GKP 5

"Lea, maafkan aku yang baru bisa menjengukmu sekarang," ucap Amanda, sahabat Lea yang baru saja muncul dari balik pintu. Ia bergegas menghampiri Lea yang masih terbaring lemah di atas tempat tidur pasien lalu duduk di samping sahabatnya itu.

"Manda," sahut Lea sambil mencoba melemparkan sebuah senyuman hangat kepada sahabatnya itu. Walaupun sebenarnya saat itu ia masih merasakan kehancuran yang amat sangat.

"Bagaimana kabarmu, Lea?"

Sebelum menjatuhkan diri di kursi yang ada di samping tempat tidur Lea, terlebih dahulu Amanda menciumi kedua pipi sahabatnya itu dengan begitu lembut.

"Aku tidak sedang baik-baik saja, Amanda. Kamu bisa lihat bagaimana aku sekarang ini. Aku begitu menyedihkan," sahut Lea dengan suara yang tertahan-tahan.

Amanda menghembuskan napas berat lalu mengusap lembut tangan Lea yang ada di sampingnya. "Sabar, ya, Lea. Aku yakin, di balik musibah ini, akan ada sebuah kebahagiaan yang akan menantimu."

Lea kembali terisak. Air matanya jatuh tak terbendung dan kini mengalir dengan deras di kedua belah sudut matanya.

"Aamiin, semoga saja. Namun, sebahagia apa pun aku, rasanya akan tetap berbeda karena Harris sudah tidak bersamaku lagi."

Amanda membantu menyeka air mata Lea yang terus keluar dari kedua netra sahabatnya itu dengan sangat lembut.

"Jangan bilang seperti itu, Lea. Ikhlaskan adikmu. Aku yakin saat ini Harris sudah berbahagia di sana. Jadi, jangan buat dia sedih hanya karena kamu yang tidak bisa melepaskan kepergiannya," tutur Amanda, mencoba menenangkan Lea.

"Amanda benar, Sayang. Sebaiknya ikhlaskan Harris. Biarkan ia tenang dan bahagia di sana."

Tiba-tiba terdengar suara Rangga yang kemudian muncul dari balik pintu ruangan Lea dirawat. Lelaki itu lalu berjalan menghampiri Lea dan Amanda sambil tersenyum kecil.

Lea mengerutkan alisnya heran karena tiba-tiba Rangga muncul dari balik pintu. Kekasihnya itu bahkan tidak memberitahu soal kedatangannya itu.

"Ra-Rangga?"

"Lea ...." Rangga segera memeluk tubuh Lea dengan begitu erat. Tak lupa ia memberikan ciuman hangatnya di puncak kepala gadis itu, sama seperti biasanya.

Lea kembali terisak di pelukan lelaki itu. Ia benar-benar sedih mengingat kondisinya sekarang ini.

"Lihatlah aku, Rangga! Aku sudah tidak lagi sempurna. Dan adikku ... adikku sudah meninggalkan aku lebih dulu," ucap Lea di sela isak tangisnya.

Rangga membelai lembut punggung Lea, mencoba untuk menenangkan wanita itu. "Hussh, sudahlah. Aku tahu kamu adalah wanita yang kuat, Lea. Aku yakin kamu bisa melewati semua ini. Ingatlah, akan ada pelangi setelah badai. Akan ada sebuah kebahagiaan yang sedang menantimu di balik semua kejadian ini, Lea."

Lea melerai pelukannya bersama Rangga. Ia menatap lelaki itu sembari menyeka air mata yang sejak tadi terus merembes tanpa bisa ia tahan.

"Setelah keadaanku seperti ini, apakah kamu akan membatalkan pernikahan kita, Rangga? Apakah setelah ini kamu akan meninggalkan aku?" tanya Lea dengan begitu serius.

Rangga tersenyum kecil sembari menggelengkan kepalanya dengan perlahan. "Tidak, Sayang. Tidak akan. Pernikahan kita akan tetap dilakukan dan aku berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu," jawab Rangga dengan penuh keyakinan.

"Benarkah itu, Rangga?" Lea mencoba memastikan bahwa apa yang dikatakan oleh Rangga adalah benar dan bukan sebuah kebohongan.

"Tentu saja, Lea. Kamu bisa pegang semua janjiku padamu. Benar 'kan, Amanda?" Rangga melirik Amanda yang sejak tadi terdiam memperhatikan kebersamaan Lea dan lelaki itu.

"Ya," jawab Amanda singkat sambil tersenyum kecil.

"Sekarang kamu yakin, 'kan? Amanda yang akan menjadi saksinya," lanjut Rangga sembari melabuhkan ciuman hangatnya di puncak kepala Lea untuk yang kesekian kalinya.

Lea pun akhirnya tersenyum setelah mendengar jawaban Rangga yang begitu meyakinkan. Ada rasa bangga terselip di dalam hatinya sebab Rangga masih bisa menerima kondisinya yang sudah tidak lagi sempurna.

"Terima kasih, Sayang. Terima kasih karena sudah menerima kondisiku yang seperti ini," ucap Lea dengan mata berkaca-kaca.

"Sama-sama, Lea sayang. Ingat! Apa pun akan aku lakukan untukmu," jawab Rangga.

Amanda melemparkan pandangannya ke arah lain. Raut wajahnya tampak berubah. Tak lagi hangat seperti sebelumnya.

"Sayang, apakah Amanda kemari barengan sama kamu?" tanya Lea.

Sebelum Rangga menjawab pertanyaan dari Lea, ia melirik Amanda terlebih dahulu. "Ehm, itu ...."

"Aku dan Mas Rangga tidak sengaja ketemu di jalan, Lea. Ya sudah, aku numpang saja sama dia," sela Amanda yang kini melemparkan senyumannya kepada Lea.

"Ya, Sayang. Itu benar," sambung Rangga sambil tersenyum kecut.

Lea tersenyum. "Baguslah kalau begitu. Aku senang mendengarnya."

***

Keesokan harinya.

Hari ini adalah hari pemakaman Harris. Di mana Lea terpaksa meminta Rangga untuk mengatur seluruh acara pemakaman adiknya tersebut. Itu semua terpaksa Lea lakukan karena ia sudah tidak memiliki siapa pun lagi untuk dimintai tolong.

Tidak banyak yang menghadiri acara pemakaman tersebut. Hanya teman-teman kampus serta orang-orang terdekat Harris saja.

Sebenarnya kondisi Lea pun masih belum memungkinkan untuk menghadiri acara pemakaman itu. Namun, ia tetap bersikeras hadir walaupun para tim medis sudah melarangnya.

Dengan wajah yang memucat, Lea menatap tubuh Harris yang sudah tertutup kafan dan siap dimasukkan ke tempat peristirahatan terakhirnya. Tak ada lagi air mata yang membasahi kedua pipi Lea. Ia sudah mencoba mengikhlaskan kepergian Harris, adik semata wayang yang selalu menjadi kebanggaannya.

Prosesi pemakaman itu berjalan dengan lancar dan kini Harris sudah beristirahat dengan tenang di pembaringan terakhirnya. Satu persatu pelayat pun pamit. Mereka menghampiri Lea yang masih duduk di kursi roda dengan ditemani dua orang perawat yang berdiri di samping kiri dan kanannya.

"Kami turut berdukacita yang sedalam-dalamnya atas kejadian yang menimpa kalian. Kami doakan semoga Harris tenang di sisi-Nya dan untuk kamu, semoga kamu kuat serta tabah dalam menghadapi semua cobaan ini," ucap salah satu pelayat sambil bersalaman dengan Lea.

"Terima kasih sudah bersedia hadir sekaligus untuk doa-doanya," sahut Lea dengan mata berkaca-kaca. .

"Sama-sama, Lea. Yang sabar, ya!"

Akhirnya seluruh pelayat pun pulang. Kini tinggal Lea, Rangga, Amanda serta beberapa tim medis yang masih bertahan di tempat pemakaman itu.

Lea lagi-lagi terisak. Ia begitu sedih menatap pusara sang adik. Tak pernah menyangka bahwa Harris akan meninggalkannya lebih dulu dengan membawa seluruh harapannya.

Rangga menghampiri Lea kemudian berjongkok di hadapannya. "Sebaiknya kamu kembali ke Rumah Sakit, Lea. Semakin lama kamu berada d sini, kamu akan semakin sedih," bujuk Rangga.

"Ya, Mas Rangga benar, Lea. Sebaiknya kamu kembali ke Rumah Sakit," timpal Amanda yang kini turut mendekati Lea.

Lea pun menganggukkan kepalanya. "Baiklah, aku akan kembali ke Rumah Sakit. Oh ya, Amanda. Maafkan aku karena dalam minggu-minggu ini aku akan terus menyibukkanmu dengan gaun pengantin itu. Ah, seandainya aku tahu akan seperti ini keadaannya, mungkin aku tidak akan pernah menyanggupi permintaan gaun itu," tutur Lea dengan wajah sedih.

"Tidak masalah, Lea." Amanda pun tersenyum sembari mengelus lembut lengan Lea.

Para petugas medis kembali membawa Lea ke rumah sakit. Sementara Amanda pulang bersama Rangga.

***

Terpopuler

Comments

Ilan Irliana

Ilan Irliana

ksian Lea y dikhianati pcr m shbt'y hmm..

2023-07-16

3

Sri Maniyah

Sri Maniyah

pgar mkn tamanan dong

2023-06-03

0

Sri Maniyah

Sri Maniyah

brati rangga pcr nya byk dong selain amanda. sma marta jga mo di nkhin

2023-06-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!