Sang Kapten

*Sang Kapten*

Sungguh, apa yang terjadi dengan keluarga ini. Yaitu, keluarga ibu Siti sangatlah penuh drama. Kesedihan demi kesedihan pun terus di alami oleh keluarga ini, apalgi ketika ibu Siti mengetahui anak pertamanya itu menggunakan barang haram itu. Sehingga, iapun sungguh merasa selama ini ia tak berhasil dalam mendidik sang anak.

(Ke-esokan harinya)

Di ke-esokan hari, yang dimana hari ini adalah hari pertandingan Disma dalam ajang turnamen sepak bola antar sekolah dan terlihat pada sore itu Disma yang usdah siap berangkat itupun dihampiri oleh sang kakak yaitu Darma, dan Darma pun berkata kepada DIsma.

“Dek…” Ucapnya.

“Iya bang.” Ujar Disma menyahuti kakaknya itu.

“Kamu udah siap belum.?” Tanya Darma kepada sang adik.

“Udah ni kak. Tapi… gimana dengan ibu.?” Jawab Disma sekaligus menanyakan sang ibu kepada kakaknya karena khawatir sang ibu akan banyak memberikan pertanyaan lagi ke mereka nantinya.

“Udah… kamu tenang ajah. Kebetulan ibu lagi keluar.” Ujar Darma lagi.

“Serius kak. Jadi… sekarang ibu lagi gak dirumah ya.?” Tanya Disma lagi.

“Serius dek… baru ajah ibu keluar, katanya lagi ada urusan dirumah bu Endang.” Jawab Darma dengan tegas.

Disma yang mendengar hal itupun merasa legah karena ia bisa dengan mudah pergi bermain bola tanpa ditanya” lagi oleh sang ibu.

“Syukur deh bang kalau gitu.” Ujar Disma yang merasa legah mendengar hal itu.

“Iya makanya… kita jadi gampang untuk keluar rumah” Ucap Darma

“Ya udah kalau gitu… kita berangkat sekarang.” lanjutnya.

“Ayo bang.” Jawab sang adik.

Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu itupun telah tiba. Hari yang dimana Disma nanti-nantikan dan hari yang akan membuat ia menunjukkan dan membuktikan kepada sang kakak jika usahanya tak akan sia-sia, dan perjuangan sang kakak yang selalu menemani dia berlatih demi mempersiapkan diri untuk hari ini itu akan ia bayarkan lewat pertandingannya dalam ajang turnamen ini.

“Oh iya dek, abang ada sesuatu buat kamu.” Ucap Dama dalam perjalanan bersama sang adik menuju ke-tempat pertandingan.

“Apa bang.?” Ujar Disma penuh tanda tanya.

“Ewhh bentar.” Lanjut Darma.

Dan Darma pun mengambil tas yang ia gendong itu dari punggung belakangnya lalu membuka tas itu. Tentu saja, ketika Darma mengambil sesuatu itu dan memberikan kepada sang adik. Sontak, mimik wajah Disma pun berubah. Senyum yang tak bisa tertahankan dan rasa bahagia dan senag yang tak bisa ia tutupi itupun jelas terlihat dimata sang kakak.

‘Ini dek.” Ujar Darma setelah mengambil sesuatu itu di dalam tasnya. Lalu, memberikan kepada sang adik.

“Hem… apa ini bang.” Tanya Disma sembari mengambil yang diberikan oleh sang kakak.

“Hem.. Coba buka deh.” Jawab sang kakak sambil menggerakkan kedua bahunya.

Darma yang tidak mau memberitahu sang adik itupun membuat Disma semakin penasarandan dan tanpa berpikir panjang lagi dan bertanya-tanya lagi. Disma pun membuka barang itu yang berbungkuskan kotak kardus karton box yang berukuran kurang lebih 31x20x22 cm.

“Wahhh ini serius bang.?” Ujar Disma.

Suara itu terdengar jelas ditelinga Darma. Suara sang adik yang terdengar begitu bahagia sehingga membuatnya pun merasa senang ketika melihat tingkah laku sang adik itu.

“Ini serius buat Disma bang.? Abang serius beliin ini buat Disma.?” Tanya yang masih tidak percaya dengan apa yang kakaknya berikan itu.

Yah, itu adalah sepasang sepatu bola, isi dari kardus karton box yang diberikan oleh sang kakak kepada Disma itu adalah sepatu bola. Dan bagaimana mungkin Disma tidak bahagia ketika melihat itu. Apalagi dengan kondisi sepatunya saat ini yang tidak memungkinkan ia gunakan dalam pertandingan dan tiba-tiba dikejutkan dengan sepatu baru yang baru saja kakaknya berikan itupun membuat ia terlihat sangat bahaga dan tak dapat mempercayai dengan apa yang baru saja kakaknya berikan kepadanya.

“Ya seriuslah… Sepatu ini sengaja abang beli buat kamu.” Ujar Darma.

“Ini beneran kan bang.? Disma gak sedang bermimpikan bang.?” Tanyanya lagi, dan lagi dan lgi. Ia masih belum dapat mempercayai dengan apa yang kakaknya berikan itu.

“Mana coba sini…” Ucap Darma lalu mencubit pipi sang adik.

“Aduh.. sakit bang.!” Teriak Disma kesakitan karena cubitan sang kakak itu.

“Sakit kan… Nah itu artinya kamu gak sedang bermimpi dek.” Ucap Darma meyakinkan.

“Hehehe iya bang.” Ujar Disma dan lalu melanjutkan lagi.

“Makasih yah bang. Abang emang yang paling ngertiin Disma.” Lanjutnya sembari memeluk sang kakak sebagai bukti terima kasihnya kepada sang kakak.

“Iya dek sama-sama.” Jawab Darma yang turut bahagia melihat sang adik.

Setibanya mereka dilapangan pertandingan. Terlihat, disana sudah ada pak Erwin dan teman-teman Disma yang menunggunya. Dan tentunya, Disma pun dengan cepat menghampiri mereka.

“Assalamualaikum pak.” Ucap Disma memberikan salam.

“Hay teman-teman.” Lanjutnya menyapa teman-temannya.

“Walaikumsalam Disma.” Jawab pak Erwin.

Waktu pertandingan yang nampaknya tidak lama lagi akan dimulai itupun membuat mereka dengan cepat untuk mempersiapkan diri dan terlihat. Pak Erwin pada saat itu sedang mengatur strategi kepada murid-muridnya.

“Disma…” Ucap Pak Erwin menyebut nama Disma.

“Iya pak.” Jawab Disma sigap.

“Bapak percaya sama kamu… Dengan bakat yang kamu miliki, bapak percaya kamu bisa membawa tim menuju kemenangan.” Ujar pak Erwin lagi dan lalu melanjutkan perkataanya itu.

“Jadi... bapak mau kamu yang memimpin tim.” Lanjutnya

Pak Erwin yang baru saja mengatakan hal itu kepada Disma pun tanpa ragu memberikan Ban Kapten kepada Disma. Ia percaya, dengan kapasitas yang dimiliki oleh Disma itu mampu mengorganisir tim dilapangan dan bisa mempin tim selama pertandingan berlangsung. Dan tentunya, Disma yang mendapat kepercayaan itupun, dengan percaya diri mengambil Ban Kapten itu dan tanpa ragu melekatkan Ban Kapten itu di lengan kanannya.

“Dengar bapak baik-baik.” Ujar pak Erwin lagi setelah memberikan Ban Kapten itu kepada Disma.

“Kalian harus percaya, bahwa kalian adalah yang terbaik. Dan bapak yakin… jika kalian bisa membuktikan jika kalian itu memanglah yang terbaik.” Lanjutnya yang terus memotivasi murid-muridnya itu.

Dan setelah itu. Merka yang sudah bersiap untuk memasuki lapangan seketika Disma yang percaya diri dengan Ban Kaptennya itupun berkata kepada teman-temannya.

“Jika Jose Mourinho mengatakan: ‘Ketakutan Bukanlah Kata Dalam Kamus Sepakbola Saya’. Maka, hari ini saya katakan: ‘Kekalahan Bukanlah kata Yang Pantas Untuk Tim Kita’.” Ucapnya Disma yang begitu percaya diri.

Setelah kata-kata motivasi yang Disma berikan itupun., dengan semangat yang bergebu-gebu mereka pun bersiap dengan jargon mereka dan berteriak dengan keras.

“YAKUSA.” Teriak Disma lalu dilanjutkan dengan teman-temannya yang lain dengan kata

“YAKIN USAHA SAMPAI!”

Teriakan mereka itu terdengar jelas ditelinga orang-orang yang hadir untuk menyaksikan pertandingan mereka dan tentunya dengan teriakan itu semakin membuat mereka semangat dalam melakoni laga pertandingan yang sebentar lagi akan dimulai.

*BERSAMBUNG*

Episodes
1 Awal Kisah Dimulai
2 Ke-Tokoh Pak Taslin
3 Pak Radit Si-Pemilik Rumah
4 Penolakan Ibu Siti
5 Kakak Jagoan Disma
6 Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin
7 Kemarahan Ikbal
8 Demi Bola Real Berbohong
9 Ke-Curigaan Ibu Siti
10 Permintaan Maaf Dari Ikbal
11 Sang Kapten
12 Tendangan Bebas Disma
13 Perjuangan Disma DKK
14 Perasaan Resah dan Gelisah
15 Cedera Yang Dialami Disma
16 Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
17 Omelan Maut Sang Ibu
18 Kondisi Disma Yang Semakin Membaik
19 Dua Tamu Asing Tak Dikenal
20 Mimpi Yang Terkubur
21 Kebingungan Disma
22 Alasan Ibu Siti Melarang Disma Bermain Bola
23 Kepergian Disma
24 Menginjakkan Kaki di Ibukota
25 Disma dan Dita
26 Dita si Baik Hati
27 Menemui 4 Orang Menyeramkan
28 Disma vs Dita
29 Sesampainya di Akademi
30 Harapan Yang Musnah
31 Dita Sang Motivator
32 Menandatangani Kontrak
33 Debut Pertama Disma
34 Keirihan Tara Pada Disma
35 Disma Jadi Sorotan
36 Disma Harapan Tim
37 Mencurigai Tara
38 Tendangan Menakjubkan Oleh Tara
39 Hijrah Ke Tim Senior
40 Kepergian Lerry
41 Memasuki Tahap Seleksi
42 Akhir Musim Membuat Tegang
43 Eksekutor Penendang Bebas
44 Pengumuman Kelulusan Seleksi
45 Mengawali Latihan di Timnas
46 Tidak Untuk Di-Sombongkan
47 Mendisiplinkan Para Pemain
48 Tidak Nyaman
49 Kapten Ke-Sebelasan Timnas
50 Akhir Kisah, Sang Peraih Mimpi
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Awal Kisah Dimulai
2
Ke-Tokoh Pak Taslin
3
Pak Radit Si-Pemilik Rumah
4
Penolakan Ibu Siti
5
Kakak Jagoan Disma
6
Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin
7
Kemarahan Ikbal
8
Demi Bola Real Berbohong
9
Ke-Curigaan Ibu Siti
10
Permintaan Maaf Dari Ikbal
11
Sang Kapten
12
Tendangan Bebas Disma
13
Perjuangan Disma DKK
14
Perasaan Resah dan Gelisah
15
Cedera Yang Dialami Disma
16
Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
17
Omelan Maut Sang Ibu
18
Kondisi Disma Yang Semakin Membaik
19
Dua Tamu Asing Tak Dikenal
20
Mimpi Yang Terkubur
21
Kebingungan Disma
22
Alasan Ibu Siti Melarang Disma Bermain Bola
23
Kepergian Disma
24
Menginjakkan Kaki di Ibukota
25
Disma dan Dita
26
Dita si Baik Hati
27
Menemui 4 Orang Menyeramkan
28
Disma vs Dita
29
Sesampainya di Akademi
30
Harapan Yang Musnah
31
Dita Sang Motivator
32
Menandatangani Kontrak
33
Debut Pertama Disma
34
Keirihan Tara Pada Disma
35
Disma Jadi Sorotan
36
Disma Harapan Tim
37
Mencurigai Tara
38
Tendangan Menakjubkan Oleh Tara
39
Hijrah Ke Tim Senior
40
Kepergian Lerry
41
Memasuki Tahap Seleksi
42
Akhir Musim Membuat Tegang
43
Eksekutor Penendang Bebas
44
Pengumuman Kelulusan Seleksi
45
Mengawali Latihan di Timnas
46
Tidak Untuk Di-Sombongkan
47
Mendisiplinkan Para Pemain
48
Tidak Nyaman
49
Kapten Ke-Sebelasan Timnas
50
Akhir Kisah, Sang Peraih Mimpi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!