"Bahkan jika kau tersandung dan jatuh, hal yang terpenting adalah kau harus bangun kembali." - Min Yoongi.
+++
Gwacheon, South Korea menjadi saksi kepedihan seorang gadis yang hidup hanya dengan seorang putrinya. Di usianya yang masih terbilang muda dia harus menjadi seorang single mom, hidup jauh dari orang tua membuatnya mau tak mau harus banting tulang.
Go Aara tengah menemani sang putri ; Yoonji, di sebuah taman bermain. Hari weekend seperti ini memang selalu Aara gunakan untuk menghabiskan waktu bersama sang putri. Sekedar berjalan-jalan di taman atau bermain di rumah. Pekerjaannya sebagai seorang pelayan restoran membuatnya tidak bisa setiap hari menemani sang putri.
"Perhatikan langkah mu, sayang!" Seru Aara.
Yoonji hanya mengangguk dan melambaikan tangan, kembali bermain bersama teman sebayanya. Sementara Aara menunggu di bawah pohon rindang, di sebuah kursi panjang yang teduh.
Ada rasa rindu ketika mengingat kedua orangtuanya yang berada di Daegu, rasanya ingin kembali ke kampung halaman. Melepas rindu pada kedua orangtuanya, pada sang kakak, pada teman-teman, juga pada pria pemilik gummy smile.
Min Yoongi.
Ya, Aara masih ingat pada pria berkulit putih yang pernah menjanjikan sebuah pernikahan padanya. Namun karena suatu alasan membuat mereka akhirnya terpisah dan menjalani kehidupan masing-masing.
Aara sengaja tidak mengganti nomor ponselnya, berharap bisa menjalin pertemanan yang baik dengan Yoongi seperti sebelumnya. Namun apa daya, Aara selalu menekan hatinya kala rasa sesak kembali menekan rongga dadanya.
Itu semua karena perasaan yang ia miliki pada Yoongi, sampai detik ini pun Aara yakin masih merasakan hal yang sama. Persis seperti tujuh tahun yang lalu.
"Bogo sipeo.." lirih Aara.
Air matanya menetes saat memandangi foto Yoongi yang masih tersimpan rapi di ponselnya. Aara tahu ini semua salah namun bisakah ia menikmati semua ini.
"Ibu, kau menangis?"
Aara terkejut ketika mendapati sang putri sudah berada di hadapannya, melihatnya menangis mengeluarkan air matanya. Hal yang tak pernah ia lakukan di depan Yoonji.
Buru-buru Aara mengusap wajahnya yang basah, mengelapnya dengan ujung jari dan tersenyum. Tak ingin membuat Yoonji merasa khawatir.
"Tidak sayang, sepertinya mata ibu kemasukan debu. Apa kau sudah selesai bermain?" Ucap Aara.
"Sudah Bu. Aku merasa lelah."
"Kalau begitu minum susu mu dulu, atau kau mau pulang saja?" Tawar Aara dan Yoonji menggeleng.
"Ibu?" Panggil sang putri.
"Hem?"
"Aku ingin bertemu nenek dan kakek." Ucap Yoonji sendu.
Aara tersenyum, sama halnya dengan sang putri maka Aara pun ingin pulang. Tapi banyak sekali yang harus dia pertimbangkan jika akan meninggalkan tanah kelahiran suaminya.
Ah bicara soal suami, pria Gwacheon yang berprofesi sebagai tentara itu sangat beruntung mendapatkan istri seperti Go Aara. Meski latar belakang mereka berdua berbeda namun tidak ada yang mampu meragukan cinta keduanya.
Tidak ada yang bisa memisahkan mereka berdua, bahkan sang ibu dari Do Hyun yang sempat tidak menyukai Aara. Hanya maut yang memisahkan mereka, ya, hanya maut.
Tepat tiga tahun yang lalu, Do Hyun gugur dalam peperangan militer. Meninggalkan sang istri dan juga putri kecilnya yang berusia dua tahun. Hari itu, hidup Aara seakan hancur. Semua harapan indah dan impian runtuh seketika.
Aara hampir menyerah, merasa tak bisa hidup sendiri tanpa sang suami. Diperlakukan secara tak baik oleh ibu mertuanya yang menuduh Aara sebagai pembawa sial. Bahkan tak mau menganggap Yoonji sebagai cucunya, darah daging putranya.
Beruntung Aara mempunyai ayah mertua yang baik, juga buah hati yang selalu menjadi penyemangat nya. Sehingga ia mampu melewati hari-hari nya dengan sabar dan kuat.
"Tunggu libur akhir tahun, kita akan kembali ke Daegu saat liburan."
Yoonji mengangguk senang menatap ibunya, terakhir dia bertemu kakek neneknya adalah saat dia berusia sekitar dua tahun. Itu artinya sudah tiga tahun mereka tidak bertemu.
•••
Malam ini merupakan malam yang damai bagi pemuda Min, dimana tidak ada yang mengganggunya seperti hari-hari kemarin. Kim Seokjin yang hendak liburan ke Swedia, dan pemuda Park yang kembali ke kampung halamannya.
Sementara Jungkook masih menghabiskan waktu dengan Hoseok, entah apa yang mereka lakukan Yoongi cukup terbantu dengan adanya Hoseok. Pria itu mampu mengurus bayi besar mereka dengan baik. Bahkan Kim Seokjin sebagai pria tertua saja tidak bisa.
Lebih tepatnya tidak mau sebab mereka memang suka sekali bercanda dan bercanda.
Pemuda Min menilik layar ponselnya, jarinya terlihat mengetik sebuah pesan singkat untuk seseorang. Tapi perasaannya tiba-tiba saja gamang, ia menghapus kembali serangkaian kata yang sudah ia tulis.
Mengubah kalimatnya menjadi lebih singkat dan kemudian menekan tombol send, setelah pesan itu terkirim Yoongi melempar ponselnya ke ranjang.
Pria itu meraup wajahnya kasar, ingin sekali keluar dari situasi seperti ini. Rasanya melelahkan jika harus berada di antara rasa yang tak bisa di jelaskan.
Logikanya ingin menentang, namun perasaannya semakin kuat. Sementara pria itu memang tidak tahu harus menyikapinya dengan cara seperti apa.
"Aku harus bagaimana?" Gumam Yoongi.
Sejak hubungannya dengan Aara merenggang dia pun jarang sekali memberi kabar pada orangtua gadis itu. Karena sedari dulu mereka memang tidak terlalu dekat, Yoongi yang dasarnya adalah pria cuek tidak pernah berbasa-basi pada ayah Aara.
Ingin menanyakan kabar sang gadis pada orangtuanya pun rasanya tidak pantas, sebab gadis itu sudah menjadi istri orang meski kemungkinan besar mereka tetap akan memberitahu nya.
•••
Aara kembali menatap layar ponselnya yang berisi pesan singkat dari seseorang. Sungguh demi apapun Aara ingin sekali berteriak bahwa ia mencintai pria yang saat ini masih berada dalam hatinya, mengumumkan kepada seluruh dunia bahwa dia adalah orang yang sangat beruntung karena di rindukan oleh seseorang yang ia cintai.
Gadis itu mengusap air matanya yang luruh tanpa komando, membasahi pipinya yang sedikit tembam. Di sampingnya, Yoonji sudah terlelap beberapa menit yang lalu. Entah kenapa jika menyangkut tentang Yoongi gadis itu selalu saja merasa cengeng, bahkan saat mengingat mendiang suaminya pun tak secengeng itu.
"Aku merindukanmu."
Pesan yang kerap kali ia terima dari satu nomor yang sama setiap harinya, tapi Aara hanya bisa membacanya tanpa bisa membalasnya. Ingin Aara mengatakan bahwa ia jauh lebih merindu. Namun gadis itu berusaha menekan egonya, mengingat kesalahannya dulu karena meninggalkan pria tercintanya.
Dia salah, itu yang selalu Aara ingat. Dan rasanya Aara tidak pantas untuk mendapatkan pesan berisi kalimat manis itu.
"Semoga ada waktu dimana kita akan bertemu." Lirih Aara.
Gadis itu terlelap bersama ponsel yang berada di dekapannya. Ia berharap bisa kembali bertemu dengan seseorang di masa lalunya, sekalipun di dalam mimpi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments