~Tidak ada yang berhak menentukan hidupmu, kecuali dirimu sendiri.~ Min Yoongi.
+++
"Yoongi." Panggil Aara.
Yoongi yang tengah memandangi langit malam pun menoleh, menatap sang gadis yang tersenyum.
"Kenapa kau sangat tampan sekali?"
"Apa kau sedang memujiku? Atau menggodaku? Siapa yang kau tiru, heuh?" Cecar Yoongi karena gadis kecilnya sudah pandai merayu.
"Aku meniru mu, kau selalu mengatakan aku cantik."
Yoongi tertawa sangat manis membuat Aara betah memandangi wajah Yoongi. Siapapun pasti akan terpesona dengan wajah sempurna yang Yoongi punya, termasuk dirinya. Apalagi matanya selalu mengkonsumsi wajah tampan itu.
"Aku akan menuntut dirimu." Celetuk Aara.
"Kenapa?"
"Karena kau membuatku hancur, senyuman mu membuatku tidak waras."
"Kau sudah pandai merayu rupanya. Apa gadis kecilku ini sudah dewasa?"
Aara hanya meringis, memperlihatkan barisan giginya yang putih. Bahkan Yoongi geleng-geleng kepala melihat tingkah gadis kecilnya.
"Yoongi, Merry me!" Celetuk Aara.
"Apa?"
"Nikahi aku."
Yoongi terdiam, berusaha mencerna kalimat yang dilontarkan oleh gadis itu. Rasanya sangat aneh mengingat mereka bukanlah sepasang kekasih, tapi kenapa sang gadis memintanya untuk menikahi dirinya.
"Berapa usiamu?" Alih-alih menjawab perkataan sang gadis, Yoongi justru malah bertanya.
"17 tahun, memangnya kenapa?"
"Tunggu lima tahun lagi, maka aku akan menikahi mu." Ucap Yoongi.
Entah apa yang ada di dalam pikiran dan hati pria itu sehingga secara tidak sengaja ia telah berjanji pada sang gadis dan lima tahun yang akan datang dia harus menepatinya.
Sang gadis mengangguk senang, ia memeluk tubuh Yoongi secara spontan. Bahkan Yoongi sendiri tidak tahu apa yang membuat sang gadis melakukan hal demikian.
"Apa ini?" Tanya Yoongi saat Aara memasangkan sebuah gelang tali di pergelangannya.
"Ingatlah aku, selalu. Aku akan terus menunggumu sampai tiba waktunya." Ucap Aara.
Yoongi memandangi gelang yang Aara berikan, pria itu mengangkat wajahnya dan tersenyum manis pada sang gadis.
"Aku akan melamar mu dengan gelang yang kau berikan, aku berjanji."
•••
Belum genap lima tahun sesuai janjinya, Yoongi mendapatkan sebuah pesan dari Aara. Selama ini mereka memang berkomunikasi dengan lancar layaknya sepasang kekasih yang tengah melakukan hubungan jarak jauh.
Namun pesan yang satu itu justru mengejutkan dirinya ketika Aara berkata bahwa dirinya berada di Seoul dan mengajak pria itu bertemu.
Di sini lah mereka berada, di sebuah restoran di dalam ruangan private yang Yoongi pilih. Pria itu bisa merasakan jika memang ada suatu hal yang penting yang akan di bicarakan.
"Maafkan aku.." Ujar Aara.
Aara menangis di pelukan Yoongi, menumpahkan air matanya dan segala kesalahannya. Yoongi hanya terdiam, membiarkan sang gadis menangis terisak di pelukannya. Namun entah kenapa rasanya sangat aneh, hatinya seperti terasa sakit.
Ia telah menjanjikan sebuah pernikahan pada seorang gadis, namun saat janji itu di patahkan sebelum terlaksana rasanya sakit sekali. Padahal janji itu bukanlah janji yang di dasari dengan perasaan, sebab saat itu Yoongi secara spontan mengatakan itu.
Namun sekali lagi Yoongi rasakan jika hatinya seperti patah, namun pria itu terus meyakinkan dirinya bahwa tidak ada yang salah dengan itu.
Bukankah seharusnya dia yang merasa bersalah atas janji yang bahkan ia sendiri tidak inginkan? Bahkan akan sangat merasa bersalah jika sang gadis benar-benar menunggunya selama itu sementara dirinya belum ada perasaan apapun.
Pria itu mencoba untuk tersenyum, mengatakan pada dirinya sendiri jika semua baik-baik saja.
"Kenapa kau menangis?" Tanya Yoongi.
"Minggu depan aku akan menikah, maafkan aku. Aku tidak memenuhi permintaan mu agar jari manis ku tetap kosong. Tolong maafkan aku.." Isak Aara.
Yoongi tersenyum, menangkup kedua sisi wajah sang gadis dan membawanya menengadah agar menatap matanya. Jelas sekali ia bisa melihat guratan penyesalan di mata sang gadis.
Sebenarnya Yoongi terkejut saat mengetahui Aara mengajaknya bertemu di Seoul, rasanya tak percaya sang gadis menyusulnya ke kota. Dan Yoongi lebih terkejut ketika bertemu dengannya justru gadis itu menangis terisak.
"Jangan menangis, kau terlihat jelek." Ucap Yoongi.
Aara tidak tertawa dengan candaan Yoongi, justru gadis itu semakin kencang menangis sebab sangat merasa bersalah. Bagaimana mungkin dirinya meninggalkan pria sesempurna Yoongi, namun dia juga tidak bisa berbuat apapun.
Orang tuanya menjodohkan dirinya dan entah kenapa Aara malah menerimanya. Sang ibu sangat ingin melihat dirinya bersanding dengan pilihan wanita itu, dan tidak ada yang bisa mengubah keputusan itu termasuk dirinya sendiri.
"Aku akan meluangkan waktu untuk datang ke pernikahan mu." Ucap Yoongi.
Aara menggeleng, "Jika kau datang, aku takut mengecewakan calon suamiku. Mungkin bisa saja aku tidak akan menikah jika melihatmu."
Yoongi menghela nafasnya sembari mengusir rasa sesak di dadanya, ya, dadanya terasa sangat sesak sekarang. Entah karena melihat gadis kecilnya menangis atau karena mengetahui jika gadis yang pernah ia janjikan dengan pernikahan justru meninggalkan dirinya.
•FLASHBACK OFF•
•••
Yoongi mengangkat tangannya, memandangi benda yang melingkar di pergelangan tangannya. Bahkan gelang itu masih terpasang dengan rapi disana, tak pernah sekalipun ia melepaskannya.
Sekarang, genap tujuh tahun setelah dirinya mengucapkan janji itu. Dia masih terus dibuat bingung dengan perasaannya, mungkinkah dia memang mencintai gadis kecil itu?
Tapi, kenapa dia tidak pernah merasakan debaran yang biasa orang rasakan ketika jatuh cinta. Bahkan rasanya biasa saja saat berdekatan dengan gadis itu. Meski memang terasa nyaman namun Yoongi tak bisa mengartikannya.
Apa ini hanya rasa sayang saja? Sebab lebih dari sepuluh tahun mereka bersama. Yoongi sendiri menganggap Aara sebagai adiknya, temannya, sahabatnya.
Dan saat sang gadis meminta untuk menikah dengannya pun dia sama sekali tidak merasakan apapun. Gugup? Berdebar? Senang? Tidak ada. Tapi kenapa rasanya begitu sesak ketika mendengar sang gadis yang akan menikah dengan orang lain?
"Kenapa aku tidak bisa melupakan mu? Tolong jangan siksa aku, Aara." Lirih Yoongi.
Pria itu selalu merindukan gadis kecilnya, gadis yang selalu menemani hari-hari nya, gadis yang selalu ada saat dirinya sendiri, gadis yang selalu bermanja dengannya.
Dia rindu, sangat.
Tapi apa yang harus dia lakukan? Ketika pesan yang ia kirimkan tak pernah terbalas, panggilan yang tak pernah terjawab. Yoongi pernah berpikir apa dirinya memiliki kesalahan sehingga gadis itu tidak mau menunggunya dan memilih menikah dengan orang lain?
Dan kesalahan itulah yang membuat sang gadis tak pernah mau berkomunikasi lagi dengannya. Tapi Yoongi tidak pernah merasa berbuat kesalahan apapun.
"Rasanya aku bisa gila jika terus begini." Gumam Yoongi.
Pria itu memutuskan untuk masuk kedalam rumah dan mengakhiri sesi galaunya. Kembali ke setelan awal sebagai pria yang cuek dan dingin, juga menyebalkan tentunya.
Ada banyak hal yang harus dia kerjakan besok dan dia tidak ingin terlalu larut dalam kesedihannya. Cukup untuk hari ini, masih ada hari yang lain untuk mengenang masa lalu.
Atau juga tidak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments