Satu jam sudah Lea pergi dengan dalih hendak ke kamar kecil. Namun, sampai saat itu, Lea masih belum juga kelihatan batang hidungnya. Beberapa kali Pak Rahman melirik jam tangannya dengan wajah cemas. Mencemaskan keadaan majikannya itu.
"Ini sudah lebih dari satu jam, tapi kenapa non Lea tidak juga kembali? Apa mungkin terjadi sesuatu kepadanya?" gumam Pak Rahman dengan cemas.
Setelah memastikan bahwa mobilnya sudah dalam posisi aman, ia pun segera meninggalkan tempat itu lalu mencari keberadaan Lea. Pak Rahman menelusuri area pemakaman itu sambil memperhatikan sekeliling. Siapa tahu ada Lea di sana. Namun, hingga ia tiba di kamar kecil, ia masih belum menemukan majikannya itu.
"Ehm, apa Anda melihat majikan saya di sini? Dia bilang pergi ke kamar kecil. Namun, ini sudah lebih dari satu jam, tetapi ia belum juga kembali," tanya Pak Rahman kepada seorang lelaki penjaga kebersihan di area pemakaman tersebut.
Lelaki itu menggelengkan kepalanya. "Saya tidak melihat siapa pun selama saya di sini. Bahkan saya berjaga di sini sudah sejak dua jam yang lalu," jawabnya.
Alis Pak Rahman berkerut. "Benarkah? Dia seorang wanita dan dia mengenakan kaki palsu," jelas Pak Rahman lagi.
Lelaki itu kembali menggelengkan kepalanya.
"Ya, Tuhan! Di mana non Lea?" gumamnya semakin cemas.
Dengan terburu-buru, Pak Rahman kembali melanjutkan langkahnya. Mencoba mencari keberadaan Lea.
Di sisi lain.
Sudah satu jam lebih Lea berjalan menelusuri jalan dengan tatapan dan pikiran kosong. Ia bahkan tidak sadar bahwa posisinya sudah begitu jauh dari tempat pemakaman itu. Karena merasakan perih dan sakit yang amat sangat pada kakinya, Lea pun akhirnya memutuskan untuk berhenti.
Lea melihat ke sekeliling, ternyata ia tengah berada di tengah-tengah jembatan, yang di mana ada air mengalir dengan deras di bawahnya. Lea menghampiri pagar pembatas jembatan lalu melihat ke bawah.
Sungguh pemandangan yang begitu mengerikan bagi yang memiliki fobia terhadap ketinggian, termasuk Lea sendiri. Ia menelan salivanya saat itu. Kepalanya mendadak pening dan tiba-tiba tubuhnya mengeluarkan keringat dingin.
"Apa yang akan terjadi padaku jika aku melompat dari sini? Apakah aku akan mati?" gumam Lea sambil menyeka keringat yang tiba-tiba mengucur di keningnya.
"Jika ya, maka aku akan memilih melompat dari sini," lanjut Lea.
Lea melihat ke sisi kiri dan kanan. Tak ada seseorang pun di sana. Hanya satu atau dua kendaraan bermotor yang lewat di tempat itu. Bahkan rumah-rumah warga pun tak terlihat.
"Ya ampun, tempat apa ini? Rasanya aku tidak pernah melewati jalan ini sebelumnya," gumam Lea setelah sadar bahwa dirinya sudah berada di tempat antah berantah.
Karena merasa ada kesempatan, Lea pun ingin melanjutkan aksi nekatnya. Keputusannya seakan sudah bulat untuk melompat dari jembatan itu. Perlahan Lea menaiki pagar pembatas jembatan lalu berdiri di bagian luarnya. Di mana air beraliran deras itu seakan sudah siap menunggunya.
Dengan tangan yang gemetar, Lea melepaskan kaki palsu yang masih menempel di kakinya. Setelah berhasil melepaskan benda itu, ia pun bersiap untuk melemparkannya.
"Maafkan aku ya, Tuhan. Aku tahu apa yang aku lakukan ini adalah dosa besar dan hal yang paling Engkau benci. Tapi, aku benar-benar sudah tidak memiliki alasan apa pun lagi untuk hidup di dunia ini. Semua orang yang aku cintai sudah pergi meninggalkanku," ucap Lea dengan berderai air mata.
Lea lalu melemparkan kaki palsu itu terlebih dahulu kemudian ia pun bersiap untuk terjun mengikuti benda itu. Namun, di sisi lain jalan, sepasang mata tengah memperhatikan dirinya.
"Apa yang ingin dilakukan oleh wanita itu?" ucapnya sambil sesekali melihat ke depan di mana mobilnya masih melaju.
"Ah, sudahlah. Biarkan saja! Lagi pula itu bukan urusanku," lanjutnya sembari melewati posisi Lea yang masih berdiri di sisi jembatan.
Lelaki itu masih berperang dengan pikirannya sendiri. Antara ingin menolong dan membiarkannya melakukan hal itu.
"Tolong ... biarkan saja! Tolong ... biarkan saja! Akh!"
Tiba-tiba tangannya refleks membanting setir. Ia memutar balik dan kembali menghampiri posisi Lea berada. Tanpa pikir panjang, ia pun bergegas keluar dengan langkah cepat, lalu berhenti tak jauh dari wanita itu.
"Maafkan aku, Nona. Sebenarnya aku sama sekali tidak ingin ikut campur dengan urusanmu sebab aku sama sekali tidak pernah mengenalmu. Namun, hati nuraniku yang gila ini memintaku untuk menghampirimu dan mengatakan bahwa apa yang kamu lakukan itu benar-benar salah!" ucapnya sambil menatap Lea dengan lekat.
Lea tersentak kaget. Ia berpaling lalu menatap lelaki untuk sejenak. "Siapa kamu? Dan mau apa kamu ke sini?!" sahut Lea dengan setengah berteriak.
"Hanya mengingatkanmu saja, Nona. Bahwa apa yang ingin kamu lakukan itu salah! Sangat-sangat salah! Kita sebagai sesama manusia, wajar saja untuk saling mengingatkan. Benar 'kan?"
Lea tersenyum sinis. "Terus saja bujuk aku! Aku tetap tidak akan mengubah keputusanku. Lagi pula kamu tidak pernah mengenalku, Tuan. Kamu tidak tahu masalah apa yang tengah terjadi padaku," jawabnya dengan tegas.
"Ck ck ck! Ayolah, Nona. Kalau menurutku sangat rugi jika wanita secantik kamu harus mengakhiri hidupmu dengan cara yang seperti ini," bujuk lelaki itu.
"Segera pergi dari sini, Tuan. Aku beri kamu kesempatan beberapa detik lagi. Teruslah jalan dan jangan pernah tengok apa pun yang aku lakukan di sini," ucap Lea.
Lelaki itu menghembuskan napas berat. "Sayangnya aku sudah terlanjur berdiri di sini. Mau tidak mau, aku pasti ikut terlibat. Jika kamu melompat dan aku membiarkan kamu tanpa melakukan sesuatu, maka aku pasti akan kena pasal. Pasal kelalaian, di mana aku membiarkan orang lain kehilangan nyawanya."
"Persetan denganmu!" Lea kembali tersenyum sinis.
Tanpa diduga, Lea nekat menjatuhkan dirinya dan hal itu membuat lelaki tersebut panik sekaligus ketakutan.
"Ya, Tuhan!"
Tanpa pikir panjang, lelaki itu pun ikut melompat dan mengikuti aksi Lea, terjun dari jembatan tersebut menuju air yang beraliran deras tersebut.
"Akh, apakah aku akan mati juga?!" pekiknya sembari bersiap menuju air di bawah sana.
"Aaaakkkhhh!"
Byurrr! Byurrr!
Tubuh Lea terhempas di permukaan air. Begitu pula lelaki itu. Lea yang sebenarnya tidak bisa berenang, hanya bisa pasrah mengikuti aliran sungai yang sangat deras itu.
Lain halnya dengan lelaki itu. Setelah berhasil menyembul ke permukaan air, ia pun bergegas berenang ke arah Lea. Berkali-kali ia berusaha meraih tubuh Lea, tetapi gagal. Ia hampir menyerah karena aliran air di sungai itu begitu deras dan sulit untuk ditaklukkan.
Namun, takdir berkata lain. Akhirnya lelaki itu berhasil meraih kemeja yang dikenakan oleh Lea lalu mencengkeramnya dengan sangat erat.
"Dapat!" pekiknya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Eti Alifa
yg nolong kayanya yg nabrak lea da..
2023-03-17
0
Rini Musrini
jangan² yg nolong lea orang yg tlah menabraknya .
2023-03-16
1
Mey-mey89
semangat thorrr...
2023-03-16
2