Kakak Jagoan Disma

*Kakak Jagoan Disma*

Lagi dan lagi, perasaan sedih itupun muncul lagi karena sang ibu yang terus menentangnya dalam hal bola. Sehingga, Disma putus asa, ia merasa bahwa harapannya untuk menjadi pesepakbola professional dan mimpinya untuk itu akan sia-sia karena sang ibu yang bersikeras untuk melarangnya.

Dan siang itu, pas Erwin yang masiih terus membujuk ibu Siti agar mengi-izinkan anaknya membela tim sekolah untuk ikut tanding dalam turnamen antar sekolah dengan penuh kesabaran pak Erwin masih saja terus membujuk ibu Siti.

“Pedahal ini kesempatan emas buat anak ibu. Apalagi, pihak sekolah sudah menyepakati. Jika tim sekolah bisa menjuarai turnamen itu. Maka, para siswa yang terlibat dalam tim akan mendapatkan beasiswa sampai lulus bu” Ujar pak Erwin yang terus berusaha agar ibu Siti mau meng-izinkan Disma bermain bola pada turnamen tersebut.

“Saya harus ngomong berapa kali lagi pak..! Saya tidak akan meng-izinkan anak saya untuk bermain bola..!” Tegas ibu siti yang terus kekeh dengan pendiriannya untuk tidak meng-izinkan Disma bermain bola.

“Ya sudah bu… kalau memang ibu tidak mau meng-izinkan Disma membela tim sepakbola sekolah, saya juga tidak bisa memaksa..!” Ujar pak Erwin yang sudah putus asa dalam hal meminta izin kepada ibu Siti.

“Kalau begitu, saya pamit dulu bu” lanjutnya.

Pak Erwin yang tidak mendapatkan hasil yang ia inginkan dalam hal meminta restu ibu Siti untuk dapat meng-izinkan Disma bermain bola itupun segera pergi meninggalkan rumah ibu Siti. Pada saat pak Erwin sudah pergi. Terlihat, Disma begitu kecewa sehingga iapun berlari masuk ke kamarnya ldan mengunci kamar itu dan tak mau menemui ibunya.

“Disma… Disma” Panggil sang ibu dibalik pintu kamar Disma.

“Disma… buka pintunya nak, ibu mau ngomong” Lanjut ibu Siti yang terus membujuk anaknya agar membukakan pintu kamar itu.

Namun, Disma yang betul-betul kecewa dengan keputusan ibunya itu. Iapun tak menyahuti panggilan ibunya dan tak mau membuka pintu kamar itu untuk ibunya.

Dan Pada saat malam tiba, Disma tak kunjung keluar dari kamarnya itu. Ia maih saja menguncikan diri didalam kamar. Hingga pada saat keluarga itu ingin makan malam tapi terhambat karena Disma yang tak kunjung keluar juga dari kamar.

“Disma… Disma buka pintunya nak” Panggil Siti.

“Disma… ayo dong keluar, ini kakak-kakak kamu udah nungguin mau makan malam” Lanjut ibu Siti yang terus membujuk Disma.

“Disma kenapa sib bu…?” Tanya Ratih yang sudah berada didepan meja makan.

“Husstttt…!” Ujar ibu Ratih menyuruh Ratih diam.

“Disma… udah dong ngambeknya. Ayo keluar, kita makan bareng” Lanjutnya yang terus membujuk Disma untuk keluar dari kamar.

“Ya elah bu… Kita kapan makannya kalau kayak gini. Ratih udah laper banget ni..!” keluh Ratih yang sudah yang tak kunjung menyantap makanan yang sudah berada diatas meja itu karena Disma yang terus mengurung diri di dalam kamar.

“Udah… kalian makan ajah deluan. Biar aku yang tangani Disma” Ucap Darma.

Darma pun seketika bergerak menuju ke pintu kamar Disma dan membujuk Disma agar mau membukakan pintu utnuknya.

“Disma…” Ucap Darma dibalik pintu Disma.

“Disma… ini abang dek, tolong bukain pintunya dong buat kakak..” Lanjutnya dan tiba tiba Disma pun menyahut.

“Udah deh bang. Kalau abang juga pengen ngelarang Disma untuk bermain bola, mending abang gak usah deh capek-capek bujukin Disma..!” Ucap Disma.

“Lohh kok gitu ngomongnya. Kamu tau kan, kalau abang itu gak pernah ngelarang kamu untuk lakuin apa yang kamu suka” Ujar Darma, dan seketika pintu kamar itupun terbuka.

“Krekkkk” Suara pintu kamar terbuka.

Disma pun mempersilahkan kakaknya itu untuk masuk ke dalam kamar, dan ketika Darma masuk ke dalam kamar itu. Disma pun dengan cepat mengunci kembali pintu tersebut.

“Aduhhh coba liat adek jagoan abang ini.. mukanya kok muram gitu” Ujarnya.

“Coba cerita deh sama abang. Kamu kenapa kok ngambek kayak gini..?” Lanjutnya.

Dan sesi curhat pun terjadi antara adek dan kakak. Yaitu, Disma dan Darma. Disma menceriakan semua tentang alasannya mengurung diri di dalam kamar, dan kembali lagi. Darma memang selalu bisa dihandalkan dan selalu menjadi tempat curhatan isi hati Disma, Darma berhasil menjadi kakak jagoan Disma. Karena Damra yang memang selalu tak pernah membantah keginginan sang adik. Melainka, ia selalu mensupport dan mendukung sang adik untuk melakukan apa yang Disma senangi.

“Pedahal bang. Disma kan cuman mau membela tim sekolah dalam laga pertandingan sekolah nanti..” Ucap Disma setelah panjang lebar mengeluarkan seluruh curhatan-nya itu

“Tapi… ibu selalu saja melarang Disma..!” Lanjutnya.

“Hemm… ibu memang gitu dek. Maklum, orang tua” Ujar Darma dengan sedikit menyelipkan candaannya kepada sang adik.

“Emangnya, kamu kepengen banget ya dek membela sekolah kamu dalam turnament itu..? Lanjut Darma menanyakan.

“Iya kak, Disma kepengen bantuin sekolah untuk menjuarai trunamen itu” Sahut Disma.

“Emang latihannya mulai kapan si dek..?” Tanya Darma lagi.

“kayaknya latihannya itu besok bang, soalnya pertandingannya dimulai dua minggu lagi” Jawab Disma.

“Hem.. Ya udah. Kalau gitu, besok abang antar kamu pergi latihan ya.” Ucap Darma.

Mendengar perkataan sang kakak itupun tentu membuat Disma begitu senang kegirangan karena sang kakak sendiri yang mau mengantarkannya untuk pergi latihan guna persiapan menuju turnamen.

“Serius bang..? Abang mau ngantarin Disma pergi latihan?” Tanyanya dengan penuh gembira.

“Iya serius lah. Emang abang pernah bercanda kalau soal beginian?” Ujar Darma sembari melempari senyum kepada sang adik.

“Makasih bang, makasih… Abang emang yang paling bisa buat Disma” Ujar Disma yang begitu senang karena sang kakak selalu mendukungnya.

“Husttt jangan rebut-ribut, entar ibu dengar.” Ujar Darma kepada Disma.

“Siap laksanakan” Ujar Disma sembari memperagakan cara mengunci mulut.

“Iya, pokoknya hal ini kita harus rahasiakan ke ibu.” Ujar Darma lagi.

“Tapi bang… gimana kalau ibu sampai tau.?” Tanya Disma yang juga was-was karena takut jika ibunya mengetahui apa yang ia rencanakan dengan sang kakak.

“Pokoknya aman. Selagi diantara kita gak ada yang buka mulut, ibu pasti gak tau.” Jawab Darma meyakinkan Disma.

“Ya udah bang. Disma ngikut ajah kata abang” Ujar Disma.

Disma yang tadinya begitu putus asa dan sudah betul-betul patah semangat karena larangan sang ibu itupun kembali ceriah. Karena, sang kakak yaitu, Darma berhasil membuatnya kemabli bersemangat dan kembali ceria seperti sedia-kala. Di satu sisi, Disma memanglah terbilang kurang beruntung dalam segi dukungan untuk meraih mimpi karena sang ibu yang selalu melarangnya. Namun, disisi lain, ia juga terbilang beruntung karena support dari sang kakak untuknya dalam mewujudkan mimpinya itu. Yaitu, menjadi pesepakboka professional.

*BERSAMBUNG*

Episodes
1 Awal Kisah Dimulai
2 Ke-Tokoh Pak Taslin
3 Pak Radit Si-Pemilik Rumah
4 Penolakan Ibu Siti
5 Kakak Jagoan Disma
6 Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin
7 Kemarahan Ikbal
8 Demi Bola Real Berbohong
9 Ke-Curigaan Ibu Siti
10 Permintaan Maaf Dari Ikbal
11 Sang Kapten
12 Tendangan Bebas Disma
13 Perjuangan Disma DKK
14 Perasaan Resah dan Gelisah
15 Cedera Yang Dialami Disma
16 Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
17 Omelan Maut Sang Ibu
18 Kondisi Disma Yang Semakin Membaik
19 Dua Tamu Asing Tak Dikenal
20 Mimpi Yang Terkubur
21 Kebingungan Disma
22 Alasan Ibu Siti Melarang Disma Bermain Bola
23 Kepergian Disma
24 Menginjakkan Kaki di Ibukota
25 Disma dan Dita
26 Dita si Baik Hati
27 Menemui 4 Orang Menyeramkan
28 Disma vs Dita
29 Sesampainya di Akademi
30 Harapan Yang Musnah
31 Dita Sang Motivator
32 Menandatangani Kontrak
33 Debut Pertama Disma
34 Keirihan Tara Pada Disma
35 Disma Jadi Sorotan
36 Disma Harapan Tim
37 Mencurigai Tara
38 Tendangan Menakjubkan Oleh Tara
39 Hijrah Ke Tim Senior
40 Kepergian Lerry
41 Memasuki Tahap Seleksi
42 Akhir Musim Membuat Tegang
43 Eksekutor Penendang Bebas
44 Pengumuman Kelulusan Seleksi
45 Mengawali Latihan di Timnas
46 Tidak Untuk Di-Sombongkan
47 Mendisiplinkan Para Pemain
48 Tidak Nyaman
49 Kapten Ke-Sebelasan Timnas
50 Akhir Kisah, Sang Peraih Mimpi
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Awal Kisah Dimulai
2
Ke-Tokoh Pak Taslin
3
Pak Radit Si-Pemilik Rumah
4
Penolakan Ibu Siti
5
Kakak Jagoan Disma
6
Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin
7
Kemarahan Ikbal
8
Demi Bola Real Berbohong
9
Ke-Curigaan Ibu Siti
10
Permintaan Maaf Dari Ikbal
11
Sang Kapten
12
Tendangan Bebas Disma
13
Perjuangan Disma DKK
14
Perasaan Resah dan Gelisah
15
Cedera Yang Dialami Disma
16
Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
17
Omelan Maut Sang Ibu
18
Kondisi Disma Yang Semakin Membaik
19
Dua Tamu Asing Tak Dikenal
20
Mimpi Yang Terkubur
21
Kebingungan Disma
22
Alasan Ibu Siti Melarang Disma Bermain Bola
23
Kepergian Disma
24
Menginjakkan Kaki di Ibukota
25
Disma dan Dita
26
Dita si Baik Hati
27
Menemui 4 Orang Menyeramkan
28
Disma vs Dita
29
Sesampainya di Akademi
30
Harapan Yang Musnah
31
Dita Sang Motivator
32
Menandatangani Kontrak
33
Debut Pertama Disma
34
Keirihan Tara Pada Disma
35
Disma Jadi Sorotan
36
Disma Harapan Tim
37
Mencurigai Tara
38
Tendangan Menakjubkan Oleh Tara
39
Hijrah Ke Tim Senior
40
Kepergian Lerry
41
Memasuki Tahap Seleksi
42
Akhir Musim Membuat Tegang
43
Eksekutor Penendang Bebas
44
Pengumuman Kelulusan Seleksi
45
Mengawali Latihan di Timnas
46
Tidak Untuk Di-Sombongkan
47
Mendisiplinkan Para Pemain
48
Tidak Nyaman
49
Kapten Ke-Sebelasan Timnas
50
Akhir Kisah, Sang Peraih Mimpi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!