Tidak beberapa lama setelah Amanda pergi meninggalkan tempat itu, Harris pun tiba di sana. Pemuda berusia 20 tahun itu segera menghentikan motor sport-nya tepat di depan pintu butik milik Lea.
"Kak Lea, pulang sekarang?" tanya Harris dengan setengah berteriak kepada Lea.
Lea yang saat itu tengah asik berberes-beres, segera menoleh ke arah adik laki-lakinya itu kemudian tersenyum.
"Ya, tunggu sebentar!" jawabnya dengan setengah berteriak pula.
Harris pun dengan sabar menunggu sambil duduk di atas motor sport kesayangannya itu. Motor sport yang baru saja diberikan oleh Lea sebagai hadiah ulang tahunnya. Lima menit kemudian, Lea pun tiba di sana. Setelah mengunci pintu butiknya, Lea pun bergegas menghampiri Harris.
"Kamu sudah makan?" tanya Lea sembari menaiki motor milik Harris tersebut.
"Belum, Kak. Memangnya kenapa? Kakak mau mentraktir aku makan, ya?" celetuknya sembari melirik Lea yang kini sudah duduk di belakangnya.
"Ehm, sebenarnya Kakak cuma ingin mengajakmu makan bakso di tempat biasa. Bagaimana, kamu mau nggak?"
"Boleh, tapi yang spesial, ya!" sahut Harris sambil terkekeh pelan.
"Iya, boleh."
Setelah mengenakan helm, Harris pun segera melajukan motor sportnya ke tempat yang mereka tuju. Warung bakso favorit Lea.
***
"Aaaaagh ...." Terdengar suara sendawa yang keluar dari mulut Harris setelah kekenyangan menikmati seporsi bakso spesial kesukaannya.
Lea menepuk pelan lengan Harris sambil menekuk wajahnya. "Ish, kamu ini, Ris! Gak sopan," ucap Lea.
"Maaf, Kak. Kelepasan," jawabnya sambil terkekeh pelan.
"Serius, tidak ingin nambah lagi?" tawar Lea.
Harris menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Sudah, Kak, cukup. Perutku rasanya sudah penuh dengan bakso-bakso itu," jawab Harris sembari mengelus perutnya yang tampak menggembung.
Lea terkekeh pelan lalu bangkit dari posisi duduknya. "Sebaiknya kita pulang sekarang, Dek."
Harris mengangguk pelan lalu mengikuti langkah Lea yang berjalan di depannya. Setelah membayar semua pesanan, mereka pun segera melanjutkan perjalanan menuju kediaman mereka.
Di perjalanan.
"Oh ya, Dek, bagaimana kuliahmu hari ini?" tanya Lea.
Harris terkekeh pelan. "Hari ini si dosen killer kembali mengerjai aku, Kak. Entah apa dosaku padanya, hingga dia senang sekali mengerjai aku," sahut Harris.
Lea mengelus lembut pundak Harris lalu tersenyum. "Sabar, di balik sikapnya yang menyebalkan, Kakak yakin sebenarnya dosenmu itu baik dan ingin yang terbaik untuk semua mahasiswanya."
"Ya, menurutku juga begitu, Kak." Harris terdiam hingga beberapa detik lalu ia pun kembali bersua.
"Nanti, kalau aku sudah menjadi orang sukses, orang pertama yang ingin aku bahagiakan adalah Kakak. Aku ingin membalas kebaikan Kakak selama ini. Ya, walaupun aku tahu ini bahwa aku tidak akan mungkin bisa membalas semuanya," ucap Harris dengan mata berkaca-kaca.
Lea tersenyum kecut. "Ish, kamu ini ngomong apa sih, Dek. Melihat kamu menjadi orang sukses saja, sudah menjadi kebanggaan buat Kakak dan Kakak tidak butuh balasan apa pun darimu," jawab Lea sembari memeluk tubuh Harris dari belakang.
Sementara itu, di sisi lain jalan.
"Lima menit! Jika dalam waktu lima menit kamu masih tidak ada di sini, maka aku akan melompat dari tempat ini!"
Ancaman dari wanita itu berhasil membuat sosok lelaki tampan yang tengah mengemudikan mobil mewahnya tersebut menjadi gelagapan. Lelaki bersetelan jas hitam itu tampak panik dan cemas, mencemaskan nasib wanita yang tengah bicara dengannya melalui sambungan telepon.
"Baiklah, aku akan segera tiba di sana dalam waktu lima menit. Tapi kumohon, jangan lakukan hal yang tidak-tidak. Hari pernikahan kita sudah di terencana dengan baik. Apa kamu ingin semua itu jadi sia-sia saja?" jawabnya.
"Lima menit!" ucap wanita itu lagi, sebelum ia memutuskan panggilannya dengan lelaki tampan bersetelan jas mahal tersebut.
"Martha! Martha!" panggilnya. Namun, sayangnya panggilan itu sudah terputus.
"Lima menit!" Lelaki itu tersenyum sinis. "Apa dia pikir aku punya pintu ke mana saja, hingga aku bisa tiba di sana hanya dalam waktu lima menit saja?" gumamnya.
Karena mengkhawatirkan keadaan tunangannya itu, ia pun segera memacu laju mobilnya tersebut hingga di atas seratus kilometer per jam. Dengan kondisi jalan yang tampak lengang, ia yakin bahwa aksinya saat itu tidak akan membahayakan siapa pun, termasuk dirinya sendiri.
Namun, harapan tinggal lah sebuah harapan. Sebuah kejadian naas tidak bisa ia hindarkan. Di saat ia tengah melaju kencang, tiba-tiba dari arah berlawanan, lelaki itu melihat sebuah cahaya lampu motor sport yang tengah melaju di hadapannya.
Ia begitu terkejut, begitu pula pengemudi motor sport tersebut. Keduanya mencoba menghindari kecelakaan itu, tetapi sayang semua sudah terlambat. Tabrakan maut pun tidak bisa dihindari. Mobil mewah milik lelaki itu menghantam motor sport tersebut dengan sangat keras hingga menimbulkan suara yang begitu nyaring dan dengan tempo yang begitu singkat.
BRAAKKKK!!!
"AAAKHHH!"
Setelah menabrak motor tersebut, mobil yang ia kemudikan sempat oleng. Beruntung ia berhasil menguasainya kembali hingga tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Sebuah keberuntungan karena ia selamat tanpa kurang apa pun. Hanya mobil yang rusak parah akibat hantaman keras dengan motor tersebut.
Namun, keberuntungan itu tidak berlaku untuk sang pengemudi motor sport tersebut. Orang yang mengemudikan motor itu terpental hingga beberapa meter jauhnya dari tempat kejadian dan terhempas ke aspal dengan sangat keras. Bahkan saking kerasnya, helm yang menutupi kepala lelaki itu pecah dan terlepas dari kepalanya.
Pengendara motor sport itu tidak sendirian. Ia berdua dengan seorang wanita. Wanita yang ia bonceng saat itu nasibnya tidak kalah mengenaskan dari sang pengemudi motor. Sebelah kakinya sempat terlindas oleh ban mobil, sebelum akhirnya ia jatuh dan tak sadarkan diri di tempat itu.
Kejadian naas itu disaksikan oleh seorang pengguna jalan yang kebetulan lewat di tempat itu. Orang itu berhenti dan mencoba menolong kedua orang yang menjadi korban. Ia mencoba mendekati mobil mewah itu dan ingin meminta pertanggung jawaban dari sang empunya mobil.
Namun, kepanikan dan ketakutan yang amat sangat, membuat lelaki pemilik mobil mewah tersebut tidak bisa berpikir jernih. Yang ada di pikirannya saat itu adalah melarikan diri dan menemui sang kekasih secepatnya, sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kepada wanita itu.
"Ya, Tuhan! Apa yang harus aku lakukan?" ucapnya dengan panik. "Aku harus pergi dari sini dan menemui Martha. Nyawa Martha jauh lebih penting dari ini. Aku tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kepadanya," lanjut lelaki itu sembari kembali menekan pedal gas dengan kakinya. Tanpa basa-basi, ia pun kembali memacu kecepatan mobil tersebut sebelum ada yang mengenalinya.
"Woy, kurang ajar! Jangan lari kau!" teriak orang yang ingin menyelamatkan kedua korban kecelakaan tersebut. Ia geram melihat sang pengemudi mobil yang kabur dan tidak ingin bertanggung jawab dengan perbuatannya.
Sang pemilik mobil terus melajukan mobilnya tanpa peduli dengan teriakan orang yang meminta pertanggung jawaban. Hingga ia pun berhasil melarikan diri tanpa seorang pun tahu identitas dirinya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Widi Widurai
gblk ga ada otak. itu membahayakan yaa. at least kl tunangan dia doang yg mati/celaka ga masalah. kl berdampak ke org lain ini lo
2023-05-21
3
Nm@
Kejam banget si pengemudi mobil tu
2023-05-04
0
Putri Minwa
Widih bikin geram ceritanya thor
2023-04-13
0