Perasaan Resah dan Gelisah

*Perasaan Resah dan Gelisah*

Bagaiamana Disma tidak kaget, setelah mendengar sang ibu bekata jika ia juga ingin pergi menonton pertandingan tim sekolah Disma di laga final itupun membuat Disma tak bisa bekata apap-apa lagi. Begitun Darma kakak Disma, ia juga nampaknya tak tahu harus berbuat apalagi.

“Haa? serius ibu mau pergi.?” Tanya Disma.

“Iya serius… ibu mau pergi nonton.” Jawab sang ibu tanpa ragu.

“Yakin bu? ibu mau pergi.? Ujar Darma melanjutkan.

“Ya yakinlah… emangnya kenapa.? ibu gak boleh ya ikut nonton.?” Ujar sang ibu menanyakan.

“Ya bukan gitu bu..” Ujar Darma.

“Terus..? Kok kalian kayak gak senang gitu ibu pergi.?” Tanya ibu Siti lagi penuh curiga.

“Gak… maksud Darma bukan gitu bu… Tapi kan… bukannya ibu itu gak suka ya kalau Disma main bola.?” Ujar Darma mencoba mengalihkan kecurigaan sang ibu.

“Iya ibu emang gak suka kalau adek kamu itu main bola. Tapi… bukan berarti ibu gak suka nonton bola.” Ucap ibu Siti.

Dengan hal itu, Darma pun tak tahu harus berbuat apalagi dan tak bisa berpikir lagi tentang bagaimana caranya agar sang ibu tidak pergi ke pertandingan itu.

Dan pada ke-esokan harinya, yang dimana hanya terisisa satu hari saja menuju ke pertandingan final yang akan diikuti Disma dalam membela tim sekolahnya itu. Dan pada hari itu terlihat, Disma begitu cemas karena sang ibu yang ingin pergi menyaksikan pertandingan bola, dan dengan segera Disma pun mencoba untuk mendiskusikan hal itu kepada sang kakak.

“Bang.” Ujar Disma kepada sang kakak.

“Iya dek.” Jawab sang kakak.

“Disma bingung bang.” Ucap Darma.

“Bingung kenapa dek.? Persoalan ibu yang ngotot mau pergi menonton pertandingan kamu ya.” Tanya Darma kepada sang adik.

“Iya bang. Gimana kalau ibu liat Disma dalam pertandingan besok, pasti ibu bakalan marah besar dengan Disma.” Ujar Disma mengenai kekhawatiran-nya itu.

“Iya dek… abang juga sebetulnya bingung, gimana caranya agar ibu itu gak pergi ke pertandingan besok.” Ujar Darma yang juga belum menemukan solusi untuk persoalan tersebut.

“Tapi… kalau menurut abang sih. Semua keputusan ada di kamu dek.” Lanjutnya.

“Keputusan gimana maksudnya bang.?” Tanya Darma yang bingung dengan apa yang dikatakan oleh sang kakak.

“Keputusan mengenai… kamu akan pilih pertandingan kamu dengan konsekuensi ibu bakalan marah. Atau, memilih untuk menghindari kemarahan ibu dengan konsekuensi meninggalkan pertandingan itu.” Ujar Darma dengan jelas.

Tentunya, dengan apa yang dikatakan oleh sang kakak itupun membuat Disma sulit untuk memilih. disatu sisi ia tidak ingin jika ibunya mengetahui jika dirinya ikut terlibat dalam pertandingan itu. Namun, disisi lain juga ia tidak mau juga jika harus meninggalkan pertandingan tersebut hanya demi menghindari kemarahan sang ibu.

“Disma gak tau bang… Disma bingung.” Ujarnya kebingungan.

“Hem… ya udah, kalau gitu kamu tenangin diri dulu ya. Jangan terlalu dipikirkan dek, ntar jadi beban buat kamu.” Ujar sang kakak.

“Ya udah deh bang… Disma pergi tidur dulu.” Ucap Disma yang terlihat pasrah.

Di ke-esokan harinya tepat dimana hari ini adalah hari pertandingan Disma dalam mebela tim sekolah di ajang final turnamen antar sekolah. Dan hari itu, Disma pun menghampiri sang kakak dan sepertinya ingin mengatakan sesuatu kepada kakaknya itu.

“Bang.” Ujarnya.

“Iya dek.” Jawab Darma.

“Disma sudah putuskan bang… kalau Disma bakalan ikut dalam pertandingan.” Ucap Disma dengan yakin dan percaya diri dihadapan sang kakak.

“Kamu yakin dek.? Kamu udah mikirin mateng-mateng belom tentang keputusan kamu ini? “Tanya sang kakak kepada Disma.

“Iya bang. Disma yakin dengan keputusan Disma ini, dan Disma gak perduli jika ibu mau marah.” Jawabnya meyakinkan sang kakak.

“Hem… ya udah dek kalau itu emang udah menjadi keputusan kamu.” Ujar sang kakak yang juga tak bisa berbuat apa-apa lagi.

Disma yang mengambil keputusan itu pun begitu yakin dan percaya diri jika ia akan ikut bertanding dalam pertandingan itu dan akan menerima apapun konsekuensi nya nanti atas apa yang ia sudah putuskan itu. Meskipun nanti sang ibu akan melihatnya dalam pertandingan tersebut, Namun ia sudah memutuskan dan tak akan menghianati keputusannya yang sudah ia ambil.

“Ya udah kalau gitu… kamu siap-siap gih sana.” Ujar Darma menyuruh sang adik untuk bersiap karena sebentar lagi mereka akan berangkat ke-tempat pertandingan.

Namun, pada saat mereka ingin berangkat ke tempat pertandingan. Tiba-tiba dan tanpa menyangka sama sekali saat ibunya berkata:

“Ibu pergi dulu ya.” Ujarnya.

“Ibu mau kemana rapih-rapih gini.” Tanya Darma ketika melihat sang ibu.

“Ibu mau kerumah bu Maya. Soalnya, disana itu lagi ada hajatan.” Ujar sang ibu.

Tentunya, mendengar sang ibu berkata seperti itu membuat Disma dan Darma pun merasa legah karena sang ibu sudah pasti tidak akan pergi untuk menonton pertandingan bola tersebut.

“Loh..? Bukannya ibu mau pergi nonton bola ya hari ini.?” Tanya Darma basa-basi kepada sang ibu.

“Hem… sebenarnya ibu mau pergi. Tapi… ya mau gimana lagi, waktunya itu yang gak memungkinkan. Soalnya, ibu juga baru ingat… ternyata hari ini itu Bu Maya lagi ada hajatan.” Ucap sang ibu menjelaskan.

“Oh ya udah deh bu kalau gitu.” Ujar Darma lagi ketika mendengar penjelasan sang ibu.

“Tapi kalau acara dirumah bu Maya sebentar… ibu pasti sempatin kesana untuk nonton.” Ujar ibu Siti.

Sontak, Darma yang mendengar sang ibu berkata seperti itupun kemudian mencoba mengarahkan sang ibu agar tidak pergi untuk menonton pertandingan tersebut dan iapun berkata:

“Gak usah bu… mending ibu dirumah bu Maya ajah. Bantu-bantu disana.” Ujarnya.

“Iya bu, lagian… disana itu panas, nanti masalah siapa yang menang. Ntar biar Disma dan bang Darma ajah yang laporin ke ibu.” Ujarnya.

‘Hem… ya udah deh kalau gitu ibu pergi dulu ya.” Ujar ibu Siti setelah mendengar perkataan sang anak lalu berpamitan pergi.

“Iya bu hati-hati” Ucap Disma dan Darma.

Disma dan Darma pun begitu legah karena sang ibu yang lebih memilih untuk pergi ke hajatan ibu Maya daripada pergi untuk menonton pertandingan. Dan tentunya hal itupun membuat mereka tak perlu lagi mengkhawatirkan atau mencemaskan jika sang ibu akan marah kepada Disma karena tidak memberitahukan kepada sang ibu jika dirinya ikut terlibat dalam tim sekolahannya.

“Yeayyy ibu gak jadi pergi bang.” Ujar Disma yang begitu gembira.

“Hahah… iya dek, kita aman dek hahaha” Jawab sang kakak yang juga terlihat senang.

“Ya udah… ayo kita berangkat kalau gitu.” Ujar Darma.

“Ayo bang” Sahut Disma yang terilhat begitu bersemangat.

*BERSAMBUNG*

Episodes
1 Awal Kisah Dimulai
2 Ke-Tokoh Pak Taslin
3 Pak Radit Si-Pemilik Rumah
4 Penolakan Ibu Siti
5 Kakak Jagoan Disma
6 Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin
7 Kemarahan Ikbal
8 Demi Bola Real Berbohong
9 Ke-Curigaan Ibu Siti
10 Permintaan Maaf Dari Ikbal
11 Sang Kapten
12 Tendangan Bebas Disma
13 Perjuangan Disma DKK
14 Perasaan Resah dan Gelisah
15 Cedera Yang Dialami Disma
16 Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
17 Omelan Maut Sang Ibu
18 Kondisi Disma Yang Semakin Membaik
19 Dua Tamu Asing Tak Dikenal
20 Mimpi Yang Terkubur
21 Kebingungan Disma
22 Alasan Ibu Siti Melarang Disma Bermain Bola
23 Kepergian Disma
24 Menginjakkan Kaki di Ibukota
25 Disma dan Dita
26 Dita si Baik Hati
27 Menemui 4 Orang Menyeramkan
28 Disma vs Dita
29 Sesampainya di Akademi
30 Harapan Yang Musnah
31 Dita Sang Motivator
32 Menandatangani Kontrak
33 Debut Pertama Disma
34 Keirihan Tara Pada Disma
35 Disma Jadi Sorotan
36 Disma Harapan Tim
37 Mencurigai Tara
38 Tendangan Menakjubkan Oleh Tara
39 Hijrah Ke Tim Senior
40 Kepergian Lerry
41 Memasuki Tahap Seleksi
42 Akhir Musim Membuat Tegang
43 Eksekutor Penendang Bebas
44 Pengumuman Kelulusan Seleksi
45 Mengawali Latihan di Timnas
46 Tidak Untuk Di-Sombongkan
47 Mendisiplinkan Para Pemain
48 Tidak Nyaman
49 Kapten Ke-Sebelasan Timnas
50 Akhir Kisah, Sang Peraih Mimpi
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Awal Kisah Dimulai
2
Ke-Tokoh Pak Taslin
3
Pak Radit Si-Pemilik Rumah
4
Penolakan Ibu Siti
5
Kakak Jagoan Disma
6
Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin
7
Kemarahan Ikbal
8
Demi Bola Real Berbohong
9
Ke-Curigaan Ibu Siti
10
Permintaan Maaf Dari Ikbal
11
Sang Kapten
12
Tendangan Bebas Disma
13
Perjuangan Disma DKK
14
Perasaan Resah dan Gelisah
15
Cedera Yang Dialami Disma
16
Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
17
Omelan Maut Sang Ibu
18
Kondisi Disma Yang Semakin Membaik
19
Dua Tamu Asing Tak Dikenal
20
Mimpi Yang Terkubur
21
Kebingungan Disma
22
Alasan Ibu Siti Melarang Disma Bermain Bola
23
Kepergian Disma
24
Menginjakkan Kaki di Ibukota
25
Disma dan Dita
26
Dita si Baik Hati
27
Menemui 4 Orang Menyeramkan
28
Disma vs Dita
29
Sesampainya di Akademi
30
Harapan Yang Musnah
31
Dita Sang Motivator
32
Menandatangani Kontrak
33
Debut Pertama Disma
34
Keirihan Tara Pada Disma
35
Disma Jadi Sorotan
36
Disma Harapan Tim
37
Mencurigai Tara
38
Tendangan Menakjubkan Oleh Tara
39
Hijrah Ke Tim Senior
40
Kepergian Lerry
41
Memasuki Tahap Seleksi
42
Akhir Musim Membuat Tegang
43
Eksekutor Penendang Bebas
44
Pengumuman Kelulusan Seleksi
45
Mengawali Latihan di Timnas
46
Tidak Untuk Di-Sombongkan
47
Mendisiplinkan Para Pemain
48
Tidak Nyaman
49
Kapten Ke-Sebelasan Timnas
50
Akhir Kisah, Sang Peraih Mimpi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!