"Jika kamu tak mempunyai mimpi, kamu hanya harus bahagia." - Min Yoongi.
+++
Minggu malam adalah hari yang sangat cocok untuk berkumpul, di penghujung minggu menghabiskan waktu bersama orang yang kita sayangi sebelum kembali ke rutinitas semula di hari Senin.
Di bawah langit malam, para pria tengah bersenda gurau sembari menikmati Soju yang tersaji di meja. Asap turut mengepul dari alat pemanggang yang digunakan untuk membakar sosis dan daging.
"Ada yang ingin daging lagi?" Seru pemuda Park yang tengah membalikkan daging-daging di atas pemanggang.
"Panggang kan sosis untuk ku, Hyung!" Sahut Jungkook.
"Cepatlah aku sudah lapar, aku rasa aku akan mati sebentar lagi!" Seru Seokjin dengan wajah yang mendramatisir.
"Kau sedang memakan sepotong pizza, bagaimana bisa kau mengatakan sedang lapar dan akan mati?" Ucap Jungkook.
Pria bermarga Kim itu tidak menyahut, hanya menyuap sepotong pizza yang di sajikan di atas meja. Sementara Tuan rumah; Yoongi , hanya diam saja melihat tingkah para teman-teman nya.
Malam yang sunyi mendadak ramai dengan suara para pria yang saling berteriak dan tertawa.
Sebenarnya teman si pemuda Min itu ada tujuh orang, teman seprofesi dan se-grup dulu. Hanya saja yang lain sudah pergi dari Seoul untuk fokus pada pekerjaan masing-masing. Hanya tersisa empat orang saja ; Kim Seokjin, Jeon Jungkook, Park Jimin, dan satu orang lagi yang belum tiba yaitu Kim Taehyung.
"Kau sudah beritahu Hyung mu untuk datang, Jung?" Tanya pemuda Park.
"Sudah, mungkin sebentar lagi dia datang." Sahut Jungkook.
Keempat pemuda itu berbincang mengenai rencana mereka yang fokus pada pekerjaan masing-masing, menceritakan hal-hal yang telah mereka lewati bersama selama beberapa tahun ini hingga akhirnya harus berpisah untuk menjalani solo karir. Entah di dunia bisnis, entertainment, atau yang lainnya.
"Aku rasa aku hanya akan di rumah saja sepanjang hari, kalian tahu keluarga ku sudah sangat kaya. Tidak perlu lagi mencari uang." Ucap Seokjin sombong.
"Ya, ya, dan kau hanya tinggal menunggu miskin saja." Sahut Yoongi.
Pemuda Jeon dan Park tertawa mendengar jawaban Yoongi yang menampar Seokjin. Meski usia mereka lebih muda namun tidak ada kecanggungan di antara mereka. Bercanda dan bergurau selalu menjadi makanan mereka.
"Annyeong, maaf aku terlambat!" Seru Kim Taehyung dari arah rumah. Pemuda itu berlari menuju halaman belakang dengan tergopoh-gopoh karena membawa dua kantong belanjaan yang di pesan oleh Hyung nya.
Kim Taehyung langsung duduk di kursi sebelah Park Jimin, menyodorkan sekantung sosis pada pria itu lalu mencomot sepotong pizza di atas meja.
"Bagaimana kabarmu, Hyung?" Tanya Taehyung pada Yoongi di sela-sela kunyahannya.
"Matamu masih normal kan?" Yoongi bertanya balik.
"Aku hanya berbasa-basi saja." Jawab Taehyung.
Yoongi tidak membalas ucapan temannya yang tidak jelas itu, sementara Jungkook melihat keduanya dengan tatapan heran. Bayi besar itu memang suka sekali loading ketika berkumpul dengan para kakaknya.
"Ku dengar kau sedang melaksanakan proyek besar, Tae?" Tanya Park Jimin.
"Kau ingin tahu saja." Jawab Taehyung.
"Aku hanya bertanya, sialan."
Kelima pemuda itu tampak menikmati langit malam sembari bercengkerama, menyantap sosis dan daging bakar buatan di pemuda Park hingga menikmati Soju.
Angin musim panas yang berhembus tidak membuat mereka kedinginan, cuaca yang sangat cocok untuk bersantai di ruangan terbuka meski di malam hari.
"Kau tidak boleh mengkonsumsi ini." Ucap Seokjin pada adiknya.
"Kenapa? Aku sudah berumur dua puluh lima, bukankah tidak masalah?" Protes pemuda Jeon.
"Aniyo! Tetap tidak boleh Jung, minum saja susu itu. Aku membawakan khusus untukmu."
Meski sempat memprotes, Jungkook tetap mengambil sekotak susu yang di bawakan oleh Seokjin. Menusuk lubangnya dengan sedotan lalu menyedotnya persis seperti anak kecil, bahkan kakak-kakak nya pun merasa gemas melihat bayi besar itu.
"Kau tidak mengajak kekasihmu yang super kuat itu, Tae?" Tanya Seokjin.
"Iya, biasanya kau akan mengajaknya kemanapun dan memamerkan kemesraan kalian di depan semua orang." Sambung Park Jimin.
"Kekasihku sedang piket malam jadi sia tidak bisa ikut. Lagipula aku kasihan pada kalian yang masih saja melajang, aku takut kalian akan mati muda karena melihat kemesraan kami." Ucap Taehyung.
"Yang ada aku muntah setiap kali melihat mu terlalu memuja gadis itu." Sahut Yoongi.
Kim Taehyung mendecih menatap Yoongi, "Bilang saja kau iri padaku, Hyung."
•••
Yoongi terlihat sibuk membereskan halaman belakang rumahnya sendirian, meski hari sudah larut malam namun pria itu masih menyempatkan untuk membersihkan kekacauan yang di sebabkan oleh teman-temannya.
Gelas yang berserakan, bungkus plastik di mana-mana, pemanggang yang kotor, serta meja yang berantakan dengan tumpahan alkohol di sana.
Bisa saja ia membereskan besok pagi namun Yoongi benar-benar tidak menyukai sesuatu yang berantakan dan kotor. Karena dia hanya tinggal seorang diri dan tidak ada pekerja maka dia sendiri yang harus membereskannya.
Sementara itu rekan-rekannya sudah tertidur pulas di dalam rumah, Yoongi meminta mereka untuk menginap karena semua temannya nampak mabuk berat. Dia tidak ingin para pria itu membuat keributan atau kecelakaan di jalan karena mengendarai mobil dengan keadaan mabuk.
Sementara Jungkook satu-satunya pria yang tidak mabuk juga ikut menginap, katanya lebih seru saja. Sudah lama mereka tidak tidur di satu atap yang sama sejak mereka memilih untuk fokus pada solo karir.
Di rumah Yoongi sendiri terdapat satu kamar utama dan satu kamar tamu, tapi tak jarang mereka memang tidur bersama di satu kasur berukuran king size milik pemuda bermarga Min itu.
"Kau belum tidur?" Ucap Yoongi ketika mendapati Jungkook tengah terduduk di sofa ruang tamu.
"Aku menunggumu." Jawab Jungkook.
Padahal adiknya itu salah satu pria yang paling suka tidur, apalagi ini memang sudah larut malam. Tapi pria termuda inilah yang paling perhatian dengan para Hyung nya. Terlihat dari mata pemuda itu yang sudah terpejam namun masih memaksakan diri untuk menunggu Yoongi.
"Tidurlah, aku akan mencuci ini dulu setelah itu aku akan menyusul." Sahut Yoongi.
Jungkook mengangguk, memang tidak di pungkiri matanya sudah terasa sangat berat namun dia merasa tidak enak pada Hyung nya itu. Terlebih melihat kekacauan yang di buat ketiga pria yang sudah mabuk, hanya dirinya yang masih terjaga kewarasannya. Bukankah seharusnya dia turut membantu?
Bahkan dia tahu jika Yoongi sebenarnya juga mabuk namun pria itu tetap bisa membereskan halaman. Toleransi alkohol nya sangat tinggi, benar-benar patut diacungi jempol.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments