Love Or Obsession?
Yoongi tengah berada di LA, melakukan konser tunggalnya sebagai idol multitalent. Pria yang memakai kemeja putih dengan rajut vest, dan celana jeans hitam yang membalut rapi kaki jenjangnya itu nampak sangat menawan. Kepala yang mahkotanya di cat blonde itu di lingkari headband berwarna hitam sehingga rambutnya terangkat ke atas.
Penampilannya sangat kontras dengan kulit yang terlihat sangat putih, wajahnya yang jarang berekspresi tidak mengurangi tingkat ketampanannya. Pun harga fashion nya yang tidak terkira.
Yoongi terus berjalan menyusuri jalan, menikmati pemandangan kota yang tidak jauh berbeda dengan negeri asalnya. Pria itu tidak sendiri melainkan bersama temannya, Park Jimin dan Jeon Jungkook. Ketiga pria yang memiliki pesona tersendiri, kadar ketampanan yang berbeda namun ketiganya mampu membuat siapapun terpesona.
"Kapan kita akan kembali ke Seoul, Hyung?" Tanya pemuda Jeon.
"Nanti malam." Jawab Yoongi.
"Nikmati saja liburan mu, adik kecil. Kapan lagi kita pergi ke luar negeri dengan gratis?" Ucap Jimin sembari memainkan alisnya.
"Ah, aku tidak suka di sini. Aku lebih suka di Korea." Sahut Jungkook.
"Kalau begitu seharusnya kau tidak usah ikut, padahal kau yang paling memaksa untuk ikut." Ujar Jimin.
Jungkook memanyunkan bibirnya sembari terus menggandeng lengan Jimin, memang dirinya bersemangat saat Hyung nya itu bilang akan konser di LA namun dia tidak menyangka jika itu akan lama. Tiga hari di negeri orang, sebagus apapun itu ya tetap senang di negeri sendiri.
Yoongi yang sudah hapal dengan kelakuan bayi besarnya itu hanya diam, tidak heran sekaligus tidak memberikan reaksi apapun. Ekspresi nya tetap datar dengan mata yang sedikit sipit.
Diam-diam pria itu tengah memikirkan sesuatu, berulang kali ia mengecek ponselnya tapi tidak ada satupun notifikasi yang ia dapatkan.
"Huuh..!" Yoongi menghela nafasnya kasar. Memasukkan ponselnya kembali kedalam saku celananya.
Park Jimin yang melihat itu hanya bisa berpandangan dengan Jungkook, seolah tengah bertanya melalui tatapan mata. Sementara bayi besar itu hanya mengedikkan bahu tanda tak tahu. Atau mungkin tak peduli. Sebab dia hanya ingin cepat-cepat pulang.
•••
Sudah dua hari dirinya berada di rumah sejak kepulangannya dari LA, hanya bermain game atau sesekali menulis lirik lagu. Besok ia harus terjun kembali memulai pekerjaannya, dirinya mendapatkan proyek lagu dan mengurus rekaman untuk album seorang penyanyi.
Sebenarnya konsernya di LA adalah pementasan terakhirnya menjadi idol, dirinya akan Hiatus menyusul para rekannya yang sudah terlebih dahulu menghentikan diri dari dunia musik. Meski tidak sepenuhnya sebab pria itu masih gemar menulis lagu.
Dirinya akan fokus pada menulis lirik dan membuat instrumen musik, tanpa harus kesana kemari melakukan perform di atas panggung.
Yoongi kembali mengecek ponselnya, melihat pesan yang beberapa hari yang lalu ia kirimkan. Belum ada balasan padahal dia yakin pesannya sudah di baca, atau memang orang itu tidak berniat membalasnya Yoongi sendiri tidak tahu.
Mungkin jika dilihat pria itu tidak peduli, namun dalam hatinya dia sangat-sangat memikirkannya. Bahkan rasanya tidak bisa hilang dari ingatan.
Ding dong!
Pria berkulit putih itu melirik ke arah depan saat bel rumahnya berbunyi, tidak ada tanda-tanda ia akan bangkit membuka pintu atau sekedar menyahut untuk bertanya siapa yang datang.
Pria itu hanya diam sembari terus menatap layar ponselnya tanpa ekspresi. Dan benar saja, pintu depan terbuka dengan seseorang yang masuk kedalam rumah menghampiri dirinya yang tengah terduduk di sofa.
"Hey Bro!" Sapa Jimin.
Yoongi hanya melirik dengan ekspresi nya yang sudah tertempel rapi di wajahnya, datar dan cuek. Sepertinya senyuman Yoongi amat sangat mahal.
"Apa kau punya Bir?" Tanya Jimin.
"Tidak."
"Kalau begitu jus?"
"Tidak."
"Apa kau mendadak miskin sampai tak memiliki apapun?"
"Tidak ada apapun disini jika untukmu."
"Sialan."
"Pulanglah." Usir Yoongi.
"Aku bahkan baru saja sampai." Jimin tidak mau beranjak.
"Tidak ada yang memintamu kemari."
Jimin mendecak, temannya yang satu ini sungguh biadab sekali pikirnya. Tapi dia tidak memasukkan ucapan Yoongi ke dalam hati sebab pria itu tahu bagaimana pedasnya mulut temannya ini, berbicara sesuka hati dan tak pernah disaring.
"Kapan kau akan mulai rekaman?" Tanya Jimin sembari menikmati sekaleng soda yang teronggok di atas meja.
"Besok."
"Kau sendirian?" Tanya Jimin lagi.
"Aku tidak berniat mengajakmu."
Pria bermarga Park itu lagi-lagi mendecak, menyenderkan punggungnya pada sandaran sofa. Lebih baik dia menonton televisi saja daripada mengajak manusia batu itu berbicara. Seharusnya dirinya memang tidak bertandang kemari, lebih baik mengunjungi bayi besar Jungkook daripada si Yoongi sialan ini.
•••
"Jong-hoon, apa kau melihat kaos kaki ku?!"
"Apa kau tidak salah bertanya seperti itu padaku?"
"Jawab saja, lihat atau tidak. Kau ini kebiasaan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan lagi."
"Kalau begitu tidak usah bertanya."
Gadis berambut hitam panjang itu mendecak, menyangga tangannya di pinggang lalu memutar kepalanya. Sial sekali pikirnya, selalu saja dia kehilangan barang pribadi nya.
Heran sekali sebab dia sudah menaruhnya di laci paling belakang namun tetap saja kaos kakinya hilang. Dan sekarang dirinya tengah dikejar waktu, tidak memungkinkan jika terlambat hanya untuk mencari barang kecil di rumahnya yang besar.
"Ji-eun cepatlah!" Seru Jong-hoon yang sudah berada di luar.
"Sebentar!" Balas gadis Lee ikut berteriak.
Ji-eun kembali mengecek lemari kecilnya untuk mencari kaos kaki miliknya, mungkin saja terselip atau dirinya yang tidak melihat. Tapi ternyata memang tidak ada, alhasil dengan terpaksa gadis itu keluar membawa tas dan menarik kopernya.
"Kau ini lama sekali!" Kesal Jong-hoon.
"Itu karena aku mencari kaos kaki ku yang--- hey! Bukankah itu milik ku?" Ji-eun mengangkat celana panjang Jong-hoon ke atas demi melihat sesuatu yang saudaranya pakai.
"Benar, itu kaos kakiku!" Seru Ji-eun. "Kenapa kau memakainya? Aku mencarinya ke seluruh sudut rumah kau tahu?"
"Aku mana tahu itu punyamu." Ujar Jong-hoon santai.
Dengan kesal Ji-eun masuk kedalam mobil karena ayahnya; Jin-kook, sudah berulang kali membunyikan klakson mobil. Begitupun dengan Jong-hoon yang menyusul masuk dan duduk di kursi belakang.
"Tidak ada yang ketinggalan?" Tanya Jin-kook pada kedua anaknya.
"Tidak." Jawab mereka bersamaan.
Jin-kook menyalakan mesin mobil dan mulai melaju. Menyusuri jalanan kota yang sedikit ramai. Hari ini keluarga Lee akan berpindah sementara ke Seoul, tidak semuanya atau lebih tepatnya dua anaknya saja. Lee Ji-eun dan Lee Jong-hoon.
Jong-hoon akan menemani sang adik yang akan melakukan rekaman lagu untuk album baru di Seoul, si gadis Lee itu amat sangat manja oleh sebab itu Jin-kook memerintahkan putranya untuk menemani sang adik ketika di kota. Selain itu, Jong-hoon adalah manager Ji-eun.
Sementara Jin-kook telah mengambil alih perusahaan keluarga yang selama ini di kelola oleh putra tertua Lee.
Lee Ji-eun merupakan aktris yang berasal dari distrik Songjeong-dong. Sebenarnya gadis itu juga merupakan idol yang multitalent, namun sekarang si gadis Lee hanya menekuni dunia musik saja.
Parasnya yang cantik dengan kulit putih dan rambut yang panjang, bentuk wajah bulat serta tubuh yang ideal membuat siapa saja pasti akan terpana melihat gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments