"Aku tidak bisa menemanimu pergi ke Jeju besok." Ucap Jong-hoon.
"Memangnya kenapa? Kau selalu mengawasi ku, tapi saat aku akan pergi jauh kau justru malah tidak mau ikut."
"Aku bilang tidak bisa, bukan tidak mau. Ada beberapa hal yang harus aku urus, Ji-eun."
"Akhir-akhir ini kau selalu sibuk, apa yang sedang kau kerjakan? Apa kau diam-diam berkencan?"
"Kau tahu sendiri kekasihku ada di mana, jangan mengajukan pertanyaan yang kau sendiri tahu jawabannya."
Ji-eun memutar bola matanya malas, dia merasa jika kakak nya itu belakangan ini memang sibuk. Beralasan ada sesuatu yang harus diurus, sedangkan Ji-eun sendiri tidak tahu apa itu.
Jika masalah perusahaan, bukan kah ayah mereka telah mengambil alih? Jong-hoon benar-benar tidak profesional dalam bekerja.
Ya, meski bekerja dengan adiknya sendiri.
Gadis bungsu keluarga Lee itu berlalu ke kamar, menyiapkan beberapa keperluan yang akan dia bawa untuk syuting besok. Meski hanya dua hari saja namun harus tetap teliti.
Lagipula Jong-hoon tidak akan khawatir membiarkan Ji-eun bekerja sendiri, akan ada Bongsoon yang menemaninya. Dan juga produser Hoseok yang menurutnya sangat baik jadi Jong-hoon tidak terlalu khawatir meski jaraknya jauh.
•••
Pukul 8 pagi, Ji-eun berangkat di jemput oleh Bongsoon yang juga mengajak kekasihnya, Kim Taehyung. Bukan mengajak, lebih tepat nya Taehyung yang memaksa ikut.
Lagipula akan ada Hoseok yang merupakan sahabatnya, jadi anggap saja ini sebagai liburan ke pulau Jeju.
"Kau mengajak nya?" Tanya Ji-eun.
"Dia memaksa untuk ikut. Lagipula nanti kau disana akan sibuk dan meninggalkan ku, setidaknya aku tidak akan sendirian." Jawab Bongsoon.
"Oke."
Bongsoon membantu Ji-eun memasukan ranselnya ke bagasi mobil, kemudian kedua gadis itu masuk kedalam mobil. Hoseok sendiri sudah mengatakan untuk bertemu di studio saja, setelah itu mereka akan berangkat bersama-sama.
Ji-eun kembali melongo ketika tiba di studio, dia menemukan lebih banyak lagi orang yang akan pergi ke pulau Jeju. Bukankah seharusnya hanya dia, produser Hoseok, dan juga beberapa kru saja?
Selain Kim Taehyung dan Bongsoon, ternyata ada Jeon Jungkook juga. Dan yang paling membuatnya bingung adalah keberadaan Yoongi. Bukankah kemarin pria itu mengatakan jika ia hanya akan pergi dengan Hoseok?
"Prod--"
"Hai!"
Ji-eun yang hendak menyapa Yoongi di kejutkan oleh sapaan dari Jungkook. Pemuda itu langsung menghampiri nya, membuat para pria di sana menatap mereka berdua.
"Kalian ada hubungan?" Tanya Kim Taehyung dan Ji-eun langsung menggeleng dengan cepat.
Ji-eun bisa melihat ekspresi Yoongi lewat ekor matanya, pria itu seperti terganggu tapi entah oleh apa. Raut wajahnya memang datar tapi sarat akan rasa malas yang luar biasa. Dan benar saja, detik berikutnya pria itu langsung berlalu pergi.
"Baiklah, kita harus berangkat sekarang menuju bandara. Kalian bertiga ikut ke mobilku." Tunjuknya pada Kim Taehyung, Bongsoon dan Jungkook.
"Dan kau bersama Produser Min, dia mengatakan ada hal yang harus di bahas." Ujar Hoseok pada Ji-eun.
Semua orang mengangguk dan memasuki mobil masing-masing. Sebenarnya Jungkook memaksa ikut ke mobil Yoongi namun di cegat oleh Kim Taehyung. Ya, pemuda itu sepertinya peka atas apa yang terjadi. Dia juga menyadari tatapan Yoongi pada Ji-eun tadi, jadi mungkin saja urusan 'pekerjaan' hanyalah alasan.
Lagipula nanti mereka akan berkumpul menjadi satu ruangan di dalam jet, jadi tidak ada yang salah bukan.
Yoongi terus terdiam meski ada Ji-eun di sampingnya. Seolah tidak menganggap keberadaan gadis itu, meski terlihat biasa saja namun Yoongi benar-benar tidak memperdulikan Ji-eun.
Pria itu memperhatikan dirinya di spion tengah, lalu menyetel radio, kemudian bermain ponsel tanpa beban dan tanpa canggung. Benar-benar merasa seorang diri.
Ji-eun sendiri tidak masalah, hanya saja rasanya terlalu membosankan.
Hingga mereka sampai di bandara dan menaiki jet pribadi milik produser Hoseok pun Yoongi tetap tidak membuka suara. Ji-eun jadi penasaran, apakah Hoseok membohonginya? Karena Yoongi sama sekali tidak berbicara apa-apa seperti pesan Hoseok yang mengatakan jika Yoongi ingin membahas sesuatu.
Entahlah, Ji-eun merasa pusing sekali dengan manusia yang satu ini. Sangat sulit untuk di tebak dan di tembus. Untungnya Ji-eun tidak mencintai pria macam produsernya. Tidak mau dan tidak akan pernah.
•••
Satu jam lebih berada di udara, kini mereka semua tiba di pulau Jeju. Pulau yang terkenal dengan segala keindahan nya. Letaknya sekitar 455 km dari kota Seoul.
Ke-enam orang dan beberapa kru menyewa kamar hotel, dengan biaya yang di tanggung sendiri. Termasuk kedua tamu yang tidak di undang, Kim Taehyung dan Jeon Jungkook.
Untuk Bongsoon akan mendapatkan kamar yang sama dengan Ji-eun, karena kamar Ji-eun sudah di tanggung oleh perusahaan jadi kekasih pemuda Kim itu tidak perlu membayarnya.
Begitupun dengan Hoseok dan juga Yoongi serta beberapa kru.
Satu hari pertama di pulau Jeju akan digunakan untuk beristirahat dan mempelajari proses syuting, seperti ; gerakan yang akan di ambil dalam pembuatan MV, kostum, pengecekan ulang tempat syuting dan lain sebagainya.
Syuting akan di mulai besok di pagi hari, meski hanya berencana dua hari namun jika proses perekaman terjadi kendala maka akan berlangsung cukup lama.
Malam harinya, Hoseok mentraktir semuanya untuk makan malam di lounge hotel. Sungguh, selain tampan pria itu sangat dermawan. Tidak pernah merasa keberatan untuk membuat orang bahagia.
Semua orang sudah berada di bawah, hanya Yoongi dan Ji-eun saja yang belum turun. Yoongi mengatakan pada Jungkook jika dirinya akan segera menyusul karena pria itu masih menyelesaikan pekerjaannya. Sementara Ji-eun sedikit terlambat akibat tertidur dan baru saja bangun ketika Bongsoon membangunkannya untuk mengingatkan makan malam.
Sekarang gadis itu tengah membersihkan tubuhnya, memakai pakaian dengan tergesa-gesa. Baju crop berwarna putih dengan dress tali spaghetti sebagai luaran dengan panjang sebatas paha.
Bertepatan dengan Ji-eun yang menekan tombol lift, saat itu pula Yoongi melakukan hal yang sama. Mendadak suasana menjadi canggung. Dengan raut wajah biasa saja, Yoongi masuk kedalam lift di susul oleh Ji-eun.
Seperti biasa jika hubungan keduanya sama-sama tidak jelas. Tidak saling menganggap satu sama lain, masing-masing sibuk dengan pikirannya. Sebenarnya Ji-eun merasa gugup, berdiri sedikit menjauh dari Yoongi.
Hingga lift berbunyi tanda bahwa mereka sudah sampai, Yoongi keluar setelah pintu terbuka. Sebelum benar-benar berlalu, pria itu menatap Ji-eun dengan tatapan yang sulit di artikan.
•••
Acara makan malam di temani dengan gugus bintang dan langit yang cerah, membuat kesan tersendiri. Juga suasana hangat dan menyenangkan yang tercipta, meski hubungan mereka hanya sebatas artist dan produser yang baru kenal beberapa hari namun keakraban langsung tercipta.
Apalagi saat Jungkook yang terus mencoba mendekati Ji-eun, pemuda itu terlihat tertarik dengan gadis yang berumur jauh di atasnya. Menurut Jungkook, Ji-eun memiliki wajah yang cantik dan manis, juga ramah padanya.
Jungkook semakin penasaran dengan sosok Ji-eun, meski seringkali mendengar namanya namun Jungkook tak begitu peduli saat itu. Dan ternyata Ji-eun memang secantik itu.
"Kau suka daging?" Tanya Jungkook dan Ji-eun mengangguk.
Tanpa menghiraukan yang lain, Jungkook merebuskan daging dalam kuah Shabu lalu menaruhnya di atas piring Ji-eun. Sontak saja Ji-eun menoleh kaget, sementara yang lain hanya mencebik dan memutar bola matanya malas.
Sepertinya bayi besar ini mulai genit, pikir para Hyung nya.
"Tidak usah repot-repot, Jung. Aku bisa merebusnya sendiri." Ucap Ji-eun.
"Tidak apa-apa, makanlah." Jungkook mempersilahkan.
Kim Taehyung tersenyum miring melihat kelakuan adiknya, benar-benar sangat berani. Bagaimana tidak, di saat kedua Hyung nya masih melajang dia malah pamer kedekatan dengan seorang gadis.
Tanpa disadari jika tatapan Yoongi mengarah ke arah Jungkook, ada rasa tidak suka melihat aksi bayi besarnya itu. Namun tidak ada yang bisa mengartikannya, sebab mau apapun keadaannya tatapan Yoongi memang selalu sama. Tajam dan menusuk.
•••
Yoongi tengah berada di balkon, sebelum makan malam selesai dia memang pamit naik terlebih dahulu. Alasannya karena dia sudah mengantuk dan ingin segera tidur, alasan yang cukup masuk akal mengingat kebiasaan pria berkulit putih itu memang suka sekali tidur.
Tidak ada yang merasa curiga, apalagi Hoseok. Dia hanya mengira jika Yoongi akan mengumpulkan tenaganya untuk proses syuting besok.
Di kamar yang berbeda, Ji-eun juga tengah melakukan hal yang sama. Langit malam adalah pemandangan kesukaannya, dan setiap malam gadis itu akan selalu memandangi langit sebelum tidur.
Wajahnya menengadah ke atas dengan mata terpejam, merasakan angin sepoi-sepoi yang berhembus menerbangkan anak rambutnya. Cuaca malam ini sedikit dingin, namun tidak membuatnya urung untuk tetap menikmati malam.
Tiba-tiba saja netranya tertuju pada sebuah balkon kamar yang terletak di sampingnya. Tempat itu masih terlihat terang dan ada seseorang yang tengah berdiri di sana. Hanya berjarak dua kamar saja, namun Ji-eun bisa tahu jika itu adalah kamar Yoongi.
Memandangi Yoongi yang terlihat mengenakan pakaian santai, matanya menatap lurus ke depan. Memandangi seisi pulau Jeju yang bisa di jangkau oleh matanya.
Sekian detik Ji-eun masih memandangi Yoongi, hingga saat pria itu menoleh ke samping gadis itu buru-buru mengalihkan pandangannya. Yoongi sangat peka jika dirinya tengah di perhatikan.
Pria itu terlihat memainkan ponselnya, mengarahkan benda canggih itu ke telinganya. Sembari matanya tetap menatap langit, ia menunggu seseorang menjawab telepon nya.
Ji-eun mendengar ponselnya berdering dari dalam kamar, buru-buru gadis itu masuk kedalam kamar dan mengambil ponselnya. Keningnya mengkerut ketika melihat nama kontak si pemanggil.
Gadis Lee sempat melirik balkon, kemudian tanpa menunggu dia menerima panggilan itu.
"Datanglah ke kamarku." Ucap seseorang di seberang sana.
"Apa--"
"Kau memiliki waktu sepuluh detik. Jika kau terlambat maka aku yang akan menemui mu."
Ji-eun tergagap, saat akan berbicara telepon sudah lebih dulu terputus. Gadis itu melirik jam yang menunjuk pada angka sepuluh, kemudian melirik Bongsoon yang nampaknya sudah terlelap.
Belum selesai dengan keterkejutannya, Ji-eun kembali diingatkan. Sebuah pesan masuk yang mengatakan jika dia hanya memiliki lima detik saja.
Dengan hati-hati gadis Lee keluar dari kamar, menuju kamar Yoongi. Matanya memeriksa sekitar, takut-takut ada yang mengawasinya dan memergoki dirinya masuk ke dalam kamar pria itu.
Tok tok tok!
Ji-eun mengetuk pintu dengan pelan, berharap Yoongi mendengarnya. Tak menunggu lama akhirnya pintu terbuka. Gadis itu langsung di seret masuk, dan yang lebih mengejutkan adalah ketika Yoongi membawanya ke tembok dan mengurungnya.
"Kenapa lama sekali?" Ujar Yoongi.
"A-aku.." Ji-eun menggigit bibirnya karena merasa gugup luar biasa, berdekatan dengan jarak yang tidak aman membuatnya hampir tercekik.
"Maaf." Cicit Ji-eun.
Yoongi menghela nafasnya, pria itu beranjak duduk di bibir ranjang. Menarik laci nakas dan mengeluarkan benda bernikotin dari sana.
"Duduk."
Tanpa berkata-kata Ji-eun langsung mendaratkan bokongnya di samping Yoongi, namun belum sampai menyentuh kasur tangannya sudah di tarik sehingga bukan ranjang yang ia duduki melainkan paha Yoongi.
"Pak, tolong jangan seperti ini." Pinta Ji-eun.
"Kenapa?"
Lidahnya terasa kelu sekedar untuk menjawab pertanyaan Yoongi. Sungguh tatapan pria itu seakan mampu menghipnotis nya sehingga ia tak lagi mampu melawan. Meski logikanya berkali-kali ingin memberontak, tapi tatapan itu? Ah, Ji-eun sudah jatuh kedalam nya.
Karena gadis di depannya tak kunjung bersuara, Yoongi mendekatkan wajahnya. Menjilat sudut bibir Ji-eun yang membuat gadis itu meremang.
"Aku ingin ini." Bisik Yoongi menekan bibir bawah sang gadis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments