Yoongi baru saja keluar dari kamar, pria itu baru saja membersihkan tubuhnya. Dengan tangan yang mengusak rambut basahnya menggunakan handuk kecil, Yoongi menghampiri Hyung dan adiknya.
"Kalian tidak ingin pulang ke rumah?" Tanya Yoongi.
"Tidak." Sahut Seokjin.
"Pulanglah, aku malas menampung mu lebih lama lagi."
"Kau siapa?" Tanya Seokjin dengan wajah polos.
"Aku pemilik rumah ini." Jawab Yoongi kesal.
Si pemuda Kim hanya membulatkan mulutnya, lalu kembali mengunyah sepotong pizza. Gaya makan nya persis seperti seekor alpaca. Ah tidak, mungkin dia memang kembaran hewan berleher panjang dan berbulu itu, hampir semua tingkahnya sama dengan hewan purba asal Amerika itu.
"Tenanglah, Hyung. Kami akan pulang setelah ini, aku dan Jinhyung akan berangkat ke NY besok." Ucap Jungkook.
"Ya, terserah kalian saja mau kemana dan seperti apa. Ku kira Hyung mu itu memang berniat miskin."
"Woahh! Tolong aku, tolong aku!! Aniyo!" Heboh Seokjin berteriak saat bermain PlayStation.
"Kenapa prajurit mu bodoh sekali!" Seru Seokjin pada Yoongi.
"Kau bahkan lebih bodoh."
Seokjin mendecak, bukan karena ucapan Yoongi namun karena lagi-lagi ia kalah dalam permainan. Yang itu artinya mereka harus segera kembali ke rumah untuk mempersiapkan penerbangan besok.
•••
Malam yang cerah bertabur bintang menjadi pemandangan indah bagi seluruh manusia di bumi, sama halnya dengan pria berkulit putih yang tengah menikmati kesendiriannya di halaman belakang rumah.
Pria itu memang lebih suka menyendiri, menyukai ketenangan dimana tidak ada orang-orang di dalamnya. Hanya ada dirinya dan kesunyian. Namun hal itu tidak membuatnya merasa sepi, bukankah sendiri tidak berarti kesepian?
Ada banyak hal yang ia pilih untuk di pendam sendirian, seperti halnya urusan percintaan. Pria itu tidak berniat untuk membagi kisahnya pada siapapun bahkan dengan teman-teman nya sekalipun.
Menurut Yoongi, percintaan tidak harus selalu di bawa dalam pertemanan. Karena tidak akan ada yang tahu apa yang akan terjadi apabila kamu mencampurkan nya.
Dan sekarang, di balik sifat dingin dan menyebalkan nya ada suatu ruang yang terasa kosong di hati Yoongi. Dia tak seceria menurut kebanyakan orang, dan juga tak benar-benar tidak peduli seperti pandangan sebagian orang.
Ada satu hal yang membuatnya merasa terpuruk bahkan sampai berpikir tidak bisa hidup tanpa hal itu, tanpa sesuatu itu, tanpa seseorang itu.
•FLASHBACK 7 TAHUN LALU•
Seorang pria berusia 22 tahun tengah duduk di pinggiran danau di tengah taman yang berada di Daegu. Dengan laptop di pangkuannya pria itu sesekali bersenandung kecil kemudian tampak menggerakkan jarinya di atas keyboard.
Min Yoongi, tengah berlibur ke kampungnya untuk merefresh diri dari kegiatannya sebagai seorang idol. Sembari menikmati musim semi, pria itu terkadang menghabiskan waktu sendirian.
Dengan berteman laptop dan headphone yang bertengger di kepalanya, pria itu bisa menemukan ide untuk membuat sebuah lirik lagu. Tentu dengan makna yang terkandung didalamnya.
"Yoongi oppa!" Teriak seorang gadis dari kejauhan.
Pria itu tetap tidak bergeming, karena memang musik yang disetel di headphone volumenya sangat keras sehingga pria itu tidak mendengar keadaan sekitar.
Saat sebuah tepukan yang bertengger di bahunya barulah pria berkulit putih itu menoleh. Melihat seorang gadis yang tersenyum kerahnya dan menempati ruang kosong di sampingnya.
Yoongi mematikan musik dari laptop lalu menyingkirkan headphone yang menutupi kedua telinganya. Matanya semakin menyipit kala membalas senyuman sang gadis.
"Kau sedang apa?" Tanya sang gadis.
"Hanya mendengarkan musik. Kau baru pulang?" Yoongi bertanya balik yang langsung diangguki oleh sang gadis.
"Kenapa tidak langsung pulang saja? Kau pasti lelah dan lapar." Ucap Yoongi lagi.
"Tidak masalah, aku bisa menahannya."
"Kenapa?"
"Aku ingin memberi kabar bagus untukmu."
"Sebenarnya aku tidak suka penasaran, tapi aku akan merasa penasaran untukmu."
Gadis itu langsung tertawa mendengar ucapan Yoongi, pria itu memang selalu bisa membuatnya tertawa. Itulah sebabnya pertemanan mereka masih terjalin sampai sekarang, meski akhir-akhir ini mereka jarang bersama sebab Yoongi yang selalu berada di Seoul.
"Jadi apa yang akan kau sampaikan?" Tanya Yoongi.
Sang gadis memberikan sebuah kertas kelulusan senior high school miliknya pada Yoongi, dan pria itu melirik sekilas sebelum menerimanya.
"Kau lulus?" Tanya Yoongi .
"Hem, bukankah itu kabar yang menggembirakan?"
Yoongi tertawa mengusak puncak kepala sang gadis. Gadis yang usianya jauh di bawahnya namun sangat dekat dengan dirinya. Entahlah, mungkin karena persahabatan kedua orang tua mereka yang tak sengaja juga membuat keduanya dekat.
Sebagai teman yang baik tentu Yoongi sangat gembira akan hal ini, dia selalu berharap sang gadis itu akan menggapai cita-cita nya setinggi langit. Menjadikan dirinya berguna di masa yang akan datang.
Go Aara, gadis berambut panjang dan berkulit putih. Usianya yang terpaut lima tahun dengan Yoongi tidak membuat Aara canggung. Justru gadis itu sangat senang dekat dengan Yoongi, menganggap pria itu sebagai kakak, teman, sahabat, dan bahkan layaknya orang tua karena pria itu juga kerap menasehati sang gadis.
Ayah dari Aara adalah teman dekat ayah Yoongi, lebih tepatnya rekan bisnis dan juga teman sepermainan dulu. Sementara istri-istri mereka berada dalam satu grup sosialita itu sebabnya anak-anak mereka pun menjadi dekat.
Bahkan dulu saat kecil, Yoongi selalu mengasuh Aara. Sejak dirinya berusia dua belas tahun mereka memang sudah dekat, lama kelamaan hubungan mereka semakin dekat seolah darah yang mengalir adalah darah yang sama.
Sedekat itu.
•••
"Yoongi oppa!!" Seru Aara ketika melihat Yoongi tengah berada di halaman samping rumahnya.
Yoongi yang tengah bermain dengan Holly itupun menoleh ke asal suara, mendapati sang gadis yang berlari kecil menghampiri sembari membawa kantong paperbag.
"Kau dengan siapa?" Tanya Yoongi sambil meneliti ke arah belakang sang gadis.
"Ayah. Dia ada di dalam." Jawab Aara.
Yoongi hanya mengangguk lalu kembali fokus pada hewan peliharaannya, kemudian netranya menatap kantong paperbag yang dibawa oleh Aara.
"Ah, ini aku bawakan kau cumi kering. Ibu yang memasaknya untukmu." Ucap Aara menyerahkan satu kantong paperbag.
"Padahal aku berharap kau yang akan memasaknya." Ucap Yoongi.
"Kau sungguh ingin memakan masakan ku? Sungguh?" Aara terkikik geli menanggapi ucapan Yoongi, pasalnya pria itu tahu jika dirinya tak bisa memasak namun pria itu justru ingin dia memasakkan makanan untuknya.
"Kenapa tidak?"
"Aku tidak mau kau mati muda karena keracunan oleh masakan buatan ku."
Yoongi tertawa mendengarnya, selalu saja seperti ini hari-hari mereka berdua. Penuh canda tawa dan selalu bersama bahkan bisa dibilang layaknya seorang kekasih.
Tidak ada yang tahu isi hati si pria berkulit putih itu, seseorang yang merasa sangat dekat dengan lawan jenisnya akan terasa mustahil apabila tidak merasakan sesuatu sedikitpun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments