Cedera Yang Dialami Disma

*Cedera Yang Dialami Disma*

Kata menyerah bukanlah sebuah solusi bagi seorang Disma. Karena baginya, saat harus melewati beribu-ribu rintangan dan berjuta-juta kesulitan ia takkan berhenti untuk menggapai sebuah impin, dan ia takkan menyerah walaupun hidup memberinya seratus alasan untuk bersedih dan menangis. Baginya, kunci utama dalam menghadapi suatu cobaan adalah kesabaran, dan itulah Disma. Ia selalu sabar, ikhlas serta selalu berikhtiar dalam mewujudkan mimpi.

Sore itu, dilapangan pertandingan ketika Disma baru saja tiba ditempat itu dan terlihat sang guru dan teman-temannya yang lain begitu cemas karena keterlambatan Disma yang tiba ditempat itu. Sontak, berkata sang guru:

“Disma… kamu dari mana ajah, bentar lagi pertandingan dimulai loh.” Ujarnya.

“Maaf pak… tadi ada sedikit kendala dirumah.” Jawab Disma

“Cepetan dis. Pakai baju bola kamu sama sepatu kamu.” Sahut salah satu temannya menyuruh Disma agar segera bersiap.

“Buruan dis.” Ujar sang guru juga.

Disma pun dengan cepat memakai seragam bolanya dan sepatunya, tak lama setelah itu. Wasit yang sudah berjalan menuju ke-tengah lapangan pun mengintruksikan kepada tim Disma agar segera ke-arah mereka.

Disma dan kawan-kawan yang sudah siap menyambut laga final itupun terlihat begitu percaya diri di mata para penonton. Dan tentunya, Disma yang menjadi favorit sekolahannya itupun membuat para fans bersorak menyebut namanya.

“DISMA DISMA DISMA” Sorakan itu terdengar jelas ditelinga orang-orang yang menyaksikan pertandingan tersebut.

“Pwit Pwit.” Suara pluit pun berbunyi menandakan jika pertandingan telah dimulai.

Sorakan penonton pun terdengar jelas diseputaran area lapangan itu, begitupun dengan komentator yang begitu bersemangat dalam mengomentari pertandingan tersebut. Apalagi, Disma yang diawal sudah menjadi idola karena berhasil mencuri perhatian orang-orang yang menyaksikannya. Tentunya, karena keterampilannya dilapangan hijau serta kehebatan dan kemampuannya dalam menguasai atau menggiring bola. Dan tentunya dengan hal itu, sudah pasti Disma juga merupakan pemain yang diwaspadai oleh tim lawan.

“Nampaknya tim Bina Nusa masih menguasai bola disana. Kini bolah dibawa oleh nomor punggung 11... dan di operkan kepada nomor punggung tujuh… dan apa yang terjadi.? bola dpioperkan lagi kepada nomor punggung 10… dan masih nomor punggung 10 membawa bola… uhh, luar biasa… dia berhasil melewati pertahan lawan dan apa yang terjadi..?” Ucap komentator.

“GOALLL GOALL dan GOALL”

“Seorang Disma dengan kemampuannya dalam menguasai dan menggocek bola itu mampu melewati semua pertahanan lawan dan berhasil mencetak GOAALLL.” Lanjutnya.

Lagi dan lagi, berkat Disma. Kini, tim nya mengungguli tim lawan dibabak pertama. Hingga wasit membunyikan pluitnya yang menandakan berakhirnya babak pertama dan para pemain memiliki waktu istirahat 15 menit sebelum memulai pertandingan babak kedua.

“Pwittt Pwittt” Pluit pun berbunyi.

Setelah pluit wasit itu dibunyikan. Disma dan kawan-kawan pun segera menuju ke pinggir lapangan untuk beristirahat sejenak sebelum pertandingan babak kedua dimulai.

“Bapak emang gak pernah ragu sama sekali ke kamu Disma.” Ujar pak Erwin ketika Disma dan kawan-kawan sudah berada di pinggir lapangan.

“Heheh makasih pak.” Sahut Disma.

“Pokoknya Disma yang terbaik” Sahut salah satu teman Disma yang juga ikut memujinya.

“Tapi kita gak boleh senang dulu teman-teman. Ini baru babak pertama, dengan keunggulan kita di babak pertama ini belum tentu kita bisa menjadi juara. Karena babak kedua masih ada.” Ujar Disma memperingati teman-temannya.

“Iya sih..” Sahut temannya

“Tapi… selagi ada Disma, yakin dan percaya deh. Kita bakalan pulang dengan gelar juara.” Sahut salah satu teman Disma lagi dengan sombong.

Dan sepertinya waktu istirahat dibabak pertama pun telah selesai. Sehingga, Disma dan kawan-kawan pun segera menuju ke-tengah lapangan untuk memulai laga babak kedua.

“Pwitt” Pluit wasit pun berbunyi menandakan jika pertandingan babak kedua telah dimulai.

Sepanjang menit ke-60 di babak kedua. Tim Disma itupun terlihat masih menguasai bola. Dan Disma yang pada saat itu di operkan bola oleh temannya pun mencoba menahan dan memainkan bola tersebut dikakinya sembari mencari celah untuk menembus benteng pertahanan lawan. Namun, tiba-tiba sang guru yaitu pak Erwin meneriakinya dari pinggir lapangan:

“Disma… jangan terlalu lama membawa bola, oper bolanya Disma” Teriaknya.

Namun, teriakan pak Erwin menyuruh Disma untuk tidak berlama-lama membawa bola itu bukanlah tanpa sebab. Melainkan, ia menyadari jika pihak lawan sudah mulai mengincar murid handalannya itu dan berdasarkan feeling pak Erwin, pemain lawan akan mencoba untuk mencidrai Disma, karena mereka menganggap Disma adalah pemain yang berbahaya bagi tim mereka.

“Disma… oper bolanya. Jangan biarkan bola itu terlalu lama dikaki mu.” Teriak pak Erwin lagi yang begitu cemas jika terjadi sesuatu kepada Disma.

Namun sayangnya Disma tak menghiraukan peringatan pak Erwin itu, ia tetap saja membiarkan bola itu tetap berada di-kakinya sembari mencari-cari celah untuk menembus pertahan lawan. Dan terlihat pada saat itu. Disma pun sepertinya ingin mencoba langsung untuk membawa bola itu mendekati kotak penalty dan dengan yakin dan percaya diri jika ia mampu menyelesaikannya dan mencetak gol lagi untuk timnya. Namun, tiba-tiba seseorang dari pinggir lapangan meneriakinya dan suara itu seperti sudah tidak asing lagi di-telinganya. Sehingga, karena teriakan tersebut, membuat Disma pun harus kehilangan konsentrasi karena seketika iapun memalingkan pandangannya ke-arah sumber suara tersebut.

“DISMA… DISMA!” Teriak suara itu.

Disma yang sedang memalingkan pandangan ke-arah sumber suara itupun seketika kaget ketika melihat orang yang meneriakinya itu ternyata adalah ibunya. Yah orang itu adalah ibu Siti, dengan lantang dan bergema serta penuh kemarahan ia meneriaki sang anak yang sedang membawa bola itu. Dan karena suara sang ibu itu juga. Sehingga, Disma kehilangan konsentrasinya dan tak memperhatikan sekeliling lagi melainkan hanya fokus ke-arah sang ibu. Dan tiba-tiba, Disma berteriak dengan suara keras.

“AHHH” Teriaknya merintih kesakitan.

Pada saat itu. Disma yang kehilangan konsentrasi akibat kehadiran sang ibu terpaksa tersungkur jatuh akibat sebuah sleding tekel yang begitu keras diberikan kepadanya oleh salah satu pemain lawan. Sehingga, Disma pun terjatuh dan tak berdaya lagi karena ia merasa begitu sakit. Sontak, orang-orang yang menyaksikan Disma itupun kaget dan begitu juga pak Erwin dan Darma serta ibu Siti terlihat cemas ketika melihat Disma yang tak beraya menahan sakit dilapangan.

“Ya Allah Disma..” Ujar sang ibu yang kaget melihat anaknya terbaring didalam lapangan.

“Disma..” Teriak Darma juga yang begitu khawatir ketika melihat sang adik.

Akibat sleding tekel yang diterima Disma dari pemain lawan itupun membuatnya tak bisa bangkit dan beridi lagi dari karena merasakan sakit yang begitu parah dibagian engkel kaki kirinya. Sehingga, wasit yang melihat kondisi Disma itupun menyatakan jika Disma tidak dapat melanjutjan pertandinga dan harus segera digantikan oleh pemain lainnya.

*BERSAMBUNG*

Episodes
1 Awal Kisah Dimulai
2 Ke-Tokoh Pak Taslin
3 Pak Radit Si-Pemilik Rumah
4 Penolakan Ibu Siti
5 Kakak Jagoan Disma
6 Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin
7 Kemarahan Ikbal
8 Demi Bola Real Berbohong
9 Ke-Curigaan Ibu Siti
10 Permintaan Maaf Dari Ikbal
11 Sang Kapten
12 Tendangan Bebas Disma
13 Perjuangan Disma DKK
14 Perasaan Resah dan Gelisah
15 Cedera Yang Dialami Disma
16 Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
17 Omelan Maut Sang Ibu
18 Kondisi Disma Yang Semakin Membaik
19 Dua Tamu Asing Tak Dikenal
20 Mimpi Yang Terkubur
21 Kebingungan Disma
22 Alasan Ibu Siti Melarang Disma Bermain Bola
23 Kepergian Disma
24 Menginjakkan Kaki di Ibukota
25 Disma dan Dita
26 Dita si Baik Hati
27 Menemui 4 Orang Menyeramkan
28 Disma vs Dita
29 Sesampainya di Akademi
30 Harapan Yang Musnah
31 Dita Sang Motivator
32 Menandatangani Kontrak
33 Debut Pertama Disma
34 Keirihan Tara Pada Disma
35 Disma Jadi Sorotan
36 Disma Harapan Tim
37 Mencurigai Tara
38 Tendangan Menakjubkan Oleh Tara
39 Hijrah Ke Tim Senior
40 Kepergian Lerry
41 Memasuki Tahap Seleksi
42 Akhir Musim Membuat Tegang
43 Eksekutor Penendang Bebas
44 Pengumuman Kelulusan Seleksi
45 Mengawali Latihan di Timnas
46 Tidak Untuk Di-Sombongkan
47 Mendisiplinkan Para Pemain
48 Tidak Nyaman
49 Kapten Ke-Sebelasan Timnas
50 Akhir Kisah, Sang Peraih Mimpi
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Awal Kisah Dimulai
2
Ke-Tokoh Pak Taslin
3
Pak Radit Si-Pemilik Rumah
4
Penolakan Ibu Siti
5
Kakak Jagoan Disma
6
Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin
7
Kemarahan Ikbal
8
Demi Bola Real Berbohong
9
Ke-Curigaan Ibu Siti
10
Permintaan Maaf Dari Ikbal
11
Sang Kapten
12
Tendangan Bebas Disma
13
Perjuangan Disma DKK
14
Perasaan Resah dan Gelisah
15
Cedera Yang Dialami Disma
16
Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
17
Omelan Maut Sang Ibu
18
Kondisi Disma Yang Semakin Membaik
19
Dua Tamu Asing Tak Dikenal
20
Mimpi Yang Terkubur
21
Kebingungan Disma
22
Alasan Ibu Siti Melarang Disma Bermain Bola
23
Kepergian Disma
24
Menginjakkan Kaki di Ibukota
25
Disma dan Dita
26
Dita si Baik Hati
27
Menemui 4 Orang Menyeramkan
28
Disma vs Dita
29
Sesampainya di Akademi
30
Harapan Yang Musnah
31
Dita Sang Motivator
32
Menandatangani Kontrak
33
Debut Pertama Disma
34
Keirihan Tara Pada Disma
35
Disma Jadi Sorotan
36
Disma Harapan Tim
37
Mencurigai Tara
38
Tendangan Menakjubkan Oleh Tara
39
Hijrah Ke Tim Senior
40
Kepergian Lerry
41
Memasuki Tahap Seleksi
42
Akhir Musim Membuat Tegang
43
Eksekutor Penendang Bebas
44
Pengumuman Kelulusan Seleksi
45
Mengawali Latihan di Timnas
46
Tidak Untuk Di-Sombongkan
47
Mendisiplinkan Para Pemain
48
Tidak Nyaman
49
Kapten Ke-Sebelasan Timnas
50
Akhir Kisah, Sang Peraih Mimpi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!