Pak Radit Si-Pemilik Rumah

*Pak Radit si Pemilik Rumah*

Disma memang begitu akrab dengan kakaknya si darma, dan ketika ada apa-apa pasti ia selalu mengadu kepada sang kakak yaitu, darma dan sang kakak juga begitu menyayangi adiknya serta selalu memberi dukungan kepada adiknya walaupun terkadang harus beradu mulut dengan sang ibu. Apalgi ketika sang ibu memarahi Disma yag kedapatan bermain bola, Disitulah Darma hadir untuk menjadi kakak jagoan bagi Darma karena selalu membelanya.

Pagi itu, ibu Siti yang baru saja selesai menyiapkan segala kebutuhan untuk anak-anaknya pergi ke sekolah. Dan pada saat ia juga hendak bersiap-siap untuk pergi berjualan ke pasar. Tiba-tiba, seseorang datang ke rumahnya.

“Assalamualaikum”

Ucap orang itu dari luar dan beberapa kali orang itu mengucapkan salam barulah ibu Siti mendengarkan salam orang itu dan ibu Siti pun segera menjawab salam orang tersebut.

“Walaikumsalam”

Sahutnya.

“Ehhh pak Radit, silahkan duduk pak”

lanjutnya.

Orang itu adalah pak Radit. Dan pak Radit ini adalah pemilik rumah yang ditempati oleh ibu Siti bersama anak-anaknya. Ibu Siti memanglah belum memiliki rumah sendiri sehingah iapun dengan terpaksa untuk saat ini harus menyewa rumah pak Radit.

“Gak usah bu, saya cuman sebentar ajah”

Ucap pak Radit.

“Saya cuman datang untuk mengingatkan bu kalau ibu itu sudah waktunya membayar sewa rumah. Kira-kira kapan ibu mau bayar sewa rumahnya?”

Lanjut pak Radit bertanya mengenai pembayaran sewa rumah ibu Siti yang sudah jatuh untuk pembayaran sewa rumahnya.

“Aduhh pak Radit, saya minta maaf pak. Tapi, untuk saat ini, saya benar-benar belum punya duit pak”

Ucap ibu Siti.

“Waduh bu, saya juga perlu uang bu. Kalau emang ibu gak bisa bayar, mending ibu dan anak-anak ibu kemasi ajah barang-barangnya. Biar saya cari penyewa baru saja kalau begitu”

Sahut pak Radit yang sepertinya tidak mau memberi toleransi kepada ibu Siti.

“Maaf pak, tapi saya memang belum punya duit untuk saat ini”

Sahut ibu Siti.

“Tolong pak beri saya keringanan”

Lanjutnya.

“Waduh bu, gak boleh gitu dong. Ini bukan masalah keringanan atau gimananya. Tapi ini masalah bisnis bu”

Jawab pak Radit.

Ibu Siti pun hanya terdiam mendengar perkataan pak Radit itu. Ia tidak tahu harus memberi alasan apalagi kepada pak Radit, agar pak Radit bisa memberi keringanan kepadanya.

“Hemmm ya udah kalau gitu bu, saya kasi waktu anda satu minggu!”

Lanjutnya.

“Serius pak, pak Radit mau kasi saya waktu?”

Sahut ibu Siti.

“Ya, tapi jika ibu Tidak bisa membayar uang sewa rumah dalam satu minggu, saya mohon maaf ajah ni bu. Ibu dan anak-anak ibu harus minggat dari rumah ini!”

Ujar pak Radit.

“Baik pak, saya akan usahakan cari uang dalam seminggu ini”

Jawab ibu Siti.

“Ya udah bu, kalau gitu saya permisis dulu”

Ujar pak Radit berpamitan kepada ibu Siti.

“Iya pak, terima kasih banyak pak”

Jawab ibu Siti.

Tentunya, dengan kedatngan pak Radit menagis uang sewa rumah itupun membuat ibu Siti harus putar otak dan kerja extra untuk membayar uang sea rumahnya dan jika ia tidak bisa membayar uang sewa tersebut dalam satu minggu kedepan. Sudah pasti, dan dengan terpaksa ia dan anak-anaknya harus meninggalkan rumah itu.

“Ya Allah. Aku harus dapat duit darimana untuk membayar sewa rumah ini? Jika hanya mengandalkan penghasilan dari pasar, sudah tentu tidak akan bisa terkumpul duitnya”

Rintih ibu Siti mengeluh dalam hati.

“Bu, aku udah dengar semua percakapan ibu dengan pak Radit tadi didepan”

Sahut Ikbal yang mendengar percakapan ibunya bersama pak Radit tadi.

“Iya nak. Pak Radit cuman ngasi ibu waktu seminggu untuk membayar sewa rumah ini”

Ujar ibu Siti tak bersemangat.

“Ibu bingung bal, harus dapat duit darimana. Sedangkan penghasilan ibu di pasar juga gak seberapa”

Keluh ibu siti kepada anaknya.

“Pakai uang kuliah Ikbal ajah bu”

Sahut Ikbal menyuruh ibunya untuk memakai uang yang sudah ibunya persiapkan untuk biaya kuliah sang anak jika lulus SBMPTN nanti.

“Gak, gak bal. Itu sengaja ibu siapkan buat biaya perkuliahan kamu nanti jika lulus tes”

Sahut ibu Siti.

“Gak usah bu, uang itu pakai untuk bayar sewa rumah ajah ya. Lagian, Ikbal juga belum tentu lulus tes SBMPTN nya kok”

Ujar Ikbal memaksa ibunya untuk tetap menggunakan uang tersebut.

“Tapi nak…”

Sahut ibu Siti lagi.

“Udah, gak ada tapi-tapi! pakai ajah uang itu”

Sahut Ikbal.

Ibu Siti yang sudah tidak ada pilihan lain selain menggunakan uang yang ia siapkan untuk Ibal jika berkuliah nanti itupun dengan terpaksa harus menggunakan uang tersebut, demi keberlangsungan tempat tinggal mereka. Walaupun berat. Namun, mau tidak mau ia tetap harus menggunkan uang tersebut.

“Assalamualaikum”

“Ibuu”

Siang itu terdengar suara dari kedua anak ibu Siti yaitu Ratih dan Disma yang baru saja pulang dari sekolahan. Namun, bukanlah sang ibu yang menjawab salam mereka. Melainkan, sang kakak yaitu, Ikbal.

“Walaikumsalam”

Ucap Ikbal.

“Loh ibu kemana bang?”

Tanya Ratih.

“Ohh. Ibu tadi keluar, katanya ada urusan”

Ujar Ikbal.

“Bang, tadi teman-teman Disma bilangin aku kayak Cristiano Ronaldo kalau bawa bola”

Ujar Disma melapor kepada sang kakak.

“Hemmm. Emang iya?”

Tanya Ikbal.

“Iya bang bener bang. Satu… dua… tiga… dan empat orang berhasil Disma lewatin dan pada saat Disma nendang bola itu… Doarrrr. Goal bang Goal”

Ucap Disma menjelaskan dengan penuh semangat.

“Oh… Kamu main bola lagi Dis? Awas kamu, entar abang laporin ke ibu”

Ucap Ikbal mengancam.

“Ihhh abang. Gak kok bang, tadi itu kebetulan lagi kelas olahraga bang”

Ujar Disma merengek agar kakaknya itu tidak melaporkan kepada ibunya.

“Bohong kamu”

Ucap Ikbal lagi.

Dengan cepat Disma pun mencoba untuk memberi kode kepada Ratih agar membelanya dan memberi alasan kepada Ikbal jika dirinya hanya mengikuti kelas olahraga.

“Eh… ehh… iya bang, tadi Disma cuman ngikutin kelas olahraga kok”

Sahutnya ketika Disma memberi kode untunya.

“Hemmm. Awas kamu kalau sampai bohong!”

Ucap Ikbal lagi.

“Ya udah sana. pergi masuk ganti baju”

Lanjutnya. Disma pun bergegas pergi seperti apa yang diperintahkan kakaknya itu sembari berkata di belakang Ikbal:

“Uhhh dasar abang jahat!

Ucapnya.

“Husttt. entar bang Ikbal dengar lohh!”

Tegur Ratih mengingatkan kepada Disma.

Ikbal memang terbilang seorang kakak yang penyayang tapi ia juga terbilang seorang kakak yang kejam untuk Disma karena IKbal dan sang ibu memanglah satu pemikiran untuk tidak mengizinkan Disma menjadi pesepakbola. Ia juga ikut menentang hal itu. Namun, juga tidak terlalu berlebihan seperti ibunya. Yaitu, ibu Siti.

*Bersambung*

Episodes
1 Awal Kisah Dimulai
2 Ke-Tokoh Pak Taslin
3 Pak Radit Si-Pemilik Rumah
4 Penolakan Ibu Siti
5 Kakak Jagoan Disma
6 Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin
7 Kemarahan Ikbal
8 Demi Bola Real Berbohong
9 Ke-Curigaan Ibu Siti
10 Permintaan Maaf Dari Ikbal
11 Sang Kapten
12 Tendangan Bebas Disma
13 Perjuangan Disma DKK
14 Perasaan Resah dan Gelisah
15 Cedera Yang Dialami Disma
16 Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
17 Omelan Maut Sang Ibu
18 Kondisi Disma Yang Semakin Membaik
19 Dua Tamu Asing Tak Dikenal
20 Mimpi Yang Terkubur
21 Kebingungan Disma
22 Alasan Ibu Siti Melarang Disma Bermain Bola
23 Kepergian Disma
24 Menginjakkan Kaki di Ibukota
25 Disma dan Dita
26 Dita si Baik Hati
27 Menemui 4 Orang Menyeramkan
28 Disma vs Dita
29 Sesampainya di Akademi
30 Harapan Yang Musnah
31 Dita Sang Motivator
32 Menandatangani Kontrak
33 Debut Pertama Disma
34 Keirihan Tara Pada Disma
35 Disma Jadi Sorotan
36 Disma Harapan Tim
37 Mencurigai Tara
38 Tendangan Menakjubkan Oleh Tara
39 Hijrah Ke Tim Senior
40 Kepergian Lerry
41 Memasuki Tahap Seleksi
42 Akhir Musim Membuat Tegang
43 Eksekutor Penendang Bebas
44 Pengumuman Kelulusan Seleksi
45 Mengawali Latihan di Timnas
46 Tidak Untuk Di-Sombongkan
47 Mendisiplinkan Para Pemain
48 Tidak Nyaman
49 Kapten Ke-Sebelasan Timnas
50 Akhir Kisah, Sang Peraih Mimpi
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Awal Kisah Dimulai
2
Ke-Tokoh Pak Taslin
3
Pak Radit Si-Pemilik Rumah
4
Penolakan Ibu Siti
5
Kakak Jagoan Disma
6
Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin
7
Kemarahan Ikbal
8
Demi Bola Real Berbohong
9
Ke-Curigaan Ibu Siti
10
Permintaan Maaf Dari Ikbal
11
Sang Kapten
12
Tendangan Bebas Disma
13
Perjuangan Disma DKK
14
Perasaan Resah dan Gelisah
15
Cedera Yang Dialami Disma
16
Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
17
Omelan Maut Sang Ibu
18
Kondisi Disma Yang Semakin Membaik
19
Dua Tamu Asing Tak Dikenal
20
Mimpi Yang Terkubur
21
Kebingungan Disma
22
Alasan Ibu Siti Melarang Disma Bermain Bola
23
Kepergian Disma
24
Menginjakkan Kaki di Ibukota
25
Disma dan Dita
26
Dita si Baik Hati
27
Menemui 4 Orang Menyeramkan
28
Disma vs Dita
29
Sesampainya di Akademi
30
Harapan Yang Musnah
31
Dita Sang Motivator
32
Menandatangani Kontrak
33
Debut Pertama Disma
34
Keirihan Tara Pada Disma
35
Disma Jadi Sorotan
36
Disma Harapan Tim
37
Mencurigai Tara
38
Tendangan Menakjubkan Oleh Tara
39
Hijrah Ke Tim Senior
40
Kepergian Lerry
41
Memasuki Tahap Seleksi
42
Akhir Musim Membuat Tegang
43
Eksekutor Penendang Bebas
44
Pengumuman Kelulusan Seleksi
45
Mengawali Latihan di Timnas
46
Tidak Untuk Di-Sombongkan
47
Mendisiplinkan Para Pemain
48
Tidak Nyaman
49
Kapten Ke-Sebelasan Timnas
50
Akhir Kisah, Sang Peraih Mimpi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!