Ke-Tokoh Pak Taslin

*Ke-Tokoh Pak Taslin*

“Dis bangun”

Ucap ibu Siti pagi itu membangunkan anaknya untuk bersiap pergi sekolah.

“Iya bu, ini Disma udah bangun kok”

Sahut Disma yang masih berbaring ditempat tidurnya sambil mengenakan selimut.

Dan pagi itu, seperti pagi hari biasanya, ibu Siti terlihat sibuk menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya sebelum berangkat kepasar iapun mempersiapkan semua seorang diri.

“Pokoknya ibu gak mau liat kamu main bola lagi!”

Ucap ibu Siti mengomeli Disma sembari mengenakan seragam sekolah kepada Disma.

“Pokoknya, kalau ibu sampai dapatin kamu main bola lagi bersama teman-teman kamu. Ibu gak akan kasi ampun lagi ke kamu”

Lanjutnya.

“Iya bu”

Sahut Disma yang terlihat patuh.

“Bu, Darma berangkat dulu ya”

Ucap Darma yang kepada ibunya. Saat itu Darma juga masih bersekolah dan sudah berada dibangku kelas 3 SMP.

“Iya nak, hati-hati ya”

Jawab ibu Siti.

“Dek cepetan, udah telat ni”

Teriak Ratih dari luar memanggil Disma.

“Udah, kamu berangkat sekarang. Kakak kamu udah nungguin tuh”

Ujar ibu siti yang dimana Disma dan Ratih memang satu sekolah. Namun, Ratih yang merupakan kakak Disma itu sudah menduduki kelas 4 SD. Sedangkan Disma masih berada di kelas 1 SD. Dan pada pagi itu, ibu Siti yang sudah selesai dengan tugasnya dalam mengatur anak-anaknya untuk berangkat ke sekolah. Kini, iapun bersiap-siap juga berangkat ke pasar untuk berjualan.

“Dis, kamu keren banget kemarin pas nyetakin gol”

Ucap teman Disma memujinya golnya.

Disma yang saat itu sedang tidak ada mata pelajaran iapun berkumpul bersama teman-teman nya dan mengobrol tentang permainan bolanya kemarin.

“Iya Dis, kamu kayak Cristiano Ronaldo. Kamu hebat banget bisa lewati 3 bek lawan kemarin”

Sanjung salah satu teman-nya lagi.

“Gimana kalau entar sore kita main lagi”

Ujar salah sat teman Disma.

“Hemmm, kayaknya gak dulu deh.”

“Kenapa dis?”

Tanya temannya.

“Husstt, dia kan dimarihin sama ibunya kalau main bola”

Sahut salah satu temannya. Kemudian, salah satu temannya lagi menyahuti:

“Kalian gak liat, kemarin kan ibunya datang bawa kayu mau pukulin Disma gara-gara main bola”

Ucapnya.

Disma pun kemudian berdiri dan meninggalkan teman-temannya itu.

”Ehhh mau kemana dis?”

Teriak temannya ketika Disma pergi meninggalkan mereka.

“Kling, Kling, Kling”

Suara bel sekolahan pun berbunyi, menandakan jika siswa siswi SD sudah bisa pulang, dan seperti biasa, Disma pun pulang bersama kakaknya yaitu Ratih. Setibanya dirumah iapun melihat ibunya sedang sibuk memasak untuk mereka.

“Ehhh kalian udah pulang”

Ucap sang ibu.

“Iya bu”

Sahut Disma dan Ratih yang kemudian menghampiri ibunya dan mencium tangan sang ibu.

Terlihat pada soer itu sekitar jam menunjukkan pukul 16.30. Dimas begitu gelisah, ia sepertinya ingin pergi ke lapangan untuk bermain sepakbola bersama teman-temannya. Namun, karena ia takut akan dimarahi oleh ibunya, iapun tak berani untuk pergi bermain bersama teman-temannya.

“Disma, tolong beli’in ibu sabun cuci piring di toko pak Taslin”

Ucap ibu Siti menyuruh Disma untuk membelikan ia sabun cuci piring.

“Iya bu”

Sahut Disma dan kemudian menghamipir sang ibu.

“Tolong beli’in ibu sabu cuci piring ya di tokoh pak Taslin”

Ucap ibu Siti. Kemudian, Disma pun dengan sigap dan cepat pergi untuk membelikan apa yang disuruh oleh ibunya.

Disma yang sedang berjalan menuju tokoh pak Taslin itupun tiba-tiba begitu reflek ketika melihat sebuah bolah melayang ke arahnya. Dengan kelihaian nya dalam mengontrol bola iapun dengan mudah menyambut bola tersebut, dengan kakinya.

“Oper bolanya Disma”

Teriak seorang bocah laki-laki di dalam lapangan menyruh Disma untuk menendang bola itu. Kemudian Disma pun dengan cepat menendang bola itu kearah temanya yang meneriakinya, Disma yang tadinya hanya berniat untuk membelikan ibunya sabun cuci piring di tokoh pak Taslin, yang kebetulan tokoh pak Taslin itu tidak jauh dari lapangan. Sehingga dengan melihat teman temannya yang sedang bermain bola itupun membuat hati Disma bergebu-gebu dan seperti tak tertahankan lagi untuk ikut bermain bola bersama teman-temannya.

“Tangkap Ler”

Teriak Disma ketika mendang bola itu.

Tanpa pikir panjang lagi, seolah-olah ia lupa jika ibunya baru saja menyuruhnya untuk membeli sabun cuci piring di tokoh pak Taslin. Disma pun dengan cepat berlari ke lapangan dan ikut bermain bola bersama teman-temannya.

“Oper bolanya ***!”

Ucap Disma meminta bola kepada teman-nya yang bernama Lerry.

“Ini Dis”

Sahut Lerry mengoper bola itu kepada Disma.

Disma yang sudah mendapatkan bola itupun terlihat seperti kesurupan Lionel Messi, ia terlihat begitu lihai dan jago dalam membawa bola dan menggocek bola itu dengan kedua kakinya sehinggah dengan mudah melewati pertahanan lawan dan DOARRRRR. bola itu membobol gawang lawan.

“GOAALL”

“GOAALL”

Teriak Disma ketika membobolkan gawang lawan.

Disma yang sedang menikmati permainan sepakbola bersama teman-temannya itupun melupakan ibunya yang menyuruhnya untuk membeli sabun cuci piring, sehingga waktu fajar pun tiba dan temannya tiba-tiba berkata:

“Ehh udah mau Magrib ni, pulang yuk”

Ucap temannya.

“ASTAGA! MATI AKU!!”

Ucap Disma ketika mendengar temannya itu berkata seperti itu. Tanpa berlama-lama lagi, Disma pun berlari dengan kencang ke Tokoh pak Taslin dan membeli apa yang disuruhkan oleh ibunya. Dan benar saja, ketika sampai dirumah, ibunya sudah menunggunya di depan pintu dengan memegang sebuah sapu lidih yang seperti sengaja ia siapkan untuk Disma.

“DARIMANA KAMU!”

Ucap ibu Siti yang berdiri di depan pintu sambil tangan kiri tolak pinggang dan tangan kanan-nya memegang sapu.

“Ma… maaf bu. Ta.. Tadi..”

Belum selesai Disma memberi penjelasan, ibu Siti pun memegangi satu tangan Disma dan melepaskan hantapan sapu ke bokong Disma dengan kencang dan berkata:

“Dasar anak bandel!! Gak pernah mendengar kalau ibu ngasi tau!”

Ucapnya.

“Ampun bu. Ampun”

Ucap Disma merintih memohon ampun kepada ibunya.

“DASAR kamu ya. darimana jam segini baru pulang, pasti kamu dari bermain sepak bola lagi kan”

Ujar ibu Siti yang terus memarahi Disma sembari memukul bokong Disma dengan sapu lidih yang ia pegang itu.

“Ampun bu, udah bu Disma minta maaf”

Ujar Disma.

Disma yang sudah memasuki rumah itupun berlari menuju kamarnya Darma dan memeluk kakaknya itu sembari menangis.

“Hey, jagoan abang kok nangis si?”

ucap darma sembari dipeluki oleh Disma.

“Ibu Jahat bang”

ucap Disma. sambil menangis.

“Heyy. Dengar abang ya, ibu ngelarang kamu itu pasti ada alasannya kok. Ibu gak mungkin seperti itu kalau gak ada maksudnya dek”

Ucap Darma yang terus mencoba menenangkan adiknya itu.

“Tapia pa bang, alasannya apa?”

Tanya Disma lagi.

“Hemm, mungkin saat ini ibu belum bisa cerita dek, tapi suatu saat pasti ibu kasi tau kok alasannya”

Jawab sang kakak.

*BERSAMBUNG*

Episodes
1 Awal Kisah Dimulai
2 Ke-Tokoh Pak Taslin
3 Pak Radit Si-Pemilik Rumah
4 Penolakan Ibu Siti
5 Kakak Jagoan Disma
6 Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin
7 Kemarahan Ikbal
8 Demi Bola Real Berbohong
9 Ke-Curigaan Ibu Siti
10 Permintaan Maaf Dari Ikbal
11 Sang Kapten
12 Tendangan Bebas Disma
13 Perjuangan Disma DKK
14 Perasaan Resah dan Gelisah
15 Cedera Yang Dialami Disma
16 Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
17 Omelan Maut Sang Ibu
18 Kondisi Disma Yang Semakin Membaik
19 Dua Tamu Asing Tak Dikenal
20 Mimpi Yang Terkubur
21 Kebingungan Disma
22 Alasan Ibu Siti Melarang Disma Bermain Bola
23 Kepergian Disma
24 Menginjakkan Kaki di Ibukota
25 Disma dan Dita
26 Dita si Baik Hati
27 Menemui 4 Orang Menyeramkan
28 Disma vs Dita
29 Sesampainya di Akademi
30 Harapan Yang Musnah
31 Dita Sang Motivator
32 Menandatangani Kontrak
33 Debut Pertama Disma
34 Keirihan Tara Pada Disma
35 Disma Jadi Sorotan
36 Disma Harapan Tim
37 Mencurigai Tara
38 Tendangan Menakjubkan Oleh Tara
39 Hijrah Ke Tim Senior
40 Kepergian Lerry
41 Memasuki Tahap Seleksi
42 Akhir Musim Membuat Tegang
43 Eksekutor Penendang Bebas
44 Pengumuman Kelulusan Seleksi
45 Mengawali Latihan di Timnas
46 Tidak Untuk Di-Sombongkan
47 Mendisiplinkan Para Pemain
48 Tidak Nyaman
49 Kapten Ke-Sebelasan Timnas
50 Akhir Kisah, Sang Peraih Mimpi
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Awal Kisah Dimulai
2
Ke-Tokoh Pak Taslin
3
Pak Radit Si-Pemilik Rumah
4
Penolakan Ibu Siti
5
Kakak Jagoan Disma
6
Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin
7
Kemarahan Ikbal
8
Demi Bola Real Berbohong
9
Ke-Curigaan Ibu Siti
10
Permintaan Maaf Dari Ikbal
11
Sang Kapten
12
Tendangan Bebas Disma
13
Perjuangan Disma DKK
14
Perasaan Resah dan Gelisah
15
Cedera Yang Dialami Disma
16
Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
17
Omelan Maut Sang Ibu
18
Kondisi Disma Yang Semakin Membaik
19
Dua Tamu Asing Tak Dikenal
20
Mimpi Yang Terkubur
21
Kebingungan Disma
22
Alasan Ibu Siti Melarang Disma Bermain Bola
23
Kepergian Disma
24
Menginjakkan Kaki di Ibukota
25
Disma dan Dita
26
Dita si Baik Hati
27
Menemui 4 Orang Menyeramkan
28
Disma vs Dita
29
Sesampainya di Akademi
30
Harapan Yang Musnah
31
Dita Sang Motivator
32
Menandatangani Kontrak
33
Debut Pertama Disma
34
Keirihan Tara Pada Disma
35
Disma Jadi Sorotan
36
Disma Harapan Tim
37
Mencurigai Tara
38
Tendangan Menakjubkan Oleh Tara
39
Hijrah Ke Tim Senior
40
Kepergian Lerry
41
Memasuki Tahap Seleksi
42
Akhir Musim Membuat Tegang
43
Eksekutor Penendang Bebas
44
Pengumuman Kelulusan Seleksi
45
Mengawali Latihan di Timnas
46
Tidak Untuk Di-Sombongkan
47
Mendisiplinkan Para Pemain
48
Tidak Nyaman
49
Kapten Ke-Sebelasan Timnas
50
Akhir Kisah, Sang Peraih Mimpi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!