Meraih Mimpi
Assalamu’alaikum Wr., Wb..,
Teriring salam dan Do’a semoga Allah S.W.T., senantiasa melimpahkan Rahmat, Taufiq dan Hidayah serta Inayah-Nya kepada kita semua dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Aamiin.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan Rahmat dan Hidayah-nyalah sehingga penulis sampai hari ini masih dapat berkereasi dalam bentuk tulisan yang dibuat ini.
Sholawat bertangkaikan salam, tak lupa pula penulis hanturkan kepada junjunan alam yaitu, Nabi Besar Muhammad SAW. Sang revolusioner sejati. Karena berkat usaha dan perjuangan beliaulah sehinggah merubah paradigma berpikir manusia, dari zaman kebodohan menuju zaman kepintaran, dari zaman Jahiliyah menuju zaman Islamiah seperti yang kita rasakan hingga detik ini.
Pertama-tama izinkan saya menyampaikan ucapan terima kasih saya kepada kedua orang tua saya, yang sampai saat ini selalu mensupport saya dalam melakoni setiap aktivitas yang saya lakukan, dan juga ucapan terima kasih saya kepada para Author yang dalam hal ini penulis banyak mendapatkan ide dan ilmu. baik secara tulisan dan ide secara dialogal. Sehingga di buku ini penulis berupaya menghadir sebuah kisah yang Insyaallah bisa dinikmati oleh kalangan pembaca. Dan tentunya ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada para pendukung Jjampong yang sudah berkenan ikut serta dalam menyemangati penulis untuk selalu Update BAB disetiap harinya.
Billahitaufiq Walhidayah,
Sebuku 11 Maret 2023.
Penulis
M.Yusri. (Jjampong).
***********************************************
*Awal Kisah Dimulai*
Anak itu sedang bermain sepakbola, dan terlihat diwajah-nya tidak ada beban sama sekali. Ia sangatlah bahagia menikmati permainan bola itu bersama teman-teman-nya. Setiap langkah-nya ketika berlari membawa bola begitu ia nikmati dan seperti-nya saat-saat paling berbahagia dalam hidup-nya adalah ketika menendang bola itu lalu mencetak gol ke gawang lawan.
“Oper bolanya dis”
Teriak salah satu sahabat-nya meminta bola. Namun, anak itu tidak menghiraukan teriakan sahabat-nya itu, ia tetap saja membawa bola itu dengan kedua kaki-nya yang tidak memakai sepatu dan begitu lincah ia menggocekan. Ia terus menggocek dan melewati beberapa anak lainnya yang menjadi lawan tanding-nya. Satu orang dia lewati dengan gocekan-nya, dua orang ia lewati, tiga orang dan ‘BOOMM’. Ia menendang bola itu dengan sekuat tenaga-nya menggunkan kaki kanan-nya.
“GOALLL”
“GOALLL. GOALL!”
Teriak-nya ketika berhasil menjebolkan gawang lawan dengan gocekan-nya yang melewati beberapa orang serta tembakan akurat-nya yang ia lepaskan itu.
“DISMAA!!”
Teriak seseorang dari kejauhan.
“Dis, ibumu datang bawa kayu tu”
Tegur salah satu teman-nya, yang ternyata orang yang berteriak itu adalah ibunya sendiri.
“DISMA Pulang sekarang juga!”
Ucapnya dengan suara yang begitu lantang dan ketika bocah itu mendengar suara ibunya memanggil nama-nya dan menyuruhnya pulang, ia terlihat begitu ketakutan sehinggah iapun bergegas kabur dari tempat ia bermain.
“Wahhh ibuku! gawat ini, aku harus kabur dari sini!!”
Ucapnya.
“Ehhh anak ini, dipanggil malah kabur. Tunggu ajah kamu ya!”
Ujar sang ibu terlihat marah ketika memanggil anak-nya itu tapi tidak didengarkan dan malah kabur dari panggilan-nya, dan ibu bocah itupun mengambil sebatang ranting kayu lalu mengejar anak-nya yang kabur itu.
“Awas ajah kamu Disma!”
Omelnya dan aksi kejar-kejaran pun terjadu antara anak dan ibu-nya.
WAIT! Sebelum itu. Perkenalkan, namanya adalah Disma, Disma adalah anak dari ibu Siti dan ayahnya yang bernama Badri serta memiliki 2 saudara laki-laki dan 1 perempuan. anak berusia sekitar tujuh tahun kelas dua SD ini merupakan anak bungsu dari empat bersaudara diantara-nya yaitu, Ikbal anak pertama, Damar anak kedua dan Ratih anak ketiga. anak ini gemar sekali bermain sepakbola, hampir setiap harinya ia lewatkan hanya bermain sepakbola bersama teman-temannya. Dan bahkan ia bercita-cita ketika besar nanti ia akan menjadi pemain sepakbola professional dan akan menjadi idola Tim Nasional.
“Kamu ini bebal banget ya dikasi tau, kan ibu udah bilang, jangan main bola, tapi kamu masih ajah main!”
Ucap ibu Siti mengomeli Disma sembari menjewer telinga anak-nya itu.
“Ampun bu, ampun!”
Ucap Disma memohon ampun kepada ibunya.
“Harus berapa kali ibu peringati kamu Disma, jangan main bola, tapi kamu emang gak pernah dengar ya apa yang ibu bilang”
Sepanjang jalan menuju rumah nya, ibu Siti pun terus mengomeli Disma tanpa henti dan Disma pun hanya bisa bilang ampun sambil menangis karena omelan dan jeweran ibunya itu.
“Masuk sana! pergi bersiin badan kamu, sudah itu ganti baju”
Ucap ibu Siti ketika sudah sampai rumah dan menyuruh Disma untuk mandi.
“Disma main bola lagi bu?”
Tanya Ikbal yang sedang fokus belajar untuk persiapan SBMPTN.
“Adik kamu itu loh bal, gak pernah mau mendengar kalau ibu bilangin”
Ujar ibu Siti.
“Udahlah bu, biarin ajah dia bersenang senang dengan bola-nya itu”
Sahut Damar.
“Gak, pokoknya ibu gak suka liat dia itu main bola!”
Ujar ibu Siti lagi.
“Lagian kenapa si bu batasin Disma kayak gitu? Dia itu masih kecil loh bu, jadi wajar-wajar ajah kalau lagi gemar-gemarnya bermain”
Sahut Darma lagi.
“Pokoknya ibu bilang gak boleh ya gak boleh!”
Ucap ibu Siti yang kali ini dengan nada yang sedikit lantang.
“Udah, udah. Kalian ini, permasalahan bola ajah kalian ributkan”
Sahut Ikbal yang terlihat sedikit rishi karena pertengkaran antara ibunya dan adiknya. Mendengar perkataan Ikbal itupun seketika ibu Siti dan Darma berdiam tanpa sahut-menyahut atau saling bantah lagi.
“Assalamualaikum”
Ucap seseorang dari luar.
“Walaikumsalam”
Sahut ibu Siti, lalu membuka pintu rumahnya.
“Ehh, kamu udah pulang nak”
Ujar ibu Siti lagi yang ternyata itu adalah anak perempuannya yang baru saja pulang dari mengaji.
“Iya bu”
Sahut Ratih.
“Oh iya bu. Ibu kan pernah bilang ke Ratih, kalau Ratih udah tamat Iqro, ibu janji mau beli’in Ratih sepatu baru”
Ucapnya.
“Sekarang aku udah tamat Iqro loh.”
Lanjutnya.
“Wahhh, hebat anak ibu.”
Ucap ibu Siti memuji anaknya itu.
“Iya, nanti pasti ibu beli”in kok”
Lanjutnya.
“Asikkk”
Ucap Ratih penuh kegembiraan.
“Kapan ibu mau beli’in Ratih sepatu?”
Lanjutnya bertanya.
“Nanti ya nak, Ibu sekarang ini lagi kumpulin duit dulu. Nanti, kalau duitnya udah terkumpul, pasti ibu beli’in sepatunya”
Jawab ibu siti.
“Iya bu”
Ucap Ratih lagi.
Dari segi finansial, ibu Siti memanglah terbilang sulit. Apalagi, pada saat sepeninggalan suaminya yaitu, pak Badri yang meninggal pada saat Disma masih berada dalam kandungan. Sehingga, ibu siti terpaksa harus banting tulang untuk menafkahi ke-empat anaknya itu. Dan apalagi ibu Siti yang hanya memiliki ijazah SD itupun susah mendapatkan pekerjaan yang layak. Sehingga dengan terpaksa iapun harus memutar otak agar bisa membiayai pendidikan anaknya serta untuk keberlangsungan hidup keluarga nya.
Dari latar belakang tersebut, Ibu Siti biasanya setiap pagi sudah mempersiapkan segala kebutuhan anaknya sebelum berangkat sekolah, dan setelah itu iapun bergegas menuju pasar untuk berjualan.
*BERSAMBUNG*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments