Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin

*Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin*

Ke-esokan harinya Disma yang sedang bersiap untuk pergi latihan itupun tentunya ia juga was-was karena takut sang ibu mengetahui jika ia akan pergi berlatih sepakbola. Dan, saat itu juga sang kakak yang nampaknya sudah siap untuk mengantarnya pun berkata:

“Dis… kamu udah siap?” Tanya sang kakak.

“Iya bang.. Disma udah siap” Sahutnya.

“Ya udah… ayo kita berangkat.” Ujarnya.

“Tapi bang… gimana kalau ibu nanyain.? Tanya Disma waspada dengan sang ibu.

“Udah, entar biar abang yang bicara sama ibu kalau emang dia nanyain.” Ujar Darma.

Pada saat mereka bersiap untuk pergi dan saat berjalan menuju pintu keluar. Sontak, sang ibu pun menanyakan:

“Darma.” Ujar sang ibu lalu melanjutkan perkataannya.

“Kamu mau kemana nak.?” Tanyanya.

“Oh ini bu. Darma mau bantuin teman Darma beres-beres rumahnya. Soalnya, mereka baru saja pindah rumah.” Ujarnya memberi alasan kepada sang ibu.

“Terus… Disma ikut juga.? Tanya sang ibu lagi.

“Iya bu… Darma ngajak Disma untuk temanin Darma kesana.” Jawabnya.

“Hem… Ya udah kalau gitu, kalian hati-hati ya.” Ujar sang ibu menerima alasan sang anak.

Tentu saja mereka pun tanpa berlama-lama lagi itupun dengan cepat berangkat agar tak banyak pertanyaan lagi yang dilontarkan oleh sang ibu yaitu, ibu Siti.

“Iya bu… Darma dan Disma berangkat dulu ya.” Ucapnya dan segera berjalan meninggalkan sang ibu.

Sesampainya di tempat latihan. Terlihat disana sudah banyak teman-teman Disma yang bersiap untuk melakukan sesi latihan di lapangan bola dan disana tentunya ada sang guru yaitu, pak Erwin yang sedang memantau latihan para murid berlatih.

“Assalamualaikum pak.” Ucap Disma memberi salam kepada pak Erwin.

“Walaikumsalam. Ehh Disma” Jawab pak Erwin ketika Disma memberikan salam kepadanya.

Tentunya, pak Erwin yang melihat kedatangan Disma itupun menimbulkan beberapa pertanyaan dibenak-nya. Karena ia tahu jika Disma tidak mungkin akan ikut berlatih bersama murid-murid yang lain. Karena, pada saat ia menemui ibu Disma. Ibu Disma menolak dan tak meng-izinkan Disma untuk menyentuh bola apalagi ikut berlatih bersama teman-temannya yang lain.

“Ada apa ya Dis… Kok datang kesini.?” Tanya pak Erwin kepada Disma.

“Disma mau ikut latihan pak.” Jawab Disma singkat.

“Lohh… bukanya kamu gak diizinkan ya oleh ibu mu.?” Tanya pak Erwin lagi.

“Iya pak. Tapi…” Ujar Disma yang belum selesai berbicara itu kemudian dipotong oleh pak Erwin.

“Jangan bilang kamu kesini diam-diam tanpa sepengetahuan ibu mu.” Ucap pak Erwin menanyakan dengan serius.

Darma yang melihat guru Disma begitu banyak pertanyaan yang dilontarkan kepada sang adik itupun seketika menghampiri pak Erwin.

“Permisi pak.” Ujar Darma kepada pak Erwin sembari menyodorkan tangannya untuk bersalaman kepada pak Erwin.

“Perkenalkan saya Darma pak. Abangnya Disma..” Ucapnya melanjutkan.

“Oh iya. Saya Erwin gurunya olahraganya Disma.” Sahut pak Erwin.

“Jadi gini pak… untuk masalah perizinan ibu saya mengenai Disma boleh apa gak nya untuk ikut berlatih dan membela tim sekolah dalam ajang turnamen nanti, bapak gak usah khawatir. Saya yang menjamin pak.” Ujarn Disma memberikan penjelasan kepada guru Disma.

“Bukan apanya si dik… Saya itu paham betul masalah Disma sekarang ini. Karena, kemarin saya sudah bicara langsung dengan ibu kamu, dan memang Disma itu gak dilepas untuk ikut serta dalam turnamen antar sekolah nanti.” Ucap pak Erwin yang sebetulnya khawatir jika Disma datang ke tempat latihan itu tanpa sepengetahuan ibu Siti.

“Udah… bapak gak usah khawatir mengenai itu, saya yang menjamin hal itu pak. Jadi, mengenai persoalan ibu saya bapak gak usah khawatir.” Sahut Darma terus memberi alasan.

“Oh.. Syukurlah kalau begitu.” Ujar pak Erwin yang sedikit tenang karena mendengar penjelasan Darma tadi.

“Ya udah kalau gitu… Disma kamu siap-siap gih untuk berlatih bersama teman-teman kamu.” Lanjutnya menyuruh Disma ke lapangan untuk berlatih bersama teman-temannya yang lain.

“Terima kasih pak” Sahut Disma.

Tentu saja Disma yang sudah dapat izin untuk ikut berlatih itupun dengan cepat berlari menuju lapangan untuk membersamai teman-temannya dalam latihan demi persiapan turnamen antar sekolah yang akan mereka ikuti nanti.

“Teman-teman, itu Disma.” Ujar salah satu temannya ketika melihat Disma sedang berlari menuju ke-arah mereka.

“Disma..” Teriak lagi salah satu temannya disitu sembari melambaikan tangan ke-arah Disma.

“Halo teman-teman.” Ucap Disma ketika sudah berada bersama teman-temannya itu.

“Aku pikir kamu gak bakalan ikut latihan Dis… Sumpah, kami senang banget melihat kamu ikut berlatih bersama kami.” Ucap salah satu teman Disma yang senang karena kehadiran Disma ditengah-tengah mereka.

“Pokoknya sekolah kita pasti juara kalau ada Disma.” Sahut salah satu teman Disma lagi.

“Yoi… udah pasti dong.” Sahut yang lainnya.

“Hahahaaaa. Apaan si kalian.” Ujar Disma sedikit malu-malu karena sanjungan teman-temannya itu.

Tentu saja kehadiran Disma itu seperti membawa pengaruh besar bagi teman-temannya. Sehingga, temen-temannya seperti mendapatakan tambahan semangat extra karena hadirnya Disma ditengah-tengah mereka. Dan tentunya, tanpa berlama-lama lagi, latihan itupun dimulai dengan Disma yang ditempatkan diposisi tengah sebagai gelandang menyerang karena keterampilannya dalam mengatur serangan serta kemampuannya yang selalu memberi umpan-umpan akurat dan jitu kepada para penyerang. Sehingga dengan posisi Disma itupun ia menjadi motor serangan bagi tim-nya, dan juga teknik tinggi yang ia miliki. Sehingga, selalu membuka peluang bagi tim untuk memenangkan sebuah pertandingan.

“Saya kagum dengan adik kamu..” Ucap pak Erwin kepada kakak Disma yang sedang asik-asiknya melihat sang adik berlatih.

“Emang kenapa pak.?” Tanya Darma kepada pak Erwin.

“Liat saja cara dia mengontorl bola, mengatur serangan dan lain sebagainya. Dia seperti sangat menghayati setiap sentuhan bola di kakinya.” Lanjut pak Erwin memuji kehebatan Disma didepan sang kakak.

“Iya pak dia memang berbakat dalam hal sepakbola.” Ujar Darma. Kemudian, pak Erwin pun melanjutkan:

“Dia itu bibit unggul yang dimiliki oleh negri ini. Dan saya yakin… jika bakatnya ini terus dipoles, dia akan menjadi bintang yang melampaui bintang lainnya., dan pastinya akan membawa perubahan besar di dunia persepakbolaan.” Ujar pak Erwin lagi.

“Terima kasih pak” Ucap Darma kemudian melanjutkan.

“Saya juga akan berjanji dengan diri saya sendiri. Jika saya akan terus mendukung adik saya dan akan terus ada buat dia untuk menggapai cita-citanya menjadi pemain bola professional.” Lanjutnya.

“Iya dik.. Kamu harus terus kawal Disma dan menjadi support system untuk dia dalam hal mengembangkan diri dan meraih mimpi.” Sahut pak Erwin meminta hal tersbut kepada Darma.

“Dan kamu juga harus terus menjadi penyemangat untuk Disma, jangan biarkan dia terpuruk dan patah semangat. Karena, hal yang menghambat seseorang untuk meraih mimpi yaitu, tidak adanya dukungan ketika ia terpuruk dan patah semangat. Kamu harus terus mendukung dia dik… apapun keadaannya dan bagaimana pun kondisinya nanti.” Lanjut pak Erwin menaruh harapan itu kepada Darma.

“Iya pak. Pasti pak saya janji itu.” Sahut Darma lagi dengan penuh keyakinan.

*BERSAMBUNG*

Episodes
1 Awal Kisah Dimulai
2 Ke-Tokoh Pak Taslin
3 Pak Radit Si-Pemilik Rumah
4 Penolakan Ibu Siti
5 Kakak Jagoan Disma
6 Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin
7 Kemarahan Ikbal
8 Demi Bola Real Berbohong
9 Ke-Curigaan Ibu Siti
10 Permintaan Maaf Dari Ikbal
11 Sang Kapten
12 Tendangan Bebas Disma
13 Perjuangan Disma DKK
14 Perasaan Resah dan Gelisah
15 Cedera Yang Dialami Disma
16 Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
17 Omelan Maut Sang Ibu
18 Kondisi Disma Yang Semakin Membaik
19 Dua Tamu Asing Tak Dikenal
20 Mimpi Yang Terkubur
21 Kebingungan Disma
22 Alasan Ibu Siti Melarang Disma Bermain Bola
23 Kepergian Disma
24 Menginjakkan Kaki di Ibukota
25 Disma dan Dita
26 Dita si Baik Hati
27 Menemui 4 Orang Menyeramkan
28 Disma vs Dita
29 Sesampainya di Akademi
30 Harapan Yang Musnah
31 Dita Sang Motivator
32 Menandatangani Kontrak
33 Debut Pertama Disma
34 Keirihan Tara Pada Disma
35 Disma Jadi Sorotan
36 Disma Harapan Tim
37 Mencurigai Tara
38 Tendangan Menakjubkan Oleh Tara
39 Hijrah Ke Tim Senior
40 Kepergian Lerry
41 Memasuki Tahap Seleksi
42 Akhir Musim Membuat Tegang
43 Eksekutor Penendang Bebas
44 Pengumuman Kelulusan Seleksi
45 Mengawali Latihan di Timnas
46 Tidak Untuk Di-Sombongkan
47 Mendisiplinkan Para Pemain
48 Tidak Nyaman
49 Kapten Ke-Sebelasan Timnas
50 Akhir Kisah, Sang Peraih Mimpi
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Awal Kisah Dimulai
2
Ke-Tokoh Pak Taslin
3
Pak Radit Si-Pemilik Rumah
4
Penolakan Ibu Siti
5
Kakak Jagoan Disma
6
Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin
7
Kemarahan Ikbal
8
Demi Bola Real Berbohong
9
Ke-Curigaan Ibu Siti
10
Permintaan Maaf Dari Ikbal
11
Sang Kapten
12
Tendangan Bebas Disma
13
Perjuangan Disma DKK
14
Perasaan Resah dan Gelisah
15
Cedera Yang Dialami Disma
16
Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
17
Omelan Maut Sang Ibu
18
Kondisi Disma Yang Semakin Membaik
19
Dua Tamu Asing Tak Dikenal
20
Mimpi Yang Terkubur
21
Kebingungan Disma
22
Alasan Ibu Siti Melarang Disma Bermain Bola
23
Kepergian Disma
24
Menginjakkan Kaki di Ibukota
25
Disma dan Dita
26
Dita si Baik Hati
27
Menemui 4 Orang Menyeramkan
28
Disma vs Dita
29
Sesampainya di Akademi
30
Harapan Yang Musnah
31
Dita Sang Motivator
32
Menandatangani Kontrak
33
Debut Pertama Disma
34
Keirihan Tara Pada Disma
35
Disma Jadi Sorotan
36
Disma Harapan Tim
37
Mencurigai Tara
38
Tendangan Menakjubkan Oleh Tara
39
Hijrah Ke Tim Senior
40
Kepergian Lerry
41
Memasuki Tahap Seleksi
42
Akhir Musim Membuat Tegang
43
Eksekutor Penendang Bebas
44
Pengumuman Kelulusan Seleksi
45
Mengawali Latihan di Timnas
46
Tidak Untuk Di-Sombongkan
47
Mendisiplinkan Para Pemain
48
Tidak Nyaman
49
Kapten Ke-Sebelasan Timnas
50
Akhir Kisah, Sang Peraih Mimpi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!