Demi Bola Real Berbohong

*Demi Bola Rela Berbohong*

Ke-Esokan harinya pada pagi hari. Ibu Siti yang biasanya lebih dulu bangun dari anak-anaknya itupun tak melihat Ikbal berada ditempat tidurnya. Sehingga, Pada saat anak-anaknya bangun, iapun bertanya:

“Kalian liat Ikbal gak? kok sepagi ini udah gak ada dirumah ya.? Tanyanya.

“Gak tau bu bang Ikbal kemana.? Jawab Ratih.

“Hem… Kayaknya belum pulang deh bu dari semalam” Sahut Disma.

“Apa abang kalian masih marah ya sama ibu karena kejadian semalam.? Ujar ibu Siti lagi.

Sejujurnya, dalam lubuk hati ibu Siti yang paling dalam. Ia begitu merasa bersalah karena sudah menuduh anak-anaknya mengambil perhiasan tersebut, yang sebetulnya ia juga belum tahu pasti. Apakah anak-anaknya itu yang mengambil atau bukan. Tetapi sebetulnya karena perhiasan itu sangat berharga dan berarti bagi ibu Siti. Sehingga, iapun tanpa sadar mengatakan hal tersebut seolah-olah menjudge anaknya-lah yang mengambil perhiasannya itu.

“Udahlah bu. Gak usah urusin orang kayak gitu.” Sahut Darma yang terlihat marah karena perlakuan Ikbal yang membentak ibunya tadi malam.

“Gak pulang-pulang juga gak masalah.” Lanjutnya dengan tegas.

“Husttt.!” Tegur ibu Siti kepada Darma.

“Gak boleh ngomong kayak gitu. Dia itu abang kamu nak.” Lanjutnya.

“Ahhhh… Orang yang usdah membentak ibu dan membuat ibu menangis itu gak pantas jadi abang aku.!” Ujar Darma lagi.

Darma memang terbilang sensitif jika itu menyangkut ibunya. Yah walaupun Darma juga sering beradu mulut dan cekcok dengan sang ibu. Namun, ia tak akan tega dan tak akan bisa berbuat lebih dari itu. Apalagi sampai membuat ibunya menangis. Sehingga, ketika melihat sang kakak yaitu, Ikbal membentak sang ibu dan membuat sang ibu sampai meneteskan air mata, iapun terlihat begitu benci dengan Ikbal karena kejadian tersebut.

“Iss kamu ini.” Ujar sang ibu yang tak bisa berkata apa-apa lagi.

“Udah ahh bu. Darma mau berangkat kerja dulu.” Ujarnya lagi.

“Ya udah, kamu hati-hati” Ucap sang ibu.

“Iya bu” Jawab Darma.

Pada saat Darma sudah melangkahkan kaki untuk keluar pintu, dan pada saat ia sudah berada sekitar 50 meter dari rumah Sontak, Disma pun mengejar sang kakak dan meneriakinya:

“Bang. Tunggu…” Teriaknya.

Darma yang mendengar teriakan sang adik itupun seketika berbalik dan menunggu sang adik menghampirinya.

“Kenapa dek.?” Tanya Darma kepada sang adik yang sudah berada dihadapan nya.

“Ewhh… Abang nanti pulang jam berapa.? Tanya Disma kepada sang kakak.

“Kayaknya siang sih dek. Emang kenapa..? Ujar Dama yang kemudian menanyakan kembali.

“Hehehe. gini bang.” Ujar Disma malu-malu sembari menggaruk-garukkan kepalanya itu.

“Entar sore abang jadikan temanin Disma latihan.?” Lanjutnya menanyakan.

“Ya elah dek… kirain apaan.” Ujar Darma.

“Ya jadi dong… masa gak! Lagian kana bang udah janji ke kamu.” Lanjutnya.

“Asikk. Makasih bang.” Ucap Disma yang terlihat begitu senang karena sang kakak akan menemani dia untuk berlatih lagi.

“Ya udah… kalau gitu, abang berangkat kerja dulu ya.” Ujar Darma.

“Iya bang hati-hati.” Jawab Disma yang masih kegirangan.

Siang itu, Disma yang baru saja pulang dari sekolah pun menanti kepulangan sang kakak dari bekerja. Terlihat Disma begitu gelisah karena belum mendapatkan ide atau alasan apa yang akan ia berikan kepada sang ibu nantinya. Ketika ingin pergi berlatih sepakbola di sore nanti.

“Assalamualaikum.” Ucapan salam itu terdengar dari luar rumah ibu Siti.

Disma yang mendengar suara orang memberi salam itupun. Sontak, bergegas lari untuk menghampiri orang yang memberi salam tadi. Karena, yang memberi salam itu adalah kakaknya yaitu, Darma. Sehingga Disma pun begitu bersemnagat ketika mendengar suara sang kakak.

“walaikumsalam.” Sahut Disma yang dengan cepat berlari menemui sang kakak.

“Ehh abang udah pulang.” Ucapnya.

‘Hem kamu ini.” Ujar Darma sembari menyapu rambut Disma dengan tangannya. Karena ia tahu jika adiknya itu sudah tidak sabar untuk pergi berlatih.

Dan pada saat jam menunjukkan pukul 14.30 WIB. Darma sudah siap mengantar sang adik untuk berlatih. Namun, lagi dan lagi. Ibunya kembali menanyakan mengenai kepergian mereka itu. Tapi, Darma yang tak kehabisan akal itupun mencoba memberi alasan yang logis agar ibunya bisa menerima alasannya itu.

“Mau kemana kalian.? Tanya sang ibu yang terlihat serius.

“Oh ini bu. Darma mau temanin Disma pergi kerja tugas kelompok ditempat temannya.” Ujar Darma dengan alasanya.

“Loh… kok gak bilang-bilang ke ibu sih Disma kalau kamu itu ada tugas kelompok.?” Tanya sang ibu lagi.

“Ewhh iya bu maaf, tadi Disma lupa kalau Disma itu ada tugas kelompok.” Jawab Disma kemudian melanjutkan.

“Untung ajah ada bang Darma yang ngingetin Disma.” Lanjutnya.

“Loh… kok Darma yang ingetin? emangnya tugas kelompoknya kapan dibagikan.” Tanya Sang ibu lagi yang terlihat penuh kecurigaan.

Seketika, Darma yang menyadari jika ibunya itu mulai curiga. Iapun menginjak kaki Disma sebagai kode agar Disma mengikuti apa yang akan ia katakana ke ibunya.

“Kemarin bu.” Ujar Darma menjawab dengan cepat pertanyaan ibunya itu.

“Jadi itu kemarin bu, Disma ngasih tahu ke Darma kalau dia itu ada tugas kelompok.” Lanjutnya.

“Iya bu kemarin.” Jawab Disma juga mengikut sang kakak.

“Terus… Darma ngapain ikut.?” Tanya ibu Siti lagi.

“Iya bu, Jadi Disma itu sengaja ajakin bang Darma. Takutnya, tugas kelompoknya itu lama kelarnya bu, kalau lama kelarkan otomatis Disma bakalan pulang malam, dan Disma itu takut kalau harus pulang sendiri di malam hari. Makanya, Disma ajakin bang Darma deh.” Ujar Disma yang terus bergantian dengan sang kakak untuk memberi alasan kepada sang ibu.

“Oh… ya udah kalau gitu. Kalian berangkat gih sekarang, biar tugasnya juga cepat selesai.” Ujar ibu Siti yang sepertinya sduah dapat menerima alasan Disma dan Darma itu.

Ya udah bu kalau gitu… kita berangkat dulu ya.” Ujar Disma dan Darma sembari menyalimi sang ibu.

“Iya hati-hati.” Ucap ibunya.

“Ingat! Jangan pulang kemalaman ya..” Lanjutnya mengingati sang anak.

Tentu saja. Ketika, sudah berada jauh dari jangkauan sang ibu. Terlihat, Darma dan Disma begitu legah. Karena, saat-saat paling menegangkan itu menurut mereka pada saat ibunya melontarkan pertnyaan-pertanyaan penuh curiga kepada mereka.

“Ahhh, akhirnya… kita aman lagi kali ini.” Ujar Darma sambil menghembuskan nafas.

“Iya bang, kali ini kita masih aman. Tapi, gak tahu hari esok dan seterusnya gimana.” Ucap Disma yang juga merasa legah untuk hari ini.

“Udah… Persoalan besok, gak usah kita pikirkan hari ini.” Ujar sang kakak.

“Yang penting sekarang kita udah aman. mengenai besok… ya besok ajah kita pikirkan” Lanjutnya.

“Iya kak” Ucap sang adik.

“Ayo kak buruan, pak guru pasti udah nungguin.” lanjutnya dan merekapun mempercepat langkah kakinya menuju tempat latihan.

*BERSAMBUNG*

Episodes
1 Awal Kisah Dimulai
2 Ke-Tokoh Pak Taslin
3 Pak Radit Si-Pemilik Rumah
4 Penolakan Ibu Siti
5 Kakak Jagoan Disma
6 Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin
7 Kemarahan Ikbal
8 Demi Bola Real Berbohong
9 Ke-Curigaan Ibu Siti
10 Permintaan Maaf Dari Ikbal
11 Sang Kapten
12 Tendangan Bebas Disma
13 Perjuangan Disma DKK
14 Perasaan Resah dan Gelisah
15 Cedera Yang Dialami Disma
16 Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
17 Omelan Maut Sang Ibu
18 Kondisi Disma Yang Semakin Membaik
19 Dua Tamu Asing Tak Dikenal
20 Mimpi Yang Terkubur
21 Kebingungan Disma
22 Alasan Ibu Siti Melarang Disma Bermain Bola
23 Kepergian Disma
24 Menginjakkan Kaki di Ibukota
25 Disma dan Dita
26 Dita si Baik Hati
27 Menemui 4 Orang Menyeramkan
28 Disma vs Dita
29 Sesampainya di Akademi
30 Harapan Yang Musnah
31 Dita Sang Motivator
32 Menandatangani Kontrak
33 Debut Pertama Disma
34 Keirihan Tara Pada Disma
35 Disma Jadi Sorotan
36 Disma Harapan Tim
37 Mencurigai Tara
38 Tendangan Menakjubkan Oleh Tara
39 Hijrah Ke Tim Senior
40 Kepergian Lerry
41 Memasuki Tahap Seleksi
42 Akhir Musim Membuat Tegang
43 Eksekutor Penendang Bebas
44 Pengumuman Kelulusan Seleksi
45 Mengawali Latihan di Timnas
46 Tidak Untuk Di-Sombongkan
47 Mendisiplinkan Para Pemain
48 Tidak Nyaman
49 Kapten Ke-Sebelasan Timnas
50 Akhir Kisah, Sang Peraih Mimpi
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Awal Kisah Dimulai
2
Ke-Tokoh Pak Taslin
3
Pak Radit Si-Pemilik Rumah
4
Penolakan Ibu Siti
5
Kakak Jagoan Disma
6
Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin
7
Kemarahan Ikbal
8
Demi Bola Real Berbohong
9
Ke-Curigaan Ibu Siti
10
Permintaan Maaf Dari Ikbal
11
Sang Kapten
12
Tendangan Bebas Disma
13
Perjuangan Disma DKK
14
Perasaan Resah dan Gelisah
15
Cedera Yang Dialami Disma
16
Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
17
Omelan Maut Sang Ibu
18
Kondisi Disma Yang Semakin Membaik
19
Dua Tamu Asing Tak Dikenal
20
Mimpi Yang Terkubur
21
Kebingungan Disma
22
Alasan Ibu Siti Melarang Disma Bermain Bola
23
Kepergian Disma
24
Menginjakkan Kaki di Ibukota
25
Disma dan Dita
26
Dita si Baik Hati
27
Menemui 4 Orang Menyeramkan
28
Disma vs Dita
29
Sesampainya di Akademi
30
Harapan Yang Musnah
31
Dita Sang Motivator
32
Menandatangani Kontrak
33
Debut Pertama Disma
34
Keirihan Tara Pada Disma
35
Disma Jadi Sorotan
36
Disma Harapan Tim
37
Mencurigai Tara
38
Tendangan Menakjubkan Oleh Tara
39
Hijrah Ke Tim Senior
40
Kepergian Lerry
41
Memasuki Tahap Seleksi
42
Akhir Musim Membuat Tegang
43
Eksekutor Penendang Bebas
44
Pengumuman Kelulusan Seleksi
45
Mengawali Latihan di Timnas
46
Tidak Untuk Di-Sombongkan
47
Mendisiplinkan Para Pemain
48
Tidak Nyaman
49
Kapten Ke-Sebelasan Timnas
50
Akhir Kisah, Sang Peraih Mimpi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!