"Jangan terperangkap di mimpi orang lain. Lupakan mereka yang menyakitimu, tapi jangan lupakan apa yang mereka ajarkan padamu." -- Kim Taehyung.
+++
Pagi-pagi sekali Yoongi mendapatkan kejutan, suara teriakan menggema di ruang tengah membuat nya bergegas bangun dari tidurnya.
Pria berkulit putih itu berjalan dengan mata setengah terpejam menuju ruang tengah dengan langkah gontai, andai saja tidak ada keributan pasti dirinya tidak akan bangun sepagi ini.
"Tolong aku!!"
Yoongi menggeram ketika melihat seonggok pria yang duduk di sofa single sembari memainkan stik PS. Mulutnya tidak berhenti berteriak meminta tolong, pun tubuhnya yang bergerak kesana kemari.
Heboh! Hanya satu kata itu yang mampu Yoongi pikirkan.
"Hentikan teriakan mu sialan!" Kesal Yoongi.
"Jika aku tidak berteriak kau tidak akan bangun."
"Aku hanya tidur bukan mati."
"Benarkah? Tidak ada bedanya sama sekali jadi aku tidak tahu."
"Kapan kau datang?" Tanya Yoongi tanpa menghiraukan ucapan kurang ajar Hyung nya.
"Pukul lima pagi tadi."
Yoongi melongo mendengar jawaban tamunya itu, gila saja pukul lima pagi sudah berkunjung ke rumah orang? Sekarang sudah pukul tujuh pagi dan itu artinya manusia asing itu sudah berada di rumahnya dua jam.
"Kau datang ke rumah orang dari pagi-pagi buta? Sampai sekarang? Pulanglah!" Usir Yoongi.
"Kenapa? Kau takut kehabisan token listrik karena aku terus bermain game?"
"Terserah."
Yoongi mendaratkan bokongnya di sofa samping Hyung nya, mengambil satu stik PS yang menganggur dan bergabung di game yang Hyung nya itu mainkan.
Kim Seokjin, hanya mendecih kala Yoongi turut bermain game padahal pria itu baru saja mengusirnya. Tatapannya beralih pada sebuah benda yang ada di pergelangan tangan adiknya itu.
"Kau masih terus memakainya?" Tanya Seokjin.
"Apa?"
"Gelang itu, kau ternyata masih menyimpannya. Pria seperti mu itu ternyata tidak bisa move on ya?" Ejek Seokjin.
"Tidak ada urusannya denganmu."
"Kenapa tidak kau buang saja?"
"Siapa? Kau? Ya aku akan membuang mu saat aku tidak membutuhkan mu lagi."
"Ya,ya,ya. Terserah kau saja lah. Aku hanya menyarankan saja. Buang benda pemberiannya karena itu hanya akan membuat mu terjebak pada rasa yang rumit. Bukankah dia juga tidak melihat mu lagi, lalu apa yang akan kau harapkan dari orang yang sudah mencampakkan mu?"
"Tidak ada."
"Kau benar-benar keras kepala."
Kim Seokjin menatap Yoongi yang tampaknya tidak menghiraukan ucapan nya. Pria itu bahkan bisa melihat jika Yoongi terlihat masih mengharapkan sesuatu.
Tentang Aara, pria tertua di pergaulan mereka itu memang tahu semuanya. Tentang hubungan Yoongi dan Aara sedari kecil, tentang kedekatan mereka, tentang sebuah janji yang Yoongi ucapkan, sampai akhirnya kepergian Aara meninggalkan Yoongi.
Dia tahu kehidupan para temannya yang sudah ia anggap sebagai adik-adiknya. Bukan sebuah kebetulan Seokjin mengetahui semuanya. Saat itu mereka tengah berkumpul seperti biasa di dorm saat mereka masih bersama.
Dia memergoki Yoongi yang selalu terdiam kala di dalam kamar. Merenung sembari memperhatikan benda di pergelangan tangannya sebelum tidur. Karena memang saat itu mereka mendapatkan kamar berdua jadi Seokjin tahu apa saja yang pria Min lakukan.
"Kau sedang apa?" Tanya Seokjin kala itu.
Yoongi sedikit terkejut, mengira Seokjin sudah tertidur namun nyatanya belum. Karena ranjang mereka memang bersusun jadi Yoongi tidak tahu apakah Seokjin sudah tertidur ataupun belum.
"Aku sedang bernapas." Sahut Yoongi.
"Itupun aku tahu, bahkan aku mengetahui apa yang tengah di lakukan oleh sekawanan kutu di rambut mu."
"Kau yang memelihara kutu. Bukan aku."
"Sudahlah, jawab saja pertanyaan ku."
"Kapan kau bertanya?"
Seokjin mendengus dan menyembulkan kepalanya dari ranjang, menatap Yoongi yang berada di bawahnya.
"Heh! Kau ini susah sekali untuk berperilaku waras. Jangan bertele-tele padaku, katakan apa kau sedang ada masalah? Kenapa kau terus bersikap aneh akhir-akhir ini?" Desak Seokjin kesal.
"Jangan katakan jika kau baik-baik saja, meski aku lebih tua darimu tapi semua dalam diriku ini masih bekerja dengan normal. Cepat katakan, atau aku akan mendiami mu selamanya." Sambung Seokjin ketika Yoongi akan berbicara. Sebelum pria itu mengucap kebohongan lagi lebih baik dia langsung memperingati nya.
Dan benar saja, ancamannya berhasil membuat pria dingin dan misterius itu bercerita. Meski tidak secara detail namun Seokjin bisa menyimpulkannya. Sejak saat itulah Seokjin lebih memperhatikan Yoongi, karena dia tidak ingin adiknya itu terus bersedih sementara semua orang begitu ingin melihatnya tertawa.
"Aku pamit pulang, perutku lapar dan kau sama sekali tidak memberiku makan." Ucap Seokjin.
"Tidak ada yang menyuruhmu kemari juga."
Seokjin membereskan barang bawaannya, tas dan dompet serta beberapa barang penting. Kedatangannya kemari pagi-pagi sekali bukan tanpa alasan. Dia baru saja pulang dari London dan memutuskan untuk mampir kesini kala melewati rumah Yoongi.
Sementara Jungkook yang tidak satu mobil dengannya memilih langsung pulang karena terlalu lelah dan juga merindukan ibunya. Ah, bayi besar itu memang tidak pernah berubah. Hanya bepergian sebentar saja rasanya seperti pergi bertahun-tahun.
Ya meski alasannya memang bukan sekedar mampir, dia berharap mendapatkan sarapan lezat yang gratis dari adiknya itu tapi ternyata Yoongi pelit sekali. Saat menggeledah dapur pun dia hanya menemukan sebungkus Snack saja.
Pria itu seolah tahu akan kedatangannya ke rumah, mungkin saja memang semua makanan di sembunyikan. Benar-benar menyebalkan dan pelit.
Sebelum pergi, Seokjin sempat menepuk pundak Yoongi. Membuat pria itu menghentikan pergerakan tangannya, meski begitu pria bermarga Min itu tetap tidak menoleh.
"Hidup tetap berjalan, jangan sia-siakan hidupmu untuk menunggu sesuatu yang tidak berguna." Ucap Seokjin.
Selepas kepergian Hyung nya, Yoongi meremas stik game. Tatapannya menajam ke depan juga dengan rahang yang mengeras. Dia benci, sangat benci pada dirinya yang tidak jelas seperti ini.
•••
"Kenapa kau kemari?" Tanya seorang gadis.
"Jadi maksudmu aku tidak boleh berkunjung ke tempat mu? Sombong sekali."
"Bukan begitu, maksudku-- ah sudahlah. Terserah apa katamu."
Ji-eun mencebik, hari ini ia memutuskan untuk pergi ke apartemen sahabatnya, mumpung ia berada di Seoul. Namun justru sambutan yang ia dapatkan kurang baik, ya meskipun dia tahu jika sahabatnya itu tidak serius.
"Siapa sayang?" Seru seorang pria dari dalam.
"Hanya seorang gadis yang tersesat." Jawab sang gadis.
Ji-eun melebarkan matanya menatap kearah sahabatnya, yang benar saja dirinya dikatai gadis yang tersesat. Memangnya dia sudah pikun sampai-sampai tidak mengetahui jalan.
Tapi yang dikatakan oleh Bongsoon memang tidak salah, Ji-eun berada di Songjeong-dong belum lama tapi hari ini gadis itu justru sudah berada di Seoul. Ya meski jarak antar kedua tempat itu tidak jauh tapi bagi seorang Ji-eun sangat mustahil.
Tidak mungkin gadis Lee itu bertandang ke Seoul hanya untuk bertemu dirinya.
Seorang pria keluar dari dalam, menghampiri sang kekasih di ruang tamu dan turut bergabung. Meski di tatap tajam oleh sang kekasih, Kim Taehyung tetap tidak bergeming. Justru malah memperhatikan Ji-eun dengan tatapan yang buaya nya.
Yap, Park Bong Soon adalah kekasih dari Kim Taehyung. Perempuan berprofesi sebagai dokter itu sudah menjalin hubungan dengan pria yang terkenal playboy selama satu tahun. Dia memang kerap kali menginap di apartemen sang gadis, apalagi jika bukan untuk mendapatkan jatahnya.
"Apa yang kau lihat, sialan?!" Seru Bongsoon.
"Apa? Memangnya aku melihat apa?" Tanya pemuda Kim dengan ekspresi bodohnya.
"Lupakan. Cepat masuk, atau keluar saja sekalian aku akan berangkat bekerja sebentar lagi."
Kim Taehyung hanya terkekeh melihat wajah sang gadis yang memerah, pria itu sangat tahu bahwa sang kekasih pasti merasa cemburu karena dirinya memandangi sahabatnya itu.
Ya, meski pemuda Kim selalu begitu pada semua wanita cantik namun itu tidak benar-benar serius. Dia hanya suka membuat para wanita menjerit karena ketampanannya, dan juga pria itu suka sekali melihat wajah cemburu sang kekasih.
Percayalah, cinta pria itu hanya untuk Bongsoon seorang. Bahkan bisa dikatakan pria itu sudah menjadi budak cinta seorang Bongsoon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments