Ji-eun tengah bersantai di unitnya, sendirian. Entah mengapa sudah beberapa hari ini kakak laki-lakinya itu tidak terlihat, bahkan saat dirinya pulang dari Jeju Ji-eun sama sekali tidak menemukan Jong-hoon di apartemen.
"Sebenarnya dia kemana? Apa dia menyusul kekasihnya di Jerman?" Ujar Ji-eun bermonolog.
Berulang kali gadis itu mengirimi text pada kakaknya namun tidak pernah mendapatkan balasan, dia juga sudah bertanya pada ayahnya namun pria paruh baya itu mengatakan jika Jong-hoon tidak pulang ke rumah.
Ji-eun memang tidak mengetahui dimana saja tempat-tempat kemungkinan Jong-hoon berada jadi gadis itu tidak mempunyai prediksi atas keberadaan kakaknya.
"Menyusahkan sekali. Beraninya dia meninggalkan aku sendirian, sebenarnya dia menghilang kemana?"
Gadis bermarga Lee itu hendak menghubungi kekasih Jong-hoon yang memang dekat dengannya, namun urung karena jika Jong-hoon tidak ada di sana maka dirinya yang akan di cecar oleh gadis itu.
Akhirnya Ji-eun membiarkan saja, Jong-hoon itu sudah dewasa jadi pria itu pasti bisa menjaga dirinya sendiri. Meski Ji-eun juga penasaran apa yang tengah dilakukan Jong-hoon sehingga mengabaikan dirinya.
Vibrasi dari ponselnya menyita perhatiannya, Ji-eun langsung mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja. Rupanya ada pesan teks dari sahabatnya, Bongsoon.
Park Bongsoon :
Aku ada dinas malam, bisakah kau menemaniku di apartemen sekarang?
Lee Ji-eun :
Memangnya kemana kekasih aneh mu itu?
Park Bongsoon :
Dia sedang sibuk mengurusi Yeontan yang kembali sakit. Oh ya, bawakan aku ramen jika kau hendak kesini. Sampai bertemu nanti.
Hufft...
Ji-eun menghela nafasnya, menghabiskan Snack seaweed yang tengah ia makan. Kemudian gadis itu menuju kamar untuk bersiap-siap ke apartemen Bongsoon. Jaraknya tidak terlalu jauh, sekitar beberapa menit saja. Dan apartemen Bongsoon terletak di dekat taman.
Lee Ji-eun memakai dress selutut dengan kerut di bagian dada yang membentuk huruf V, dengan sepatu sneaker dan kaos kaki pendek. Gadis itu menyambar tas selempang nya dan meletakkan ponselnya ke dalam tas serta beberapa lembar uang.
Dia langsung turun ke lantai dasar dan keluar dari apartemen, sembari memesan taksi. Sekitar sepuluh menit taksi pesanannya datang dan gadis itu langsung masuk, mengatakan kemana arah tujuannya.
Ah, Ji-eun baru ingat jika Bongsoon menyuruhnya untuk membawa ramen. Karena dia tidak sempat membawanya dari rumah maka Ji-eun memutuskan untuk turun di depan minimarket dekat apartemen sahabatnya. Jaraknya tidak terlalu jauh jadi dia bisa berjalan kaki kesana.
Di dalam minimarket, gadis Lee mengambil beberapa bungkus ramen dan beberapa camilan serta minuman. Membawanya ke depan meja kasir dan membayarnya. Setelahnya ia langsung bergegas menuju apartemen Bongsoon.
Ia bisa melihat banyak sekali orang yang menghabiskan akhir pekan nya di taman, juga para hewan-hewan yang turut berlarian kesana kemari. Pasti rasanya menyenangkan sekali.
Saat tengah memandangi taman Ji-eun tidak memperhatikan jalannya sehingga seseorang menyeret tangannya masuk kedalam sebuah gang kecil.
"Aaa--.."
Teriakan Ji-eun langsung terhenti ketika melihat sosok yang sudah menyeretnya, kelopak matanya melebar ketika seseorang yang akhir-akhir ini selalu dia hindari namun tetap bisa menemukannya berdiri dengan tangan bersedekap di dada.
"Kau suka sekali menjerit. Tapi sayangnya kau tidak mau menjerit di bawah ku." Ujar sang pria.
"Jihyun? Kenapa kau ada di mana-mana? Apa kau benar-benar menguntit ku?" Seru Ji-eun.
"Kau tahu jawabannya sayang, untuk apa bertanya lagi." Ucap Jihyun sembari mengusap pipi sang gadis.
"Jangan pernah menyentuhku!" Tekan Ji-eun menepis tangan Jihyun.
Jihyun hanya terkekeh, gadis nya ini sangat menantang. Bahkan tidak mudah ditaklukkan seperti dulu. Baginya, Ji-eun satu-satunya wanita yang sangat sulit ia taklukan. Berbeda dengan wanita lain yang bahkan rela menyerahkan diri.
"Kenapa kau sulit sekali untuk ku taklukkan? Apa susahnya menyerahkan diri seperti gadis lain? Hm?"
"Karena aku bukan ******-****** mu!" Desis Ji-eun.
Jihyun kembali terkekeh, seolah kalimat yang keluar dari mulut sang gadis adalah candaan. Kemudian Jihyun menatap Ji-eun tajam seolah kali ini dia tidak lagi bisa bersabar, namun saat akan membuka mulut sebuah suara membuat keduanya menoleh.
Seekor anjing kecil tengah menggonggong ke arah mereka dan sesekali memamerkan gigi tajamnya. Jihyun hanya memutar bola matanya malas, anjing sekecil itu tidak mungkin bisa menakutinya. Lain halnya dengan Ji-eun yang merasa bersyukur karena tanpa sengaja kehadiran anjing itu membuatnya terbebas dari Jihyun.
"Kau mencari mati hah? Anjing kecil seperti mu tidak akan bisa membuatku takut." Jihyun melangkah menuju anjing tersebut dan kakinya bersiap mengayun untuk menendangnya.
"Jangan pernah menyakiti milik ku!" Suara bariton berasal dari samping membuat kaki Jihyun terhenti, seorang pria melangkah dengan santai dan berjongkok untuk menggapai anjingnya.
Ji-eun membelalakkan matanya ketika melihat sosok yang datang, seorang pria yang akhir-akhir ini terlihat aneh di matanya.
•••
Yoongi masih kelabakan mencari keberadaan Holly, rasa-rasanya tak mungkin anjing kecil itu pergi jauh sebab Holly memang tidak bisa jauh darinya. Anjing kecil itu cukup pintar mengingat jalan yang dia lalui, jadi kemungkinan Holly masih berada di sekitar taman.
Pria itu memutuskan untuk mencari di seberang jalan, mungkin saja anjing itu mengikuti majikan temannya yang menjauh. Dan benar saja ia mendapati Holly berada di seberang minimarket yang ada di dekat taman.
Saat hendak menghampiri Holly, anjing itu malah berlari menuju lorong gang dekat apartemen. Dengan segera Yoongi ikut berlari mengejar. Pria itu terkejut ketika Holly terdengar menggonggong dan menggeram. Melihat ada bahaya Yoongi langsung menghampiri anjing kesayangannya, dan benar saja ia melihat ada sebuah kaki yang hendak menyentuh Holly nya.
"Jangan pernah menyakiti milikku!" Geramnya.
Pria itu berjongkok dan membawa Holly ke dalam gendongannya, menatap wajah pria yang terlihat tidak asing baginya. Kemudian dia melihat ada seorang gadis di dalam lorong yang menyender tembok, Yoongi terkejut karena itu adalah Ji-eun.
Sedang apa gadis ini di sana? Dan yah, dia ingat sekarang jika pria ini adalah pria yang sempat ia lihat di toilet mall beberapa waktu lalu. Saat itupun mereka terlihat bersama, apa mereka sepasang kekasih? Tapi pria ini terlihat lebih muda mungkin saja sebaya dengan Jungkook.
Yoongi dapat melihat tatapan ketakutan dari manik mata Ji-eun saat pandangan mereka bertemu. Dia merasa ada yang tidak beres di sini.
"Sedang apa kau di sini?" Ucap Yoongi.
Ji-eun tersentak, begitupun Jihyun yang turut menatap Ji-eun. Matanya memicing seolah mencari tahu apa mereka saling kenal atau tidak.
"Bukankah aku menyuruhmu untuk menungguku di rumah?" Sambung Yoongi ketika Ji-eun tak kunjung bersuara.
"Em, aku.. aku membeli ramen." Jawab Ji-eun gugup.
"Kau mengenalnya? Siapa dia?" Tanya Jihyun.
"Dia kekasih ku. Apa ada masalah?" Bukan Ji-eun yang menjawab melainkan Yoongi. Karena Yoongi merasa Ji-eun tidak bisa menjawabnya, buruk sekali.
Ji-eun menatap Yoongi yang masih menampilkan ekspresi datarnya, kemudian tersadar jika pria itu berniat menolongnya dengan mengatakan bahwa mereka sepasang kekasih.
"Ayo pulang, dasar bodoh." Umpat Yoongi.
Pria itu menarik tangan Ji-eun sembari menggendong Holly di tangan kirinya. Meninggalkan Jihyun yang menatap tak percaya pada keduanya. Dia tidak sebodoh itu untuk melihat kode yang Yoongi berikan dan Jihyun yakin jika mereka tidak benar-benar berpacaran.
"Tunggu!" Seru Jihyun.
Keduanya sontak berhenti, Yoongi memejamkan matanya karena merasa sangat kesal. Sementara Ji-eun meremas dress-nya karena merasa panik, bagaimana jika Jihyun tak percaya pada mereka.
"Apa buktinya jika kalian sepasang kekasih?" Seru Jihyun.
Yoongi menghela nafasnya kasar, menoleh ke belakang dengan tubuh menyamping. Begitupun Ji-eun yang ikut memiringkan tubuhnya hingga berhadapan dengan Yoongi.
"Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?" Batin Ji-eun.
Yoongi tersenyum sinis melirik Jihyun yang masih berdiri tak jauh dari keduanya. Tanpa menunggu lama dia menarik tengkuk Ji-eun dan menyatukan bibir mereka. Gadis bermarga Lee itu terkejut bukan main, tak menyangka jika Yoongi akan menciumnya di tempat terbuka.
Pria itu menggigit bibir bawahnya agar Ji-eun membalas, dan gadis itu sempat melirik ke arah Jihyun yang terlihat mengepalkan tangannya. Ji-eun pun membalas ciuman Yoongi demi agar Jihyun percaya jika mereka sepasang kekasih dan tidak ada lagi celah untuk mendapatkan nya.
Benar saja , Jihyun langsung pergi setelah melihat aksi mesra keduanya. Bahkan pria itu sempat menendang tong sampah yang berada di pinggir trotoar untuk melampiaskan kekesalannya.
Tepat saat Jihyun pergi, Ji-eun melepaskan ciumannya. Yoongi tersenyum sinis menatap Ji-eun yang sibuk mengelap bibirnya dengan tangan.
"Aku kira kau menikmatinya." Ucap Yoongi.
"Cih, aku hanya mengikuti permainan mu." Gadis itu merasa kesal sebab merasa Yoongi mengambil kesempatan.
Yoongi terkekeh dan berlalu meninggalkan Ji-eun, tugasnya sudah selesai dan waktunya dia pulang. Holly juga sudah meronta-ronta meminta makan siangnya.
"Tunggu!" Seru Ji-eun menyusul Yoongi.
Yoongi tidak berhenti maupun menoleh, hanya melambatkan langkahnya saja. Ia yakin jika gadis itu pasti akan mengatakan sesuatu, dan benar saja, tanpa berbasa-basi Ji-eun mengutarakan sesuatu setelah berhasil mengimbangi langkahnya.
"Apa penawaran mu masih berlaku?"
Yoongi menghentikan langkahnya, menoleh menatap Ji-eun dengan kekehan garing. Namun sedetik kemudian ia mengubah air mukanya menjadi serius. Terlihat menyeramkan bagi Ji-eun jika Yoongi dalam mode serius seperti ini.
"Jadi kau ingin menjadi kekasih ku?" Tanya Yoongi dan Ji-eun mengangguk mantap.
"Hanya untuk menjauhkan Jihyun." Jelas Ji-eun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments