Sementara itu.
"Jadi dia, wanita yang kamu ceritain itu, Sayang?"
"Ya, dia. Sebenarnya aku kasihan sama dia dan ingin sekali membantunya. Namun, tawaran dari lelaki itu jauh lebih memuaskan," jawab Pak Andi, tertawa dengan begitu bangganya.
Wanita cantik itu pun ikut tersenyum. "Ya, kamu benar."
"Tentu saja aku benar. Jika tidak, mungkin aku akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan mobil mewah ini," sahut lelaki paruh baya itu sembari merengkuh pundak sang kekasih.
Karena terlalu asik bercanda dengan wanita cantik itu, Pak Andi tidak sadar bahwa tepat di hadapannya ada sebuah truk tronton yang sedang melaju dengan sangat cepat.
"Eh, Sayang! Sayaaaaang ...." teriak wanita itu dengan mata membulat sempurna ketika melihat sebuah benda besar melaju tepat di hadapan mereka dan siap menghantam mobil mewah yang tengah mereka tumpangi.
Pak Andi segera menoleh dan ia pun ikut membulatkan matanya. Mobil truk tronton bermuatan itu berada hanya beberapa meter dari mobilnya. Melihat hal itu, Pak Andi pun refleks membanting setirnya ke arah kanan. Namun, hal itu ternyata sia-sia saja. Tabrakan maut itu ternyata tidak dapat dielakkan hingga akhirnya ...
"Akh, tidakkkkk ...!!!"
Brakkkk!!!
Mobil yang dikemudikan oleh Pak Andi terpental dan terguling-guling hingga berpuluh-puluh meter dari tempat semula. Mobil mewah berharga milyaran itu hancur tiada rupa akibat hantaman keras bersama mobil truk tronton tersebut.
"To-tolooong ...." Dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki, Pak Andi mencoba meminta pertolongan. Namun, sayangnya tak ada siapa pun di sana.
Pak Andi melirik wanita cantik yang tadi duduk di sampingnya. Ternyata wanita itu sudah tidak bernyawa. Tubuh indahnya tergencet bodi mobil. Kulit yang tadinya putih mulus, kini tampak membiru serta berdarah-darah dan mulutnya masih mengeluarkan darah segar. Beberapa kali Pak Andi mencoba membangunkan wanita simpanannya itu, tetapi tidak berhasil. Ia sama sekali tidak merespon.
"Sayang, bangunlah! Aku mohon," ucapnya dengan bibir bergetar.
Setelah sadar bahwa wanita itu sudah tidak bernyawa, Pak Andi pun mencoba menyelamatkan dirinya sendiri. Dengan sekuat tenaga, lelaki paruh baya itu mencoba menarik kakinya yang juga terjepit.
"Akkkhhh! Kenapa aku tidak bisa merasakan kakiku!" Pak Andi menjerit.
Beberapa menit kemudian.
Akhirnya lelaki paruh baya itu kehabisan tenaganya. Darah yang terus mengucur di sela-sela lukanya, membuat penglihatan Pak Andi menjadi buram dan ia pun tak sadarkan diri.
***
Di sisi lain.
Rangga melajukan mobilnya ke suatu tempat. Di mana seseorang sedang menunggu kedatangannya.
"Sebenarnya apa yang ingin ia bicarakan padaku? Apa ini ada hubungannya dengan apa yang dikatakan oleh Lea barusan? Ah, semoga tidak. Semoga dia baik-baik saja," gumam Rangga dengan wajah cemas.
Tidak berselang lama, Rangga pun tiba di depan sebuah kafe. Setelah memarkirkan mobilnya, ia pun bergegas masuk dan melihat ke sekeliling. Hingga seseorang melambaikan tangan ke arahnya. Seorang wanita yang sangat ia kenali, yang selama ini selalu menemaninya.
Dengan tergesa-gesa Rangga berjalan menghampiri meja tersebut. Ia tersenyum lalu duduk di salah satu kursi kosong, tak jauh dari posisi wanita itu berada.
"Ada apa, Sayang? Kata Lea, tadi pagi kamu jatuh pingsan di butik. Apa itu benar?"
Amanda mengangguk pelan. "Ya, itu benar. Aku jatuh pingsan dan apakah kamu tau apa sebabnya?"
Rangga memperhatikan wajah Amanda dengan seksama. Wajah wanita itu tampak memucat. Persis seperti orang yang sedang sakit parah. Sementara matanya sembab karena sejak pulang dari klinik dokter spesialis kandungan itu, Amanda terus saja menangis dan tidak bisa mengontrol emosinya.
"Memangnya apa yang terjadi padamu, Sayang? Lihat, wajahmu pun terlihat pucat," tanya Rangga penasaran.
"Aku memeriksakan kesehatanku ke klinik langganan. Namun, tiba-tiba dokter mengatakan sesuatu yang sangat mengejutkan. Yang membuat hidupku terasa jungkir balik," tutur Amanda dengan air mata yang berderai.
"Apa yang dokter katakan padamu, Amanda?"
"Aku hamil, Mas! Dan usia kandunganku sudah memasuki minggu ke-delapan!" jawab Amanda sembari menyeka air matanya.
"Apa? Ha-hamil?!" pekik Rangga, seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Amanda barusan. "Ta-tapi, bagaimana bisa?"
"Tentu saja bisa! Kenapa tidak, bukankah kamu lebih suka keluar di dalam? Yang katamu rasanya lebih nikmat dibanding keluar di luar. Sekarang nikmatilah rasa nikmat-mu itu," ucap Amanda dengan kesal.
Rangga terdiam untuk beberapa detik dengan raut wajah cemas lalu kembali bicara, "Sekarang kita harus bagaimana?" tanyanya kebingungan.
"Bantu aku, aku ingin mengaborsi bayi ini. Aku masih belum siap menjadi ibu. Aku masih ingin menikmati hidupku, Rangga!" jawabnya dengan mantap.
Rangga menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia tidak setuju dengan keinginan wanita itu.
"Tidak, Manda. Tidak! Aku tidak mau. Biar bagaimanapun anak ini adalah milik kita berdua. Aku tidak ingin kamu mengaborsi bayi ini," jawab Rangga sembari menggenggam tangan Amanda dengan erat.
"Trus apa maumu? Apa kamu ingin merawatnya? Jika ya, silakan saja ambil!" ketus Amanda dengan wajah serius.
Rangga mengembuskan napas berat. "Bukan aku, tapi kita, Manda. Kita, aku dan kamu yang akan merawatnya karena kita orang tuanya."
"Hhhh, kau saja! Aku tidak mau," jawab Amanda sambil membuang muka.
"Amanda, ayolah!" bujuk Rangga lagi, dengan nada suara yang mulai meninggi.
"Baiklah, tapi nikahi aku secepatnya! Beritahu kedua orang tuamu dan suruh mereka untuk segera melamarku."
Rangga pun mengangguk. "Baiklah, kalau itu maumu."
Amanda tersenyum miring. "Dan satu lagi! Sudahi hubunganmu dengan Lea. Berhentilah berpura-pura mencintainya dan katakan bahwa kamu sudah tidak memiliki perasaan apa pun lagi terhadapnya!" tegas Amanda.
"Huft! Baiklah," jawab Rangga.
Amanda menarik kasar tangannya yang masih berada di dalam genggaman Rangga dan hal itu berhasil membuat Rangga terkejut.
"Ada apa lagi, Amanda?"
"Aku dengar dari Lea, katanya kamu masih berusaha menyentuhnya lagi, 'kan?"
Rangga menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. "Ehm, tidak. Itu tidak benar. Lea saja yang kege'eran."
"Hmmm, mengaku saja! Lea tidak mungkin berbohong kepadaku," ujar Amanda dengan wajah menekuk.
"Memangnya kamu masih punya perasaan ya, sama dia? Katanya kamu sudah tidak memiliki perasaan apa pun lagi ke dia dan bertahan hanya sekedar rasa kasihan tapi kenapa kamu masih memiliki hasrat ke dia?" lanjut Amanda dengan kesal.
"Sudahlah, Amanda. Berhentilah berpikiran yang tidak-tidak. Sebaiknya sekarang kamu fokus ke bayi ini saja," sahut Rangga, mencoba mengalihkan topik pembicaraan mereka.
"Baiklah. Tapi ingat bahwa kamu akan segera mengakhiri hubungan kalian. Jangan cuma janji-janji doang! Jika dalam beberapa hari ini kamu tidak mengakhirinya, maka aku akan menggugurkan bayi ini dan mengakhiri hubungan kita," ucap Amanda dengan setengah mengancam.
"Iya-iya, baiklah," sahut Rangga sambil membuang napas berat.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
yelmi
gendeg banget sama Amanda si wanita ulat bulu...tega banget sama Lea sahabat nya sendiri 😠
2023-08-21
1
Fera Kolut
kena karma tu pengacara
2023-06-30
0
we
Lea semoga mendapatkan jodoh terbaik laki laki kaya Rangga tahu aja di bulan
2023-03-18
1