Permintaan Maaf Dari Ikbal

*Permintaan Maaf Dari Ikbal*

Hari itu tepat sehari sebelum pertandingan Disma dalam ajang turnamen sepakbola antar sekolah dan terlihat, pada malam hari itu. Disma sepertinya begitu gelisah, ia duduk sendirian diluar rumah sambil merenung.

“Gimana ya besok, apakah akan berjalan dengan lancer pertandingan aku.” Ucapnya dalam hati.

Dan sang kakak yaitu Darma, ia yang melihat sang adik sedang duduk merenung sendiri diluar ruamh dan dengan segera menegur sang adik:

“Kamu lagi ngapain dek.? Kok kelihatan kayak lagi banyak beban pikiran.” Ujarnya kepada Disma.

“eh kak Darma. Hem gak apa-apa kok kak, Disma cuman kepikiran soal pertandingan Disma besok.” Ucapnya menyahuti sang kakak.

“Kamu pasti khawatir ya kalau ibu sampai tahu.” Sahut Darma menebak.

“Hem… ya gitu deh bang.” Jawabnya singkat.

“Udah… gak usah dipikirin. Ntar malah jadi beban buat kamu.”Ujar Darma lagi.

“Iya sih bang. Tapi…” Ucap Disma lagi kemudian dipotong oleh sang kakak.

“Santai ajah dek, dan nikmati.. Anggap ajah ini itu sebagai salah satu proses kamu dalam mewujudka mimpi kamu untuk menjadi seorang pesepakbola professional.” Ujar sang kakak memotivasi sang adik.

“Yakin dan percaya dek… jika kamu tetap jalani proses ini dan tak akan menyerah dengan ini. Pasti nantinya akan menuai hasil yang baik.” Lanjutnya.

Sebetulnya hal-hal yang seperti itulah yang akan membuat seseorang tetap bertahan menjalani hidupnya yang penuh lika-liku. Seperti halnya Disma, Atas dukungan dan dorongan moral yang diberikan sang kakak. Sesungguhnya membuat dia tetap tabah dan kuat. Meskipun hal itu sulit baginya. Namun, berkat sang kakak yang selalu memotivasi dia dan selalu ada untuk dia. Sehingga, ia masih mampu bertahan dengan segala cobaan dalam mewujudkan mimpinya itu.

“Astagfirullah.” Ucap ibu Siti dalam hati.

Ibu siti seketika kaget, pada saat sedang merapikan lemari baju anaknya yaitu Ikbal dan ia mendapatkan ada sebuah isap sabu yang ia temukan di saku jaket anaknya itu. Tentunya, ibu Siti yang mendapatkan alat itupun begitu terkejut. Ia tak menyangka anaknya akan melakukan hal itu.

“Astagfirullah, apa yang anak-ku lakukan.” Lanjutnya dalam hati.

Dan tak lama setelah ibu Siti menemukan alat itu di saku jaket sang anak. Ikbal pun seketika tiba dirumah dan kaget ketika sang ibu sedang berada ditempat tidurnya dan sertinya sengaja berada disitu untuk menunggunya pulang.

“Loh bu.? Ibu belum tidur.? Ujar Ikbal yang melihat sang ibu.

“Nak… Sini, duduk di samping ibu. Ibu mau ngomong.” Ucap ibu Situ menyuruh Ikbal duduk di sampingnya dan sepertinya ia akan mengintrogasi anaknya itu.

“Iya bu. Ada apa.?” Tanyanya ketika sudah berada disamping sang ibu.

“Sebaiknya kamu jujur dengan ibu.” Ucap ibu Siti yang secara perlahan mengintrogasi Ikbal.

“Jujur apa sih bu.? Masalah perhiasan ibu itu lagi.?” Ucap Ikbal.

“Ibu kenapa sih bu. gak percaya banget sama anak-anaknya.!” Lanjutnya.

Dan ibu Siti pun tanpa berlama-lama lagi mengambil alat itu lalu menunjukkan kepada sang anak. Tentunya, Ikbal yang tak menyangka sang ibu mendapatkan alat itupun kaget dan tak bisa berkata apa-apa lagi. Sepertinya, kali ini ia tak bisa mengelak lagi kepada sang ibu.

“Ibu temukan ini di kantong jaket kamu.” Ujar ibu Siti sambil menunjukkan alat itu kepada anaknya.

“Tolong kamu jelasin ke ibu. Kenapa alat ini ada di kamu.?” Lanjut ibu Siti dengan tegas.

Sungguh, Ikbal pun tak bisa berkata apa-apa lagi untuk menjawab pertanyaan sang ibu itu. Sontak, tangis Ikbal pun pecah dan tak tertahankan lagi. Ia merasa begitu bersalah dengan apa yang sudah ia lakukan ia tak tahu harus berkata apa lagi selain meneteskan air mata dihadapan sang ibu.

“Bu… Maafin Ikbal bu, maafin Ikbal..” Ucap Ikbal dengan tangisan pecahnya sembari berlutut kepada sang ibu untuk meminta maaf.

“Ikbal khilaf bu… Ikbal udah buntu dan frustasi bu dengan apa yang terjadi kepada Ikbal.” Lanjutnya yang terus menangis di bawah kaki sang ibu.

Tentunya, tangisan ibu Siti juga tak terbendung dan tak tertahankan lagi. Ia begitu terpukul ketika mengetahui sang anak menggunkan barang haram itu. Ia merasa gagal dalam mendidik Ikbal dan merasa gagal menjadi ibu yang baik untuk anaknya itu.

“Kenapa kamu lakuin itu nak… kenapa.?” Ucap ibu Siti dengan tangisnya.

“Pedahal… ibu gak pernah ngajarin kalian untuk lakukan hal-hal yang tidak baik. Tapi… kenapa nak, kenapa kamu lakuin itu” Lanjut ibu Siti.

“Ibu gak habis pikir kamu kok bisa sampai-sampai kepikiran untuk menggunakan barang haram itu.” Lanjutnya lagi.

“Maafin Ikbal bu..” Ucap Ikbal yang terus meminta maaf kepada sang ibu.

“Ikbal frustasi bu… dan pada saat itu ikbal benar-benar putus asa dan kehilangan arah bu..” Lanjutnya menjelaskan.

Ikbal pun terus memohon agar ibunya itu bisa memaafkan kesalahannya dan terus mencoba menjeaskan mengapa ia sampai-sampai berpikiran untuk mengkonsumsi barang haram itu. Dan memang pada saat itu, ada beberapa faktor yang membuat Ikbal berpikir untuk menggunakan barang haram itu, salah satunya yaitu, kegagalannya dalam melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi karena faktor ekonomi keluarga pada saat itu yang tidak memungkinkan ia lanjut kuliah. Dan selain itu, setelah gagal berkuliah. Ia juga tak kunjung dapat kerja. Dan karena faktor-faktor itulah yang membawanya kepergaulan yang salah. faktor-faktor tersebutlah yang membuat ia melakukan itu.

“Ikbal janji bu. Ikbal bakalan berubah dan bakalan tinggalin itu semua.” Ujar Ikbal melanjutkan setelah menjelaskan kepada sang ibu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhinya untuk melakukan hal tersebut.

“Ibu gak mau kamu berjanji kepada ibu. Tapi… ibu mau kamu berjanji kepada diri kamu sendiri, jika kamu gak akan lakuin hal itu lagi demi ibu..” Ujar ibu Siti.

“Iya bu… Ikbal janji dengan diri Ikbal sendiri akan tinggalin itu semua.” Jawab Ikbal dengan penuh keyakinan jika ia bisa meninggalkan hal-hal buruk itu.

Dan seketika, setelah drama tangis-tangisan itu terjadi. Ikbal pun memasuki tangannya di kantong celananya dan seperti sedang mengambil sesuatu.

“Ini perhiasan ibu.” Ucapnya yang terjadi sesuatu yang ia ambil dari kantong celananya itu adalah perhiasan sang ibu.

“Sebenarnya… Perhiasan ibu itu Ikbal yang ambil bu.” Lanjutnya.

“Ya Allah nak.” Ucap ibu Siti.

“Maafin Ikbal ya bu… Karena barang haram itu, Ikbal sampai tega mengambil barang berharga ibu.” Ujar Darma dengan rasa penuh bersalah.

“Iya nak gak apa-apa. Yang penting… sekarang kamu udah menyesali perbuatan kamu, dan berjanji gak akan terjerumus ke lubang yang sama lagi.” Ucap ibu Siti dengan penuh harapan jika sang anak bisa betul-betul berubah dan tak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi.

*BERSAMBUNG*

Episodes
1 Awal Kisah Dimulai
2 Ke-Tokoh Pak Taslin
3 Pak Radit Si-Pemilik Rumah
4 Penolakan Ibu Siti
5 Kakak Jagoan Disma
6 Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin
7 Kemarahan Ikbal
8 Demi Bola Real Berbohong
9 Ke-Curigaan Ibu Siti
10 Permintaan Maaf Dari Ikbal
11 Sang Kapten
12 Tendangan Bebas Disma
13 Perjuangan Disma DKK
14 Perasaan Resah dan Gelisah
15 Cedera Yang Dialami Disma
16 Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
17 Omelan Maut Sang Ibu
18 Kondisi Disma Yang Semakin Membaik
19 Dua Tamu Asing Tak Dikenal
20 Mimpi Yang Terkubur
21 Kebingungan Disma
22 Alasan Ibu Siti Melarang Disma Bermain Bola
23 Kepergian Disma
24 Menginjakkan Kaki di Ibukota
25 Disma dan Dita
26 Dita si Baik Hati
27 Menemui 4 Orang Menyeramkan
28 Disma vs Dita
29 Sesampainya di Akademi
30 Harapan Yang Musnah
31 Dita Sang Motivator
32 Menandatangani Kontrak
33 Debut Pertama Disma
34 Keirihan Tara Pada Disma
35 Disma Jadi Sorotan
36 Disma Harapan Tim
37 Mencurigai Tara
38 Tendangan Menakjubkan Oleh Tara
39 Hijrah Ke Tim Senior
40 Kepergian Lerry
41 Memasuki Tahap Seleksi
42 Akhir Musim Membuat Tegang
43 Eksekutor Penendang Bebas
44 Pengumuman Kelulusan Seleksi
45 Mengawali Latihan di Timnas
46 Tidak Untuk Di-Sombongkan
47 Mendisiplinkan Para Pemain
48 Tidak Nyaman
49 Kapten Ke-Sebelasan Timnas
50 Akhir Kisah, Sang Peraih Mimpi
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Awal Kisah Dimulai
2
Ke-Tokoh Pak Taslin
3
Pak Radit Si-Pemilik Rumah
4
Penolakan Ibu Siti
5
Kakak Jagoan Disma
6
Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin
7
Kemarahan Ikbal
8
Demi Bola Real Berbohong
9
Ke-Curigaan Ibu Siti
10
Permintaan Maaf Dari Ikbal
11
Sang Kapten
12
Tendangan Bebas Disma
13
Perjuangan Disma DKK
14
Perasaan Resah dan Gelisah
15
Cedera Yang Dialami Disma
16
Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
17
Omelan Maut Sang Ibu
18
Kondisi Disma Yang Semakin Membaik
19
Dua Tamu Asing Tak Dikenal
20
Mimpi Yang Terkubur
21
Kebingungan Disma
22
Alasan Ibu Siti Melarang Disma Bermain Bola
23
Kepergian Disma
24
Menginjakkan Kaki di Ibukota
25
Disma dan Dita
26
Dita si Baik Hati
27
Menemui 4 Orang Menyeramkan
28
Disma vs Dita
29
Sesampainya di Akademi
30
Harapan Yang Musnah
31
Dita Sang Motivator
32
Menandatangani Kontrak
33
Debut Pertama Disma
34
Keirihan Tara Pada Disma
35
Disma Jadi Sorotan
36
Disma Harapan Tim
37
Mencurigai Tara
38
Tendangan Menakjubkan Oleh Tara
39
Hijrah Ke Tim Senior
40
Kepergian Lerry
41
Memasuki Tahap Seleksi
42
Akhir Musim Membuat Tegang
43
Eksekutor Penendang Bebas
44
Pengumuman Kelulusan Seleksi
45
Mengawali Latihan di Timnas
46
Tidak Untuk Di-Sombongkan
47
Mendisiplinkan Para Pemain
48
Tidak Nyaman
49
Kapten Ke-Sebelasan Timnas
50
Akhir Kisah, Sang Peraih Mimpi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!