Perjuangan Disma DKK

*Perjuangan Disma DKK*

Usai pertandingan itu selesai dan setelah melewati perbincangan antar pak Erwin dengan Disma dan teman-tamanya yang lain. Disma dan Darma pun bergegas untuk balik ke-rumah dan tentunya, dengan perasaan cemas dan was-was. Karena tahu, sang ibu pastinya akan banyak bertanya-tanya lagi ke-mereka.

“Wahh kamu keren banget tadi dek.” Ujar Darma di-tengah-tengah perjalan mereka menuju rumah.

“Hahaha, abang bisa ajah.” Ucap Disma menyahuti.

“Beneran dek. Tadi itu... abang seperti liat Messi dilapangan loh.” Ujar Darma lagi lalu melanjutkan perkataanya itu.

“Abang ajah gak nyangka loh… ternyata adek abang sejago itu.” Lanjutnya.

“Hahaha apaan si abang ihh.” Ucap Disma sedikit malu-malu karena sanjungan kakaknya itu.

“Tapi… semua itu berkat sepatu yang abang berikan ke Disma.” Lanjut Disma yang berbalik memuji sepatu pemberian sang kakak.

“Hahahaa, iya juga sih… kalau dipikir-pikir, semua itu karena sepatu yang abang kasi ke kamu.” Ujar Darma dengan candaan-nya.

“Hahaha” Tawa Disma.

Disma dan Darma pun dalam perjalanannya menuju ke-rumah it terus mengobrol yang selipkan dengan candaan dari keduanya. Sehingga, dengan hal itu tak terasa jika mereka sudah tiba dirumah. Dan memang benar, jika sang ibu sepertinya sudah siap mengintrogasi mereka lagi. Karena, terlihat sang ibu sudah berada di depan rumah yang seperinya sengaja berada disitu untuk menunggu mereka.

“Darimana ajah kalian.?” Tanya ibu Siti kepada Disma dan Darma.

“Dari jalan-jalan bu ke kampung sebelah.” Sahut Darma menanggapi pertanyaan sang ibu.

“Ngapain ke kampung sebelah.?” Tanya ibu Siti lagi.

“Oh itu bu, sekolah Disma itukan ikut pertandingan sepakbola antar sekolah. Jadi… aku dan Disma pergi nonton pertandingan itu.” Ucap Darma menjelaskan.

“Bener Disma... kalian pergi nonton.? Tanya sang ibu sambil melirik ke Disma.

“I.. iya bu Benar.” Jawab Disma sedikit gugup.

“Bener apa gak..? Jangan-jangan kamu ikut main lagi.? Ujar ibu Siti terus menanyakan.

“Iya bu benar… Disma cuman nontonin ajah, gak ikut main kok bu.” Jawab Disma lagi.

Setelah mendengar jawaban sang anak itupun membuat ibu Siti sedikit legah karena sang anak tidak ikut bermain dalam pertandingan tersebut.

“Awas ajah kalau kalian sampai bohong.” Ujar Ibu siti mengancam Disma dan Darma.

“Iya bu.” Ucap Darma dan Disma.

“Ya udah… kalian masuk gih sana.” Ujar ibu Siti menyuruh Disma dan Darma masuk ke-rumah.

Tentunya, Disma dan Darma yang melihat sang ibu yang sepertinya sudah mulai dapat menerima alasan mereka itupun membuat mereka merasa legah dan tenang karena sang ibu mempercayai alasan yang mereka berikan itu. Begitupun dengan pertandingan-pertandingan selanjutnya. Disma masih bisa lolos dari jangkauan dan pantauan sang ibu dengan alasan-alasan yang ia berikan kepada sang ibu yaitu, Hanya sekedar jadi penonton saja dalam pertandingan bola dan hanya menjadi pendukung saja karena yang bertanding itu adalah tim bola dari sekolahannya. Sehingga, sang ibu yang tidak mengetahui jika sang anak juga ikut terlibat dalam pertandingan tersebut itupun tak mempermasalahkan hal tersebut.

“Nomor punggung sepuluh membawa bola disana… dan apa yang terjadi, dia masih saja membawa bola.. satu pemain dia lewati… dua pemain… uhh, tiga pemain lawan berhasil dia lewati.” Ucap komentator dalam pertandingan Disma bersama kawan-kawan.

“GOALLL”

“GOALLL”

“Dan Goall… Lagi dan lagi. Disma dengan nomor punggung sepuluh nampaknya menjadi kunci utama tim dalam memenangkan pertandingan.” Lanjut komentaror pada saat Disma berhasil mencetak goal.

Disma nampaknya menjadi idola pada saat itu. Berkat usahanya, keterampilannya, kemampuannya dan kehebatan nya didalam lapangan itupun membuat para penonton takjub ketika melihatnya. Dan seruan penonton dengan sebutan DISMA pun bergemang ditelinga. Begitu handalnya dia sehingga mencuri perhatian orang-orang yang melihatnya.

“DISMA, DISMA, DISMA” Teriakan penonton menyebut-nyebut nama Disma.

“Pwitt Pwitt Pwitt” Dan pluit wasit pun berbunyi, menandakan jika pertandingan telah selesai.

“Luar biasa.” Ucap pak Erwin sembari memberikan uplause kepada para murid-murid nya yang berhasil memenangkan pertandingan.

“Terima kasih pak, ini semua juga berkat bapak.” Ujar Disma kepada sang guru dan tiba-tiba salah satu murid pun menyahut:

“Iya pak.. ini semua ini berkat bapak dan Disma.” Ujarnya

“Kalau bukan berkat bapak yang mendidik dan melatih kami. Serta.. Disma yang handal dalam memimpin tim. Kayaknya bakalan sulit untuk kami bisa sampai di penentuan final ini pak.” Lanjutnya.

Yah para murid-murid pak Erwin itupun memang mengakui hal itu. Sehingga, tim sekolah mereka bisa unggul dan lulus hingga final. Semua itu, tentunya mereka akui jika Disma lah penentu atau kunci kemenangan tim.

“Semua itu bekat usaha dan kerja keras kita bersama. Jika Disma tanpa kalian… tim ini bisa apa. Begitupun bapak… jika tanpa kalian tim ini mungkin gak akan bisa sampai di final.” Ujar pak Erwin

“Iya benar.. Karena kalian, kita bisa sampai diposisi sekarang ini.” Sahut Disma mebenarkan perkataan pak Erwin.

“Pokoknya… kalian semua adalah orang-orang hebat yang pernah bapak miliki saat ini.” Ujar pak Erwin.

Seperti pepatah yang mengatakan. Usaha yang baik tidak pernah menghianati hasil, dan Usaha yang baik pasti akan menghasilkan yang baik pula. Dan itu semua terjawabkan berkat kerja keras dan usaha yang dilakukan Disma dan kawan-kawan. Dengan ketulusannya dalam membela tim sekolah, iapun berhasil membawa timnya sampai ke akhir laga atau final dalam menentukan siapakah yang akan menjuarai ajang turnamen antar sekolah itu.

“Kamu dari nonton lagi nak.?” Tanya sang ibu ketika Disma sudah berada dirumah.

“Ewh… iya bu. Disma dari nonton.” Jawabnya kaku.

“Terus gimana nak.? Siapa yang menang..? Tanya sang ibu lagi.

“Tim sekolah Disma yang menang bu.” Ujar Darma yang juga bersama Disma pada saat itu.

“Walah… Syukurlah kalau begitu.” Ucap sang ibu.

“Iya bu… semua itu berkat aku bu.” Ujar Disma keceplosan, yang tadinya berniat ingin membanggakan diri dihadapan sang ibu.

“Haa? Maksudnya...!?” Ucap ibu Siti yang tiba-tiba mempertanyakan dengan mimik wajah serius ketika sang anak mengatakan hal itu.

“Maksud Disma itu… berkat dukungannya-lah sehingga tim sekolahannya bisa menang bu.” Ujar Darma yang langsung menjawab dan mencoba memberi alasan kepada sang ibu.

“Iya kan dek.!” Lanjutnya.

“Ewh.. iya bu. Maksud Disma begitu.” Sahut Disma seketika.

“Owh. Terus… pertandingan selanjutnya kapan lagi dimulai.?” Tanya sang ibu lagi.

“Besok lusa bu… udah penentuan siapa yang akan juara.” Jelas Disma kepada sang ibu.

“Oh ya udah kalau gitu.. ibu juga mau nonton.” Ujar sang ibu.

Tentunya, mendengar ibu Siti berbicara seperti itu membuat Disma dan Darma pun kaget. Bagaiamana mungkin, sang ibu berkata seperti itu. Sedangkan, yang bertanding itu adalah anaknya sendiri. Dan bagaiamana ketika sang ibu hadir di pertandingan itu dan melihat Disma. Apa yang akan erjadi, dan apa yang akan dilakukan sang ibu nantinya.

*BERSAMBUNG*

Episodes
1 Awal Kisah Dimulai
2 Ke-Tokoh Pak Taslin
3 Pak Radit Si-Pemilik Rumah
4 Penolakan Ibu Siti
5 Kakak Jagoan Disma
6 Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin
7 Kemarahan Ikbal
8 Demi Bola Real Berbohong
9 Ke-Curigaan Ibu Siti
10 Permintaan Maaf Dari Ikbal
11 Sang Kapten
12 Tendangan Bebas Disma
13 Perjuangan Disma DKK
14 Perasaan Resah dan Gelisah
15 Cedera Yang Dialami Disma
16 Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
17 Omelan Maut Sang Ibu
18 Kondisi Disma Yang Semakin Membaik
19 Dua Tamu Asing Tak Dikenal
20 Mimpi Yang Terkubur
21 Kebingungan Disma
22 Alasan Ibu Siti Melarang Disma Bermain Bola
23 Kepergian Disma
24 Menginjakkan Kaki di Ibukota
25 Disma dan Dita
26 Dita si Baik Hati
27 Menemui 4 Orang Menyeramkan
28 Disma vs Dita
29 Sesampainya di Akademi
30 Harapan Yang Musnah
31 Dita Sang Motivator
32 Menandatangani Kontrak
33 Debut Pertama Disma
34 Keirihan Tara Pada Disma
35 Disma Jadi Sorotan
36 Disma Harapan Tim
37 Mencurigai Tara
38 Tendangan Menakjubkan Oleh Tara
39 Hijrah Ke Tim Senior
40 Kepergian Lerry
41 Memasuki Tahap Seleksi
42 Akhir Musim Membuat Tegang
43 Eksekutor Penendang Bebas
44 Pengumuman Kelulusan Seleksi
45 Mengawali Latihan di Timnas
46 Tidak Untuk Di-Sombongkan
47 Mendisiplinkan Para Pemain
48 Tidak Nyaman
49 Kapten Ke-Sebelasan Timnas
50 Akhir Kisah, Sang Peraih Mimpi
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Awal Kisah Dimulai
2
Ke-Tokoh Pak Taslin
3
Pak Radit Si-Pemilik Rumah
4
Penolakan Ibu Siti
5
Kakak Jagoan Disma
6
Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin
7
Kemarahan Ikbal
8
Demi Bola Real Berbohong
9
Ke-Curigaan Ibu Siti
10
Permintaan Maaf Dari Ikbal
11
Sang Kapten
12
Tendangan Bebas Disma
13
Perjuangan Disma DKK
14
Perasaan Resah dan Gelisah
15
Cedera Yang Dialami Disma
16
Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
17
Omelan Maut Sang Ibu
18
Kondisi Disma Yang Semakin Membaik
19
Dua Tamu Asing Tak Dikenal
20
Mimpi Yang Terkubur
21
Kebingungan Disma
22
Alasan Ibu Siti Melarang Disma Bermain Bola
23
Kepergian Disma
24
Menginjakkan Kaki di Ibukota
25
Disma dan Dita
26
Dita si Baik Hati
27
Menemui 4 Orang Menyeramkan
28
Disma vs Dita
29
Sesampainya di Akademi
30
Harapan Yang Musnah
31
Dita Sang Motivator
32
Menandatangani Kontrak
33
Debut Pertama Disma
34
Keirihan Tara Pada Disma
35
Disma Jadi Sorotan
36
Disma Harapan Tim
37
Mencurigai Tara
38
Tendangan Menakjubkan Oleh Tara
39
Hijrah Ke Tim Senior
40
Kepergian Lerry
41
Memasuki Tahap Seleksi
42
Akhir Musim Membuat Tegang
43
Eksekutor Penendang Bebas
44
Pengumuman Kelulusan Seleksi
45
Mengawali Latihan di Timnas
46
Tidak Untuk Di-Sombongkan
47
Mendisiplinkan Para Pemain
48
Tidak Nyaman
49
Kapten Ke-Sebelasan Timnas
50
Akhir Kisah, Sang Peraih Mimpi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!