungkin!"

Tubuh Lea mendadak lunglai. Ia hampir saja terjatuh ke lantai. Beruntung ia sempat meraih sebuah pegangan hingga ia berhasil mempertahankan posisinya.

"Ja-jadi selama ini Amanda dan Rangga .... Akh!"

Lea tak sanggup lagi menahan air matanya agar tidak jatuh. Tubuhnya bergetar hebat dan tangisnya pun semakin pecah.

"Mereka sungguh keterlaluan! Mereka bermain di belakangku dan bodohnya aku sama sekali tidak menyadari hal itu," ucap Lea di sela isak tangisnya.

Lea menyeka air matanya. Ia melihat ke sekeliling dan menemukan seorang tukang ojek yang sedang beristirahat tak jauh dari posisinya. Lea bergegas menghampiri orang itu dan memintanya untuk mengikuti mobil milik Rangga yang sudah melaju.

"Mas, tolong bantu saya. Ikuti mobil itu," ucap Lea dengan tergesa-gesa.

Orang itu menatap Lea dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Ia menautkan kedua alisnya setelah melihat kondisi kaki Lea.

"Saya akan bayar berapa pun, asal Mas bisa bawa saya mengikuti mobil itu," ucap Lea lagi sambil memelas.

Lelaki itu pun mengangguk pelan. "Baiklah."

Lea segera naik lalu berpegangan di pundak lelaki itu. Setelah posisi Lea aman, ia pun segera melajukan motornya mengikuti mobil Rangga di jarak yang cukup aman.

Beberapa menit kemudian, Rangga menghentikan mobilnya di sebuah parkiran kafe. Kafe langganannya ketika bersama Amanda.

Melihat mobil milik Rangga berhenti di kafe tersebut, Lea pun segera meminta tukang ojek itu untuk berhenti di tempat yang jaraknya cukup jauh. Ia membayar sejumlah uang kepada lelaki itu lalu mengucapkan terima kasih.

Setelah tukang ojek itu pergi, Lea lalu melangkah menuju kafe itu tanpa sepengetahuan Rangga maupun Amanda. Ia berniat memberikan sedikit kejutan untuk pasangan pengkhianat itu.

Sementara itu.

"Aku mau sop buah ya, Mbak. Ingat banyakin susunya," ucap Amanda kepada pelayan kafe yang menghampiri meja mereka untuk mencatat menu yang dipesan oleh pasangan itu.

"Baik, Nona. Apakah ada yang lainnya lagi?"

"Sudah, cukup."

Sepeninggal pelayan itu, Rangga dan Amanda pun kembali berbincang-bincang. Terlihat Amanda begitu senang, begitu pula Rangga. Mereka saling berpegangan tangan dengan kedua mata yang saling bertaut.

Sakit tapi tak berdarah, itu lah yang dirasakan oleh Lea. Dunianya seakan runtuh dan semangat hidupnya pun turut sirna setelah mengetahui bahwa orang yang begitu ia percaya ternyata berkhianat di belakangnya.

"Cukup! Sudah cukup kalian menipuku. Aku akan bongkar kebusukan kalian di hadapan semua orang!" geram Lea dengan wajah memerah.

Perlahan Lea memasuki kafe tersebut lalu menghampiri meja yang ditempati oleh Rangga dan Amanda. Pasangan itu bahkan sama sekali tidak menyadari kehadiran Lea di kafe tersebut.

"Ehem, bolehkah aku bergabung di sini bersama kalian berdua?" tanya Lea basa-basi.

Mendengar suara Lea, pasangan itu pun segera menoleh ke arahnya. Mata Rangga dan Amanda langsung membulat sempurna setelah sadar bahwa Lea sudah berdiri di hadapan meja mereka.

"Le-Lea!" pekik mereka secara bersamaan.

"Kenapa kalian terkejut?" tanya Lea sambil tersenyum sinis.

Rangga menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia masih bingung bagaimana Lea bisa berada di sana dan memergoki kebersamaannya dengan Amanda. Ia bangkit dari posisi duduknya lalu menghampiri Lea.

"I-ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Lea. Ka-kami hanya—" Belum habis Rangga berucap, Lea sudah memotong pembicaraannya.

"Hanya apa?" tegas Lea sambil menatap lekat kedua netra Rangga.

"Kami hanya makan-makan saja, kok. Serius, aku tidak bohong!" ucap Rangga dengan panik.

Amanda mendengus kesal karena Rangga tidak juga berkata jujur. Ia segera menyusul lelaki itu lalu berdiri di antara mereka.

"Tidak usah mengelak lagi, Mas. Kita sudah ketahuan dan sebaiknya Mas mengaku saja!" sela Amanda sambil memasang wajah malas.

"Ya, jujur saja dan katakan padaku apa yang sudah kalian lakukan di belakangku." Lea menunggu penjelasan dari pasangan tersebut.

***

Terpopuler

Comments

Dien Elvina

Dien Elvina

Amanda seperti ular berkepala dua..putuskan aja Lea.
Rangga sebagai tunangan .dan manda sebagai sahabat mu ..mereka pengkhianat..

2023-03-17

1

Hamidah

Hamidah

...

2023-03-17

0

Mey-mey89

Mey-mey89

semangat thorrr

2023-03-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!