*Kegagalan Bukan Akhir Segalanya*
Dengan keputusan wasit yang menyatakan jika Disma tidak dapat melanjutkan pertandingan itupun tentu membuat orang-orang masih tidak dapat mempercayai hal tersebut.
“Ya Allah anakku… anakku.” Berontak ibu Siti.
Terlihat dipinggir lapangan, ibu Siti memberontak ingin masuk masuk ke-lapangan untuk menghampiri sang anak karena kejadian itu, iapun begitu khawatir dengan kondisi sang anak. Namun, karena pertandingan yang belum selesai. Panitia yang mengawasi pertandingan itupun berusaha mencegat ibu Siti dan tidak membiarkannya masuk ke-dalam lapangan tersebut. Sehingga, Darma yang melihat sang ibu itupun segera menghampiri ibunya dan berusaha untuk menenangkan sang ibu.
“Bu tenang bu, tenang..” Ujarnya.
“Adek kamu Darma. Adek kamu.” Ucap ibu Siti.
“Iya bu… ibu tenang dulu, biarkan petugas lapangan yang mengurusi.” Ujar Darma lagi yang terus mencoba untuk menenangkan sang ibu.
Setelah beberapa saat, panitia yang bertugas pun segera menghampiri Disma untuk membawanya keluar dari lapangan. Dan tentunya, ketika Disma sudah berada dipinggir lapangan, ibu Siti dan Darma pun berlari ke-arah Disma untuk memastikan keadaan Disma secara langsung.
“Ya Allah Disma.” Ujar sang ibu sembari berlari ke-arah Disma.
“Ibu…” Ujar Disma ketika melihat sang ibu.
“Ibu sudah bilang ke kamu, jangan main bola Disma… jangan.” Ucap sang ibu menyesali karena sang anak tidak pernah mau mendengarkannya.
“Maafin Disma bu.” Jawab Disma pasrah.
“Harus berapa kali lagi ibu ngelarang kamu Disma, kenapa kamu gak pernah mau mendengar perkataan ibu.” Ucap ibu Siti lagi yang terlihat sedih sembari mengomeli anaknya itu.
“Bu udah bu… sekarang bukan saatnya mengomeli Disma.” Sahut Darma mengingatkan sang ibu.
Dibalik drama yang terjadi antara ibu dan anak itu. Sementara itu pertandingan masih berlangsung dan tentunya, dengan tidak adanya Disma di tim membuat tim pun tidak stabil dalam memainkan pertandingan. Dan pada waktu pertandingan sudah di menit ke-80. Tim lawan pun berhasil menembus pertahanan mereka dan berhasil menjebol bola. Hingga tim lawanpun kini berhasil menyamakan kedudukan yaitu dengan skor 1-1.
“GOALL. GOALL. GOALL.” Ucap komentator ketika terjadinya gol
“Uhh… sayang sekali, nampaknya pertahanan dari SMP Bina Nusa tidak dapat menghentikan serangan dari lawannya. Sehingga skor pun kini imbang satu sama.” Lanjutnya.
Nampaknya, kehadiran Disma didalam pertandingan itu sangatlah mempengaruhi keterampilan timnya. Namun sungguh di sayangkan, akibat cedera yang ia alami itupun membuatnya harus meninggalkan permainan dan hanya bisa menyaksikan rekan-rekannya berjuang dari luar lapangan. Dan terlihat wajah pak Erwin dan Disma pun begitu cemas ketika melihat tim nya baru saja kebobolan.
“Semangat, semangat.” Teriak pak Erwin dari luar lapangan yang terus berusaha untuk menyemangati murid-muridnya itu.
Pertandingan pun masih berlanjut. Hingga pada akhir menit pertandingan, lagi dan lagi rekan-rekan Disma di dalam lapangan tidak bisa mengehentikan serangan lawan hingga membuat Disma dan pak Erwin pun hanya bisa menyaksikan ketika melihat bola berhasil dimasukkan ke gawang tim mereka.
“GOALLL, GOALLL” Teriakan komentator ketika gol terjadi lagi.
Lawan pun berhasil memasukkan bola lagi ke gawang tim mereka dan kini skor pun menjadi 1-2. Disma yang tak bisa berbuat apa-apa itupun terlihat begitu kecewa, seakan-akan tidak dapat mempercayai jika tim mereka harus kalah di laga final.
“Pwitt Pwitt Pwitt” Pluit wasit pun berbunyi, menandakan jika waktu pertandingan telah habis.
Dengan berakhirnya waktu pertandingan itupun membuat Disma dan kawan-kawan serta pak Erwin harus menerima kenyataan. Jika, tim mereka kalah dalam laga final tersebut, serta harapan mereka untuk menjadi juara harus kandas dan berakhir begitu saja karena kekalahan yang mereka dapatkan. Tentunya, Disma begitu sedih dan sangat menyesali karena tidak bisa mendapatkan menit bermain sampai akhir waktu pertandingan karena kondisinya yang tidak memungkinkan akibat cedera yang ia alami itu.
“Udah dek, kamu harus bisa menerima ini.” Ucap Darma yang saat itu sedang mencoba untuk menenangkan Disma karena Disma yang terus menangis, menyeasali dirinya yang tidak bisa berkontribusi full dalam pertandingan final itu.
Pak Erwin dan kawan-kawan yang melihat Disma terus menangis itupun dengan cepat menghampir Disma dan mencoba untuk memberi semangat kepada Disma agar tidak menyesali kekalahan mereka itu.
“Kamu gak boleh bersedih Disma… kamu harus kuat dan harus menerima ini semua.” Sahut pak Erwin yang juga mencoba menenangkan Disma.
“Kekalahan hari ini… bukanlah akhir dari segalanya.” Lanjutnya.
“Iya dek… benar yang dikatakan oleh pak Erwin” Sahut Darma.
Sungguh saat ini Disma begitu terpuruk dan sedih karena kekalahan yang terjadi di laga final tersebut. Ia berpikir jika kekalahan yang terjadi itu adalah karena kesalahannya. Kesalahan karena tidak menghiraukan sang guru pada saat memperingatinya untuk tidak berlama-lama menahan bola tersebut dikakinya. Namun, ia tetap saja percaya diri dalam membawa bola tersebut hingga sebuah insidenpun terjadi kepadanya yang harus membuatnya meninggalkan rekan-rekan berjuang untuk merebutkan juara.
“Bagaimana mungkin aku gak bersedih bang. Sedangkan, itu jelas kesalahan aku. Aku gak menghiraukan pak Erwin saat dia memperingatiku, aku tetap saja membawa bola itu… seolah-olah akulah yang paling hebat dilapangan.” Ujar Disma yang penuh penyesalaan.
“Dis… Disma. Dengerin bapak ya… jangan salahin diri kamu. Bapak yakin… jika kamu dan teman-teman kamu sudah memberikan yang terbaik untuk kami.” Ujar pak Erwin.
“Dan gak ada yang perlu disesali… Apa yang terjadi hari ini, cukup dijadikan pengalaman saja, dan jangan dijadikan akhir dari segalanya.” Lanjutnya.
Darma dan Pak Erwin itupun terus mencoba untuk menyemangati Disma dan terus memotivasi dirinya agar ia bisa bangkit dari keterpuukan nya dan tidak menyesali tentang apa yang terjadi hari ini.
“Jika hari ini kamu merasa gagal… maka tunjukkan kepada kami, jika suatu saat nanti kamu akan berhasil. Dan bapak percaya sama kamu Disma. Jika kegagalan hari ini adalah awal pembelajaran dalam usaha kamu untuk menjadi orang hebat.” Ujar Pak Erwin terus menguatkan Disma.
Setelah mendengar perkataan sang guru itupun seketika membuat Disma kembali tenang dan sudah mulai menyadari jika ini bukanlah akhir dari segalanya, melainkan adalah awal untuk menentukan akhir yang baik. Jika hari ini kita belajar dan bekerja untuk menjadi orang hebat, maka yakin dan percaya kita tidak akan lagi kembali ke masa lalu dalam penyesalan yang sama. Saat semuanya seakan berhenti dan berakhir, maka berpikirlah sejenak dan coba renungi sedalam-dalamnya, mungkin Tuhan mengharuskan kita untuk berpikir jernih atau bahkan menyesali apa yang terjadi kepada kita, dan tentunya dalam perenungan itu kita harus bangkit lagi dan percaya jika kita mampu dan bisa dalam melewati setiap rintangan dan cobaan dalam hidup ini. Karena, setiap rangkaian cerita itu pasti ada penyesalan di dalamnya, Namun, disitulah kita bisa mengambil makna arti sebuah kehidupan.
*BERSAMBUNG*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments