Omelan Maut Sang Ibu

*Omelan Maut Sang Ibu*

Kekalahan yang didapatkan tim dalam pertandingan itupun menyimpan sebuah kisah yang memilukan yaitu, kisah sebuah kegagalan karena tak berhasil menjadi juara dalam ajang turnamen sepakbola antar sekolah itu. Dan tentunya, karena kekalahan itupun membuat Disma begitu terpukul dengan penuh penyesalan. Namun, berkat dorongan semangat dan motivasi yang diberikan oleh sang kakak dan sang guru itupun membuat Disma secara perlahan bisa mulai bangkit dari keterpurukannya itu.

Malam itu, Disma yang sudah berada dirumahnya pun terlihat sedang merintih kesakitan. Akibat cedera yang ia alami dibagian kakinya dan membuat sang ibu pun harus memanggil tukang pijat untuk Disma.

“Aduh, aduh… pelan-pelan pak.” Rintih Disma kesakitan karena pijatan itu.

“Ibu bilangin juga apa.! Kamu emang bandel ya dibilangin.” Ujar ibu Siti mengomeli sang anak yang sedang di pijat itu.

“Mulut ibu ini sampai berbusa ngelarang kamu Disma, tapi… kamu emang gak pernah mau dengerin apa yang ibu bilang.” Lanjutnya terus mengomeli Disma.

Mendengar sang ibu yang terus mengomel itupun membuat Disma tak bisa membela diri dan berkata apa-apa lagi selain hanya menerima ocehan sang ibu. Begitupun dengan Darma yang sedang berada disitu. Sementara menyaksikan sang adik di pijat iapun terus disalahkan oleh sang ibu karena sudah diam-diam untuk tidak memberitahukan kepada sang ibu jika Disma ikut bermain di pertandingan tersebut.

“Makanya dek… kalau ada yang ibu larang itu didengerin, jangan dilakuin.” Sahut Ratih yang juga berada situ dan ikut membenarkan perkataan sang ibu.

“Hustt.” Ujar Darma menegur karena merasa jengkel dengan perkataan adik permpuannya barusan.

“Kamu juga Darma… kamu ini sebagai kakak, harusnya bantu ibu melarang adek kamu main bola.” Ujarnya.

“Ini… bukan-nya ngelarang. Eh… malah ikut bantuin adeknya.” Lanjutnya berbalik mengomeli Darma.

“Udahlah bu… ini bukan salahnya bang Darma, ini itu salah Disma bu… Disma yang ngotot dan ngerayu bang Darma untuk bantuin Disma.” Sahut Disma membela sang kakak.

Walaupun begitu. Sang ibu tetap tidak bisa menerima alasan yang Disma lontarkan barusan, ia tetap saja menyalahkan Disma dan Darma karena apa yang mereka lakukan itu adalah hal yang tidak ibu Siti sukai dan ibu Siti pun tetap dengan pendiriannya untuk melarang sang anak bermain bola.

“Kamu ini… ngejawab ajah kalau ibu bilangin. Pokoknya ibu gak mau tau… kamu jangan sekali-kai lagi berani untuk menyentuh bola.” Ujar ibu Siti dengan tegas mengatakan hal itu kepada Disma.

“Iya bu.” Jawab Disma pasrah.

Disma pun terus merintih kesakitan karena pijatan yang diberikan kepadanya. Selain itu ia juga terus saja diomeli oleh sang ibu. Dan tak lama setelah itu, tukang pijat yang memijat Disma itupun terlihat sudah selesai dengan tugasnya dan berkata:

“Sudah ya.” Ujarnya.

“Gimana pak dengan kondisi kaki anak saya.” Ujar ibu Siti menanyakan kepada tukang pijat tersebut.

“Gak apa-apa bu… anak ibu cuman mengalami cidera engkel ringan saja, dan tidak begitu parah kok bu.” Jawab tukang pijat itu.

Berdasarkan apa yang dikatakan oleh tukang pijat itu tentunya membuat ibu Siti merasa legah karena sang anak hanyalah mengalami cidera engkel ringan saja dan tidaklah mengalami cidera yang serius. Sehingga, ibu Siti pun berkata:

“Syukurlah pak, Tapi… bapak yakin kan, anak saya hanya mengalami cidera ringan saja.” Tanya ibu Siti kembali yang terlihat masih cemas dengan kondisi sang anak.

“Iya bu saya yakin… cidera yang di alami oleh anak ibu hanya cidera ringan saja. Dan paling 3 hari kedepan anak ibu sudah bisa berjalan dengan normal lagi.” Ujar tukang pijat itu meyakinkan ibu Siti.

Dengan apa yang telah terjadi kepada Disma ini tentunya, membuat ibu Siti semakin keras dalam melarangnya untuk bermain bola, dan tentunya hal itu akan semakin sulit bagi Disma dalam mewujudkan mimpinya menjadi seorang pemain sepakbola professional. Namun, hal ini hanyalah awal baginya, Disma yang pantang menyerah dan selalu kuat dalam menjalani setiap ujian yang ia hadapi itupun membuatnya tetap optimis dan yakin bahwasanya, dia mampu dan bisa untuk membuktikan mimpinya itu.

“Tokk tokk tokk.” Suara ketokan pintu terdengar dari luar dibarengi dengan ucapan salam:

“Assalamualaikum.”

Darma yang tidak asing mendengar suara orang yang mengucapkan salam itupun seketika menghampiri sumber suara tersebut dan membuka pintu rumahnya untuk memastikan orang tersebut.

“Walaikumsalam” Ujar Darma sembari membuka pintu rumahnya.

“Eh pak Erwin.” Lanjtnya.

Dan ternyata orang yang mengetok pintu yang dibarengi dengan ucapan salam itu adalah pak Erwin. Pak Erwin yang malam-malam mendatangi rumah keluarga ibu Siti itupun dengan niatan ingin mengunjungi Disma untuk memastikan kondisi Disma setelah kejadian yang di alami oleh Disma pada saat pertandingan tadi sore.

“Gimana keadaan adekmu.” Ujar pak Erwin menanyakan kondisi Disma.

“Oh… udah mendingan kok pak, tadi juga ada tukang pijat datang kesini.” Jawab Darma.

“Syukurlah kalau begitu. Terus… Disma dimana sekarang.” Ujar pak Erwin lagi.

“Ada kok pak di dalam. “ Ucap Darma lalu melanjutkan:

“Bapak mau liat.? Lanjtnya menanyakan.

“Boleh.” Jawab pak Erwin.

“Ayo pak… sialahkan masuk kalau begitu.” Ujar Darma mempersilahkan pak Erwin masuk ke-dalam rumah untuk melihat keadaan Disma.

Tentunya, Disma yang melihat kedatangan gurunya itupun dengan lekas bangkit dari tempat tidurnya karena ia begitu hormat kepada sang guru.

“Eh pak Erwin.” Ujarnya.

“Udah gak apa-apa… kamu baring ajah dis.” Ucap pak Erwin yang tidak keberatan jika Disma tetap berbaring di tempat tidur.

“Gak apa-apa kok pak.” Sahut Disma.

“Bu Siti.” Tegur pak Erwin kepada ibu Siti.

“Ehmmm” Ujar ibu Siti menjawab dengan hanya mendehem saja dan sedikit memperlihatkan wajah tidak enak kepada pak Erwin.

Tentunya, dengan kehadiran pak Erwin itupun membuat ibu Siti tidak terlalu menghiraukannya. Karena ibu Siti masih merasa kesal dan jengel dengan guru Disma itu. Sebab, pada waktu itu ibu Siti sudah menyatakan secara langsung kepada pak Erwin jika dirinya tidak akan membiarkan apalagi meng-izinkan anaknya ikut terlibat dalam pertandingan bola. Namun, pak Erwin tetap saja membiarkan Disma ikut bermain bola di pertandingan itu.

“Gimana keadaan kamu Disma.” Ujar pak Erwin.

“Yah seperti yang bapak lihat… karena bola anak saya sampai seperti ini.” Ucap ibu Siti yang tiba-tiba menyahuti.

“Ibu apaan sih bu.” Tegur Disma seketika mendengar perkataan ibunya itu.

“Ehmm” Ujar ibu Siti kembali mendehem dengan wajah yang tidak enak.

“Alhamdulillah udah mendingan kok pak.” Lanjut Disma menjawab pertanyaan sang guru tadi.

“Syukurlah kalau begitu… bapak doa'in, semoga kamu lekas sembuh ya, dan bisa kembali beraktivitas seperti sedia kala.” Ucap pak Erwin lagi.

*BERSAMBUNG*

Episodes
1 Awal Kisah Dimulai
2 Ke-Tokoh Pak Taslin
3 Pak Radit Si-Pemilik Rumah
4 Penolakan Ibu Siti
5 Kakak Jagoan Disma
6 Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin
7 Kemarahan Ikbal
8 Demi Bola Real Berbohong
9 Ke-Curigaan Ibu Siti
10 Permintaan Maaf Dari Ikbal
11 Sang Kapten
12 Tendangan Bebas Disma
13 Perjuangan Disma DKK
14 Perasaan Resah dan Gelisah
15 Cedera Yang Dialami Disma
16 Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
17 Omelan Maut Sang Ibu
18 Kondisi Disma Yang Semakin Membaik
19 Dua Tamu Asing Tak Dikenal
20 Mimpi Yang Terkubur
21 Kebingungan Disma
22 Alasan Ibu Siti Melarang Disma Bermain Bola
23 Kepergian Disma
24 Menginjakkan Kaki di Ibukota
25 Disma dan Dita
26 Dita si Baik Hati
27 Menemui 4 Orang Menyeramkan
28 Disma vs Dita
29 Sesampainya di Akademi
30 Harapan Yang Musnah
31 Dita Sang Motivator
32 Menandatangani Kontrak
33 Debut Pertama Disma
34 Keirihan Tara Pada Disma
35 Disma Jadi Sorotan
36 Disma Harapan Tim
37 Mencurigai Tara
38 Tendangan Menakjubkan Oleh Tara
39 Hijrah Ke Tim Senior
40 Kepergian Lerry
41 Memasuki Tahap Seleksi
42 Akhir Musim Membuat Tegang
43 Eksekutor Penendang Bebas
44 Pengumuman Kelulusan Seleksi
45 Mengawali Latihan di Timnas
46 Tidak Untuk Di-Sombongkan
47 Mendisiplinkan Para Pemain
48 Tidak Nyaman
49 Kapten Ke-Sebelasan Timnas
50 Akhir Kisah, Sang Peraih Mimpi
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Awal Kisah Dimulai
2
Ke-Tokoh Pak Taslin
3
Pak Radit Si-Pemilik Rumah
4
Penolakan Ibu Siti
5
Kakak Jagoan Disma
6
Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin
7
Kemarahan Ikbal
8
Demi Bola Real Berbohong
9
Ke-Curigaan Ibu Siti
10
Permintaan Maaf Dari Ikbal
11
Sang Kapten
12
Tendangan Bebas Disma
13
Perjuangan Disma DKK
14
Perasaan Resah dan Gelisah
15
Cedera Yang Dialami Disma
16
Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
17
Omelan Maut Sang Ibu
18
Kondisi Disma Yang Semakin Membaik
19
Dua Tamu Asing Tak Dikenal
20
Mimpi Yang Terkubur
21
Kebingungan Disma
22
Alasan Ibu Siti Melarang Disma Bermain Bola
23
Kepergian Disma
24
Menginjakkan Kaki di Ibukota
25
Disma dan Dita
26
Dita si Baik Hati
27
Menemui 4 Orang Menyeramkan
28
Disma vs Dita
29
Sesampainya di Akademi
30
Harapan Yang Musnah
31
Dita Sang Motivator
32
Menandatangani Kontrak
33
Debut Pertama Disma
34
Keirihan Tara Pada Disma
35
Disma Jadi Sorotan
36
Disma Harapan Tim
37
Mencurigai Tara
38
Tendangan Menakjubkan Oleh Tara
39
Hijrah Ke Tim Senior
40
Kepergian Lerry
41
Memasuki Tahap Seleksi
42
Akhir Musim Membuat Tegang
43
Eksekutor Penendang Bebas
44
Pengumuman Kelulusan Seleksi
45
Mengawali Latihan di Timnas
46
Tidak Untuk Di-Sombongkan
47
Mendisiplinkan Para Pemain
48
Tidak Nyaman
49
Kapten Ke-Sebelasan Timnas
50
Akhir Kisah, Sang Peraih Mimpi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!