"Jadi kau teman Produser Min ya?" Tanya Ji-eun.
"Benar, teman yang sudah seperti seorang adik." Jawab Jungkook.
"Berapa usiamu?"
"Dua puluh lima."
"Seriously? Bahkan wajahmu seperti bayi."
"Ah jangan memujiku, Noona. Kau membuatku memerah."
Ji-eun tertawa pelan, menutupi mulutnya dengan telapak tangan. Baginya pemuda di hadapannya ini sangat lucu dan asik. Juga pemberani karena mendekati dirinya terlebih dahulu.
"Aku sedikit haus, bisakah kita membeli minuman di depan sana?" Ucap Jungkook menunjuk sebuah minimarket di seberang jalan.
"Tentu."
Jungkook merasa senang sekali karena ternyata artist Hyung nya ini ramah dan friendly. Dan juga cantik tentu saja. Bahkan Jungkook tak henti-hentinya tersenyum memandangi wajah Ji-eun yang begitu membuatnya terpesona.
"Kau mau beli apa?" Tanya Jungkook.
"Terserah kau saja."
Jungkook mengangguk dan mengambil sebotol susu pisang dan strawberry yang berada di dalam lemari pendingin, lalu membawanya ke arah kasir untuk membayarnya. Saat Ji-eun hendak mengeluarkan uang Jungkook menggeleng, ia menyerahkan kartu hitamnya pada kasir.
Setelah membeli minuman, keduanya memutuskan untuk duduk di depan minimarket. Kebetulan sekali di sana ada bangku besi yang cukup di duduki dua orang.
Ji-eun tak menolak sebab dia juga tengah menunggu sang kakak yang belum menjemputnya. Jong-hoon tidak menemani nya rekaman, hanya mengantar dan nanti akan menjemput. Ada sesuatu yang harus diurus, Ji-eun sendiri tidak tahu urusan apa.
"Kau suka susu?" Tanya Ji-eun.
Uhukk uhukk!
Jungkook yang tengah menenggak susu pisangnya mendadak tersedak karena ucapan Ji-eun, padahal tidak ada yang salah dari kalimat yang dilontarkan sang gadis. Hanya saja terlalu ambigu sebab yang bertanya adalah seorang gadis.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Ji-eun lagi.
"Ya, aku baik-baik saja. Emm maaf, sepertinya aku harus segera pergi karena temanku menunggu." Ucap Jungkook terburu-buru.
Belum sempat dirinya bangkit, tiba-tiba saja sebuah mobil melintas dan membunyikan klakson. Membuat keduanya terjingkat dan bahkan Jungkook hampir terjatuh.
Dalam hati pemuda Jeon itu mengumpati Yoongi, beruntung Ji-eun tidak memperhatikan raut wajah kagetnya. Dirinya sudah kepalang malu karena sedari tadi bertingkah aneh.
Sepertinya ini akibat dari dirinya yang belum pernah berkencan dengan wanita manapun, gugup dan tremor. Setelah puas terkejut, Jungkook berpamitan pada Ji-eun dan langsung lari terbirit-birit. Ji-eun sampai tertawa di buatnya, pria berusia seperempat abad yang bertingkah laku macam seorang bayi.
Gadis bermarga Lee itu menggelengkan kepalanya sembari masih tersenyum geli, baginya tingkah Jungkook dan Yoongi hampir bertolak belakang. Pemuda Jeon itu lucu dan konyol, sementara produser Min itu dingin dan cuek. Bagaimana bisa keduanya berteman lama.
•••
Hoseok kembali menginjakkan kakinya di pusat perbelanjaan yang kemarin ia kunjungi, namun bedanya sekarang ia datang bersama bayinya. Jeon Jungkook.
Sudah lama mereka tidak jalan berdua, membeli barang-barang yang terkesan tidak perlu atau sekedar jalan-jalan saja sembari window shopping. Hoseok memanglah pria yang tidak pernah perhitungan pada teman-teman nya.
Jungkook terus menyedot susu pisang yang di belikan Hoseok sebelum pergi ke mall, berjalan beriringan sembari menilik setiap toko yang mereka lewati. Pemuda Jeon menjadi pusat perhatian orang yang berlalu lalang melewatinya, sebab penampilannya yang lucu dengan celana training dan jaket Boomber yang terlihat menenggelamkan tubuhnya. Bukan hanya itu, ekspresi wajahnya saat meminum susu pun juga menjadi sorotan.
"Kita kesana." Ajak Hoseok.
Kedua pemuda itu masuk kedalam toko pakaian mahal, menyusuri tiap stand baju untuk melihat-lihat. Jungkook hanya mengekor sebab pemuda itu tak ingin berbelanja pakaian, tapi jika di traktir makan pasti akan semangat.
Tapi tentu saja Hoseok akan tetap membelikannya, ia mengajak adiknya kesini untuk berbelanja bukan untuk menemaninya. Bahkan tidak hanya Jungkook saja yang ia belanjakan melainkan teman-temannya yang berada di rumah.
"Lihat ini Jung, sepertinya ini cocok untukmu." Ucap Hoseok sembari memperlihatkan jas berwarna hitam dengan motif metalik.
"Itu terlalu besar, sepertinya akan cocok di pakai Jimin saja." Jungkook memberi pendapat.
"Ah kau benar. Baiklah pegang ini, aku akan Carikan lagi untukmu."
Hoseok kembali memilih atasan di stand-stand yang berjejer di depannya. Mengambil beberapa stel atasan dengan teliti, memastikan ukurannya benar dan kualitasnya yang bagus. Juga dengan motif-motif yang sesuai dengan calon pemakainya.
"Kau membeli sebanyak ini, Hyung?" Tanya Jungkook.
"Iya, masing-masing akan mendapatkan satu atasan."
"Kau benar-benar baik."
Hoseok hanya menampilkan senyumannya, senyuman secerah mentari yang selalu di sukai para adik dan Hyung nya. Bukan hanya itu, tapi kedermawanan seorang Hoseok memang tak perlu ditanyakan lagi.
"Apakah aku harus membelikan untuk para anjing-anjing kita juga?" Tanya Hoseok.
"Memangnya di sini ada penjual kostum hewan? Jika hanya kalung atau acc lain kemungkinan ada."
"Kalau begitu kita cari saja, mumpung kita berada di sini."
•••
Puas berkeliling di mall dan makan di restoran, Hoseok memutuskan untuk mengunjungi rumah Yoongi. Sebelum mampir, Hoseok memang meminta izin untuk ke rumahnya dan dijawab oleh Yoongi dengan baik.
Ini yang Yoongi sukai dari Hoseok, pria itu tidak pernah sembrono dalam hal apapun. Bertandang ke rumahnya pun meminta izin terlebih dahulu, tidak seperti Seokjin yang sudah macam robber.
Terkadang Yoongi heran, kenapa bisa Seokjin selalu datang ke rumahnya tak ingat waktu. Pria itu memiliki mansion yang megah tak mungkin jika pria awet muda itu di usir dan memilih untuk terus datang kerumahnya.
Ah membayangkan saja tak sanggup, Seokjin memang seperti peneror bagi Yoongi.
Deru mobil di halaman membuat atensi kelima pemuda yang tengah berkumpul di ruang tamu teralihkan, sebagai tuan rumah Yoongi bangkit dan menyambut kedua pria yang baru saja pergi berbelanja.
Keduanya membawa paperbag di masing-masing tangannya, meletakkannya di atas meja di hadapan para pria.
"My hope!" Seru Jimin bangkit dan memeluk Hoseok.
"Ah Jimin-ie, aku merindukanmu." Balas Hoseok.
Kedua pemuda Kim juga turut memeluk Hoseok , mengajaknya berbincang-bincang dengan santai.
"Aku membawakan kalian hadiah, khusus kantong ini untuk Namjoon. Aku akan memberikannya nanti." Ucap Hoseok.
"Oh kau pengertian sekali, adik ku. Aku sangat beruntung memilikimu." Ucap Seokjin mendrama.
"Dia memang perhatian, tidak seperti kau yang pelit." Sahut Yoongi.
"Jangan lupakan jika kau lebih pelit daripada aku."
Tidak ada waktu tanpa perdebatan di antara mereka, namun perdebatan kecil inilah yang menjadi bumbu perekat hubungan mereka. Tidak ada kata tersinggung di sini jadi semua yang keluar dari mulut dan di terima oleh telinga tidak harus dibawa ke hati.
Kecuali memang pembicaraan itu mengarah ke arah yang serius. Maka tidak ada candaan di dalamnya. Bisa di bilang jika persahabatan mereka itu memiliki banyak kondisi yang harus di mengerti oleh satu sama lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments