"Teruslah berjuang meski dunia sedang tak berpihak kepadamu." -- Jung Hoseok.
+++
Busan, South Korea.
Seorang pria tengah berada di sebuah rumah minimalis yang ia sewa beberapa hari ini. Demi masa depan sang adik ia harus meninggalkan gadis itu sendiri di Seoul. Dia sudah menitip pesan pada sahabat adiknya untuk ikut mengawasi gadis itu selama dia tidak ada di sampingnya.
"Bagaimana?" Tanya si pemuda Lee.
"Mudah saja. Aku akan memproses kasus ini segera, hanya saja masih di perlukan bukti yang kuat agar semuanya berjalan lancar."
"Soal itu aku sudah mengumpulkannya, aku ingin dia segera masuk kedalam jeruji besi. Rasanya sangat tidak tahan melihat adik ku terus di ganggu. Aku hanya tidak ingin kejadian yang lalu terulang lagi."
"Keputusan ada di tangan hakim, jika dia memang dianggap bersalah maka dia akan di penjara."
"Jika dia dinyatakan tidak bersalah maka aku akan membunuhnya." Geram pemuda Lee.
Teman pemuda Lee yang berprofesi sebagai inspektur di kepolisian Busan itu hanya geleng-geleng kepala. Melihat amarah yang tercetak jelas di mata temannya itu. Dia bisa menebak jika masalah ini benar-benar membuatnya geram sekaligus marah, siapa yang akan tenang saja ketika orang tersayangnya berada dalam bahaya.
"Kalau begitu aku akan kembali ke kantor, besok datangi aku untuk menyerahkan berkas dan bukti yang lengkap agar kasus segera ku proses."
"Ya."
Inspektur Kim berpamitan dan keluar dari rumah minimalis itu, kembali ke kantor untuk kembali bekerja. Sudah beberapa hari ini dia ditugaskan untuk menangani kasus yang di ajukan pemuda Lee, karena mereka memang berteman jadi inspektur Kim bersedia membantu.
Juga karena memang kasus ini nampaknya bukan kasus kecil, siapapun yang berbuat kejahatan maka akan berhadapan dengannya tanpa pandang bulu.
Selepas kepergian rekan kepolisiannya, pemuda Lee menghela nafas kasar. Terhitung sudah lima hari dirinya berada di Busan untuk mengurus sesuatu hingga meninggalkan adiknya sendirian.
Sebenarnya dia tidak berniat untuk membawa kasus ini, karena memang dulu sang adik tak pernah mengizinkannya. Namun ketika beberapa waktu lalu ia bertemu sosok pria yang terus mengganggu adiknya itu tengah melakukan transaksi gelap, mulai saat itulah dia mencari tahu tentang pria itu.
Ternyata bukan hanya menjadi pria brengsek, bahkan pria itu juga menjalankan bisnis haram. Oleh sebab itu dengan menjadikan pria yang melakukan transaksi sebagai sandera, ia mengorek informasi tentang musuhnya.
Dan itu akan dia gunakan untuk menuntut hak sang adik yang dulu pernah menjadi korban. Entah ini akan mudah atau tidak sebab kejadian itu sudah berlangsung cukup lama. Namun pemuda Lee tetap tidak menyerah, selama sang adik belum merasa aman maka dia harus bertanggungjawab.
•••
Ji-eun mengunjungi rumah Yoongi setelah pulang dari apartemen Bongsoon. Rencananya mereka akan menonton drama sampai sore hari sebelum Bongsoon bekerja, namun semuanya gagal karena kedatangan Kim Taehyung yang serta merta membawa Yeontan.
Oleh sebab itu Ji-eun memilih untuk pulang, dia tidak mau menjadi saksi kemesraan pasangan aneh itu. Jiwa single nya akan meronta-ronta meski sekarang dia juga berstatus sebagai kekasih orang.
Ah, berbicara tentang kekasih orang, dia sudah resmi menjadi kekasih Yoongi. Meski hanya pura-pura namun entahlah semoga saja dalam hubungan ini keduanya saling menguntungkan. Dia tidak akan khawatir lagi jika Jihyun datang menemuinya sebab sudah ada Yoongi yang akan membantunya.
Dia bisa melihat jika Jihyun sedikit takut pada Yoongi, dan itu akan membuatnya perlahan menjauh. Kecuali jika pria itu memang gila pasti akan tetap mendekatinya.
Dan kedatangannya ke rumah Yoongi bukan tanpa sebab, pria itu mengatakan pada dirinya jika ada sesuatu yang harus mereka bahas. Bukan soal rekaman, tapi sesuatu yang penting dalam hubungan mereka.
Namun Ji-eun sendiri tidak tahu sesuatu apa itu, daripada penasaran ada baiknya jika ia langsung mendatanginya. Yoongi sudah mengirimkan alamat rumahnya dan di sinilah Ji-eun berada.
Gadis itu berdiri di depan gerbang yang menjulang tak terlalu tinggi, mendorongnya perlahan hingga satu pintu terbuka. Yoongi sudah berpesan jika jika dia datang maka langsung masuk saja dan menemuinya di halaman belakang.
Ji-eun kembali terkejut ketika melihat rumah Yoongi, rumah berlantai dua ini memang terlihat seperti bangunan Korea biasa namun entah kenapa kelihatannya sangat menarik. Ada taman kecil di samping rumah yang memiliki halaman luas ini, lalu lapangan basket yang berukuran sedang. Sepertinya pria berkulit putih itu menyukai olahraga.
Gadis bermarga Lee kembali di Landa kebingungan, pasalnya dia tidak tahu ada di mana letak halaman belakangnya. Ya, dia tahu letaknya di belakang tapi dia harus lewat mana? Tidak mungkin lewat dalam rumah kan?
Akhirnya Ji-eun memutuskan untuk menelepon Yoongi, gadis itu menekan tombol dial dan mengarahkan ponsel itu ke telinga.
"Kau sudah sampai?" Terdengar suara Yoongi de seberang sana.
"Ya, aku ada di depan rumahmu. Aku harus kemana?"
"Kau melihat taman kecil di samping rumah?"
"Ne?"
"Lewat situ."
"Arraseo."
Tut!
Ji-eun memutus sambungan telepon lalu melirik taman kecil yang sebelumnya ia lihat, memang taman itu terlihat luas tidak ada pembatasnya. Dan mungkin saja memang merupakan jalan menuju taman belakang.
Yoongi sendiri menunggu Ji-eun sembari mengajak Holly bermain di taman belakang, karena tadi pagi anjing itu tidak sempat menikmati jalan-jalannya.
Tak lama kemudian ia menoleh saat mendengar langkah, seorang gadis berpakaian dress menghampiri dan duduk di kursi sebelahnya.
"Apa yang ingin kau sampaikan?" Tanya Ji-eun to the point'.
"Kau tidak ingin berbasa-basi?"
"Tidak."
"Baiklah, baca ini."
Yoongi mengulurkan sebuah map coklat pada Ji-eun, tanpa bertanya gadis itu menerima dan membukanya. Matanya menyipit kala membaca deretan huruf yang di cetak besar dan tebal.
-KESEPAKATAN KERJASAMA-
Jadi ini maksudnya?
Ji-eun melirik Yoongi sekilas lalu lanjut membaca isi dari surat kontrak itu.
Isi dari kesepakatan yang pertama adalah tidak berhak untuk mengetahui privasi masing-masing. Oke, Ji-eun setuju dengan hal ini sebab mereka bukan pasangan sesungguhnya. Hanya pura-pura, tolong di catat.
Yang kedua dan seterusnya tidak terlalu penting sebab hanya berisikan seperti dilarang saling melarang, bebas berdekatan dengan siapa saja, dan lainnya yang bahkan Ji-eun tidak mau membacanya.
Hanya ada satu point' penting yang menjadi perhatian sang gadis yaitu kesepakatan terakhir. Di situ tertulis jika mereka tidak boleh saling membawa perasaan karena tidak akan ada tanggungjawab yang akan di berikan.
Oleh sebab itu sebisa mungkin hubungan ini hanya kesepakatan untuk bekerja sama. Keduanya berhak membatasi apapun tentang personal sehingga kemungkinan tidak akan menimbulkan rasa apapun.
Ji-eun cukup setuju dan dia juga yakin tidak akan memiliki rasa pada Yoongi. Pria dingin, cuek dan menyebalkan sama sekali bukan tipenya. Dia rasa pria itu juga pasti tidak akan bisa romantis, sama sekali tidak ada dalam daftar idamannya.
"Bagaimana?" Tanya Yoongi.
"Tidak ada masalah bagiku. Asal pria itu tidak mengusikku lagi. Ah kenapa kau tidak menjadi bodyguard ku saja kalau begitu?" Canda Ji-eun.
Yoongi tersenyum simpul, memberikan sebuah bolpoin pada sang gadis dan menyuruhnya untuk membubuhkan tandatangan di tempat yang di sediakan.
"Aku tidak akan menerima resiko apapun dari hubungan ini. Jadi, jaga perasaanmu padaku." Ucap Yoongi dingin.
"Cih, aku juga tidak akan suka pada pria seperti dirimu."
Yoongi menatap kertas perjanjian yang ia buat, kesepakatan ini bukan semata-mata hanya untuk melindungi Ji-eun. Namun dia teringat pada ucapan Hyung nya yang mengatakan jika dia harus melupakan Aara. Ya, mungkin cara ini cukup membantu.
Bukankah saling menguntungkan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments