Yoongi terbangun ketika mendengar ponselnya berbunyi, tangannya memanjang ke arah nakas untuk mengambil ponselnya. Dahinya mengerut dengan kelopak mata yang belum terbuka sempurna.
Ia melihat nama Hoseok tertera di layar, tanpa berniat bangun pria itu mengangkat panggilan dari rekannya.
"Ada apa?" Tanya Yoongi dengan suara serak.
"Kau dimana? Kenapa belum datang ke studio? Jangan bilang kau masih tidur di rumah, atau bahkan lupa dengan jadwal hari ini."
"Sebentar lagi aku akan sampai."
Tanpa berbicara lagi, Yoongi langsung memutus sambungan telepon. Pria itu mengusap wajahnya kasar, bagaimana bisa dia bangun terlambat dan melupakan jadwal rekaman pagi ini.
Ini semua gara-gara Park Jimin yang mengajaknya begadang semalaman suntuk sembari mabuk, alhasil dirinya tidak bisa bangun pagi. Mungkin jika tidak mabuk dia tetap akan bisa bangun lebih awal meski tidur larut malam.
Dia melirik Jimin yang masih terlelap di sampingnya, kemudian menyibak selimut dan turun dari ranjang. Yoongi langsung bergegas mandi, hanya asal terkena air dan sabun saja yang penting mulutnya tidak bau.
Selesai mandi, Yoongi membuat sarapan simple. Tidak ada waktu lagi untuk membuat sarapan berat, hanya seporsi ramen untuk dirinya dan juga Jimin.
Bahkan sisa pesta kecil semalam belum di bereskan olehnya, ruang tamunya masih sangatlah berantakan.
"Aku bisa terlambat jika membersihkan ini terlebih dahulu, dan Jimin pasti tidak akan mau membereskannya." Gumam Yoongi.
Akhirnya pria itu meminta jasa petugas kebersihan untuk membersihkan rumahnya, karena tidak ada waktu lagi. Ini saja dirinya sudah sangat terlambat.
Yoongi langsung meninggalkan rumah, mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Biarpun dia sedang di kejar waktu tapi Yoongi tetap mengutamakan keselamatan, bukan hanya dirinya namun pengendara lain juga.
Lagipula ini bukan sesuatu yang urgent, mereka bisa menunggu tanpa harus menyuruhnya terburu-buru.
Beberapa menit kemudian, Yoongi sampai di studio rekaman. Belum juga dirinya masuk, Hoseok sudah menghampirinya dan mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Wah macam sedang di sambut wartawan saja.
"Kau tidak apa-apa? Kenapa lama sekali? Aku khawatir ada sesuatu di jalan yang menimpa mu." Ujar Hoseok.
"Jalanan sangat macet, itu sebabnya aku baru sampai." Ujar Yoongi berbohong.
Tidak berniat membohongi sahabatnya tapi mau bagaimana lagi, jika dia mengatakan yang sebenarnya pasti dirinya akan di cap produser yang tidak profesional.
"Baiklah, artist kita sudah menunggu hampir satu jam lamanya. Jangan sampai dia protes dan marah."
Yoongi mengangguk dan masuk kedalam studio rekaman, sementara Hoseok tengah mengurus keperluan lain bersama asisten nya. Tentang pria yang menjadi asisten Yoongi, Yoongi tidak memperkerjakan secara full.
Karena sudah ada Hoseok yang membantu jadi asisten nya hanya membantu seperlunya saja. Bahkan terkadang memang sama sekali tidak mengerjakan apapun.
Yoongi mulai memberi aba-aba pada Ji-eun untuk memulai rekaman, dirinya hanya duduk memperhatikan saja di depan sang gadis.
Bukan karena memandangi Ji-eun namun lebih ke menikmati rasa pusingnya. Ya, pusing sisa alkohol semalam masih sedikit terasa. Rasanya sangat malas beraktifitas namun dia harus tetap mengawasi proses rekaman.
"Stop!" Seru Yoongi.
Ji-eun yang masih bernyanyi pun di buat bingung, apa dirinya kembali melakukan kesalahan? Apa produser nya itu akan kembali memarahinya dan memakinya?
Namun bukan kemarahan yang Ji-eun lihat, melainkan tatapan tanpa ekspresi. Lebih mengejutkan lagi ketika Yoongi menyuruh dirinya mendekat.
Ji-eun melangkah dengan ragu, mendekati Yoongi yang masih terduduk di kursi sembari menyanding laptop.
"Coba lihat ini." Ucap Yoongi.
Ji-eun mengarahkan pandangannya pada laptop, sebuah tempat yang terlihat indah terpampang di layar. Sungguh Ji-eun sama sekali belum mengerti apa maksudnya.
"Lusa kau akan membuat MV di sini bersama Hoseok, karena besok rekamannya sudah selesai." Ucap Yoongi.
"B-benarkah?" Ji-eun terus menatap Yoongi, pertanyaan itu tidak ditujukan untuk pembahasan syuting MV. Melainkan pada rasa tidak percaya Ji-eun kala Yoongi mengajaknya bicara.
Biasanya pria itu hanya akan mengeluarkan sepatah dua patah kata saja, sekalipun panjang pasti isinya hanya makian dan kalimat pedas.
Yoongi menoleh, pandangannya bertemu dengan manik mata Ji-eun. Terlihat menggemaskan ketika gadis itu memandanginya.
"Apa yang kau lihat?" Tanya Yoongi sembari mendekatkan wajahnya.
"Ah, itu-- tidak. Bukan apa-apa, maaf." Jawab Ji-eun gugup.
Kegugupan itu terlihat menggemaskan bagi Yoongi, apalagi ia bisa melihat jika pipi putih Ji-eun berubah kemerahan karena gugup.
Ji-eun sendiri tidak tahu mengapa bisa dia memandangi produsernya, bahkan tanpa sadar jika wajah keduanya sangat dekat. Mungkin hanya berjarak beberapa centimeter saja.
"Emm, kalau begitu aku izin keluar sebentar."
Ji-eun hendak meninggalkan Yoongi dengan beralasan keluar, sungguh kenapa dia merasakan hal aneh. Jantungnya berdegup kencang, dan rasanya seperti ingin menghilang saja.
Namun belum sampai dua langkah, tangannya di cekal dan di tarik ke belakang. Membuat gadis itu terhuyung dan jatuh di pelukan Yoongi. Apalagi dengan posisi bibir mereka yang saling menempel.
Debaran di dadanya makin terasa, akan sangat memalukan jika produsernya itu mendengarnya.
Entah apa yang Yoongi pikirkan, ketika tanpa beban ia justru menghisap bibir Ji-eun dengan perlahan dan mata yang tertutup. Seolah ingin meresapi rasa dari bibir sang gadis.
"Astaga! Kenapa dia mencium ku?!" Batin Ji-eun menjerit.
Rasanya Ji-eun ingin berteriak melepaskan diri dan menghajar Yoongi yang sudah melecehkannya. Namun saat kepalanya hendak menjauh, pria itu dengan cepat menahan tengkuknya. Tidak membiarkan sang gadis untuk pergi.
Gadis bermarga Lee itu semakin bingung pada dirinya, ciuman Yoongi seakan menghentikan seluruh pergerakan tubuhnya. Terasa lembut dan nyaman, membuat Ji-eun tanpa sadar turut menikmatinya.
Yoongi tersenyum di sela-sela ciumannya, ketika melihat Ji-eun tampak menikmati ciumannya yang tidak di rencanakan. Meski tidak membalasnya Yoongi tetap merasa puas.
Bugh bugh!
Ji-eun memukul dada Yoongi ketika kehabisan nafas, dengan cepat ia membebaskan diri dari ciuman Yoongi. Pria berkulit putih itu mengusap bibirnya dengan ibu jari sembari tersenyum, gila saja rasa pusingnya langsung hilang.
Benar-benar tidak menyangka.
Sementara Ji-eun menatap kesal Yoongi karena mencuri ciuman pertamanya, entah sengaja atau tidak Ji-eun tetap tidak peduli. Dia kesal sekali, semakin bertambah kesal pada produsernya ini.
"Keluar." Ucap Yoongi.
"Kau mengusirku setelah mencuri ciuman pertama ku?!" Ucap Ji-eun emosi.
"Bukankah sebelumnya kau izin untuk ke luar? Apa ciuman ku membuat mu hilang ingatan?"
Ji-eun menganga mendengar jawaban Yoongi yang teramat santai, bahkan sekarang tidak lagi menatapnya. Dia menyesal telah menikmati ciuman itu, baginya Yoongi tetap menyebalkan.
Beruntung proses rekaman hanya tinggal satu langkah lagi, dan lusa ia hanya akan syuting dengan Hoseok. Menurutnya, Hoseok lebih baik daripada Yoongi. Pria bermarga Jung itu menyenangkan, dan sangat baik tentunya.
•••
Jika kalian pikir Yoongi akan memikirkan Ji-eun perihal ciuman siang tadi, itu salah. Nyatanya pria itu masih terus memikirkan seseorang di masa lalunya. Siapa lagi jika bukan Go Aara, dia belum bisa melupakan gadis itu. Dan tidak akan pernah bisa.
Jujur saja dia sudah lelah merasakan semua ini. Macam memiliki rasa, namun juga tidak. Jika dia memang benar-benar mencintai Aara, pasti dia akan berusaha mencari informasi tentang gadis itu.
Bukan malah merindukan diam-diam seperti ini. Bisa saja Yoongi meminta bantuan Kim Namjoon untuk melacak keberadaan Aara lewat nomor ponselnya. Tapi sekali lagi Yoongi tidak memiliki niatan itu.
Dirinya memang rindu, tapi tak apa jika memang rindunya tak bisa terobati.
"Apa aku harus ke Daegu besok? Bagaimana jika dia tidak ada di sana?" Gumam Yoongi.
Yoongi masih ingat ucapan Aara yang mengatakan bahwa kemungkinan setelah menikah gadis itu akan ikut dengan suaminya. Yoongi sendiri tak tahu dimana tempat tinggal mereka.
"Ya, mungkin aku akan kesana lain kali saja." Putus Yoongi.
Pria berkulit putih itu kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya, karena proses perekaman lagu Ji-eun sudah selesai dan mungkin dirinya akan kembali disibukkan dengan membuat lagu-lagu.
Ah, berbicara tentang Ji-eun, Yoongi tentu tidak melupakan bagaimana rasa bibir sang gadis. Lembut, seperti mentega. Sayangnya Yoongi sendiri tidak tahu kenapa dirinya nekat mencium gadis itu.
Mungkin karena efek alkohol yang masih terasa dan ... Nafsu, maybe. Ya, hanya nafsu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments