Penolakan Ibu Siti

*Penolakan Ibu Siti*

(Lima Tahun Kemudian)

Waktu pun terus berlalu. Detik berganti menit, menit berganti jam dan jam berganti hari begitupun pagi yang silih berganti berganti ke malam dan Kini tak terasa, waktu yang terus berjalan itu sudah berlalu lima tahun lamanya. Sehinga Disma pun kini sudah berusia 12 Tahun dan ia sudah menduduki kelas 1 SMP. Walaupun waktu yang sudah berlalu lima tahun itu tak memudarkan keinginan Disma untuk meraih mimpinya menjadi seorang pemain sepakbola professional. Dan hal itu terlihat ketika ia ditawari oleh guru olahraga nya untuk ikut serta dalam sebuah turnament sepakbola antar sekolah.

“DISMA” Ucap temannya.

“Iya Gar. Ada apa?” Tanya Disma kepada temannya itu yang bernama Elgar.

“Kamu dicariin sama pak Erwin Dis” Ucap Elgar.

“Emang kenapa pak Erwin nyariin aku?” Tanya Disma lagi.

“Ya gak tau, tadi dia cuman nyuruh aku untuk manggilin kamu utnuk ke ruangannya dia” Ujar Elgar lagi.

“Hemm. Ya udah deh, aku keruangan pak Erwin dulu kalau gitu” Ujar Disma, dan segera Disma pun menuju ruanga pak Erwin untuk menemuinya.

“Permisi pak” ucap Disma ketika sudah berada di ruangan pak Erwin.

“Ehh Disma. Sini, duduk dulu, ada yang ingin bapak bicarakan ke kamu” Ujar pak Erwin.

“Ada apa ya pak? Katanya bapak cariin saya?” tanya Disma.

“Iya Dis, bapak emang nyariin kamu. Soalnya, ada yang ingin bapak bicarakan ke kamu” Ujar pak Erwin.

“Hemm apa itu pak?” Tanya Disma lagi.

“Jadi gini Dis, kamu udah dengar gak tentang turnament sepakbola antar sekolah itu?” Ucap pak Erwin.

“Oh iya pak. Saya sempat dengar mengenai turnamen itu, dan kalau gak salah turnament itu akan dimulai 2 minggu kedepan” Ucap Disma.

“Nahh itu dia Dis maksud bapak. Jadi maksud bapak panggil kamu itu untuk bicarakan persoalan turnamen ini. Jadi, bapak berharap kamu bisa ikut serta membela sekolah kita dalam turnament itu” Ucap pak Erwin dan mengajak Disma untuk ikut serta membela sekolahnya dalam ajang turnament sepakbola antar sekolah itu.

“Hemm. Tapi pak… saya belum bisa pastiin bisa ikut apa enggak di turnament itu” Ujar Disma.

Disma sebetulnya sangatlah tertarik oleh tawaran gurunya itu. Namun, di lain sisi ia juga ragu untuk ikut serta dalam turnament tersebut, dikarenakan ibunya yang sampai saat ini masih melarang keras Disma bermain sepakbola.

“Lohh? Emang kenapa Dis? Kamu itu berbakat lohh, dan bapak yakin, jika kamu ikut bergabung dalam tim , sekolah kita pasti bisa meraih juara” Ucap pak erwin yang terus meyakinkan Disma untuk dapat ikut serta dalam turnament itu.

“Bukan apanya si pak. Tapi… ibu saya itu gak pernah setuju kalau Disma bermain bola” Ucap Disma menjelaskan permasalahan-nya.

“Kalau ibu tau Disma bermain bola lagi, pasti ibu bakalan marah besar pak!” Lanjutnya.

“Hemmm ya udah kalau gitu, entar sepulang sekolah bapak mampir ke rumah kamu untuk meminta restu ibu kamu ya” Ucap pak Erwin yang beniat untuk membantu Disma membujuk sang ibu.

Pada saat pak Erwin berkata seperti itu. Terlihat, Disma pun terasa senang karena kali ini pak gurunya-lah yang langsung menangani ibunya, dia yakin jika pak Erwin yang berbicara kepada ibunya nanti pasti ibunya akan setuju jika Disma bermain bola untuk membela Sekolahan nya dalam ajang Turnament antar sekolah itu.

“Kring, kring, kring” Suara bel sekolah berbunyi beberapa kali.

Disma yang mendengar suara bel sekolah yang sudah berbunyi itupun terlihat begitu semangat dan segera iapun mendatangi pak Erwin agar segera menemui ibunya.

“Permisi pak” Ucap Disma yang sudah berada di depan pintu ruangan pak Erwin.

“Ehh Disma. Bentar ya bapak kemasin barang-barang bapak dulu” Sahut pak Erwin ketika melihat Disma.

“Iya pak. Disma tungguin” Sahut Disma.

Terlihat Disma begitu semangat dan tak sabar lagi untuk membawa pak Erwin menemui ibunya untuk membicarakan perosalan turnamen sepak bola itu.

“Ayo Dis” Ucap pak Erwin yang sudah siap menuju rumah Disma.

Dan segera Disma pun berangkat bersama pak Erwin menuju rumahnya untuk menemui sang ibu, dan setibanya dirumahnya, Disma pun memberikan salam:

“Assalamualaikum”

“Bu, ibu” Ujarnya dariluar rumahnya.

“Walaikumsalam” Sahut sang ibu ketika mendengar salam dari anaknya itu dan segera ibu Siti pun keluar untuk melihat.

“Ehh ada pak guru” Ujarnya ketika melihat Disma yang bersama gurunya itu.

“Duduk dulu pak” Lanjutnya mempersilahkan pak Erwin untuk duduk dibangku yang ada di teras rumahnya itu.

“Hehe iya bu, terima kasih” Sahut pak Erwin.

“Oh iya pak, mau minum apa? biar saya siapin” Tanya ibu kepada pak Erwin.

“Gak usah bu. Gak usah repot-repot, lagian saya hanya sebentar saja” Jawab Erwin.

“Bu, mkasud kedatangan pak Erwin kesini itu karena ada yang mau pak Erwin bicarakan ke ibu” Ujar Disma memberitahukan sang ibu maksud tujuan gurunya itu.

“Oh ya? kira-kira ada apa ya pak?” Tanya ibu Siti lalu melanjutkan:

“Apa Disma bermasalah di sekolah pak?” Lanjutnya.

“gak kok bu. Lagian Disma ini anak yang baik, dia gak pernah lakuin hal yang aneh-aneh apalagi buat masalah di sekolah” Ujar pak Erwin.

“Syukurlah kalau begitu pak” Ucap ibu siti dan melanjutkan lagi:

“Terus..? yang ingin bapak bicarakan ke saya apa?” tanyanya melanjutkan.

“Jadi gini bu…” Ucap pak Erwin mulai membahas terkait Dimas yang ia inginkan untuk ikut serta dalam turnament itu.

Pak Erwin yang secara perlahan menjelaskan hal tersebut pun seketika membuat ibu Siti terlihat seperti sedikit risih dengan apa yang disampaikan oleh pak Erwin dan pada saat menjelaskan panjang lebar hingga di akhir pembahasan pak Erwin pun berkata:

“Jadi harapan saya bu, selaku guru olahraga Disma agar ibu mau mengizinkan Disma bermain bola untuk membela sekolah bu” Ucapnya.

“Aduhhh maaf pak, alau untuk hal lain mungkin saya bisa mengizinkan. Tapi, kalau tentang bola maaf maaf saja pak, saya gak bisa izinin anak saya” Jawab ibu Siti dengan tegas.

Lagi dan lagi. Harapan Disma kembali dikecewakan oleh harpan-nya. Yang dimana ia sangat berharap kedatangan sang guru untuk menyampaikan secara langsung kepada ibunya itu akan membuat ibunya meng-izinkan dia untuk bermain sepakbola.

“Kenapa bu? Pedahal anak ibu ini sangat berbakat, dan bakatnya ini bisa jadi prestasi untuk dia bu ketika Disma ikut serta dalam turnamen untuk membela sekolah” Ucap pak Erwin dan melanjutkan lagi:

“Dan saya yakin… jika Disma bergabung dalam tim, sekolahan kami pasti bisa menjuarai turnamen itu bu.!” Lanjutnya.

“Saya mengerti pak… tapi, sayam mohon maaf sekali pak. Kalau persoalan sepakbola saya tidak bisa mengizinkan Disma.” Sahut ibu Siti yang terus saja menentang Disma dalam hal sepakbola.

*Bersambung*

Episodes
1 Awal Kisah Dimulai
2 Ke-Tokoh Pak Taslin
3 Pak Radit Si-Pemilik Rumah
4 Penolakan Ibu Siti
5 Kakak Jagoan Disma
6 Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin
7 Kemarahan Ikbal
8 Demi Bola Real Berbohong
9 Ke-Curigaan Ibu Siti
10 Permintaan Maaf Dari Ikbal
11 Sang Kapten
12 Tendangan Bebas Disma
13 Perjuangan Disma DKK
14 Perasaan Resah dan Gelisah
15 Cedera Yang Dialami Disma
16 Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
17 Omelan Maut Sang Ibu
18 Kondisi Disma Yang Semakin Membaik
19 Dua Tamu Asing Tak Dikenal
20 Mimpi Yang Terkubur
21 Kebingungan Disma
22 Alasan Ibu Siti Melarang Disma Bermain Bola
23 Kepergian Disma
24 Menginjakkan Kaki di Ibukota
25 Disma dan Dita
26 Dita si Baik Hati
27 Menemui 4 Orang Menyeramkan
28 Disma vs Dita
29 Sesampainya di Akademi
30 Harapan Yang Musnah
31 Dita Sang Motivator
32 Menandatangani Kontrak
33 Debut Pertama Disma
34 Keirihan Tara Pada Disma
35 Disma Jadi Sorotan
36 Disma Harapan Tim
37 Mencurigai Tara
38 Tendangan Menakjubkan Oleh Tara
39 Hijrah Ke Tim Senior
40 Kepergian Lerry
41 Memasuki Tahap Seleksi
42 Akhir Musim Membuat Tegang
43 Eksekutor Penendang Bebas
44 Pengumuman Kelulusan Seleksi
45 Mengawali Latihan di Timnas
46 Tidak Untuk Di-Sombongkan
47 Mendisiplinkan Para Pemain
48 Tidak Nyaman
49 Kapten Ke-Sebelasan Timnas
50 Akhir Kisah, Sang Peraih Mimpi
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Awal Kisah Dimulai
2
Ke-Tokoh Pak Taslin
3
Pak Radit Si-Pemilik Rumah
4
Penolakan Ibu Siti
5
Kakak Jagoan Disma
6
Perbincangan Hangat Darma dan Pak Erwin
7
Kemarahan Ikbal
8
Demi Bola Real Berbohong
9
Ke-Curigaan Ibu Siti
10
Permintaan Maaf Dari Ikbal
11
Sang Kapten
12
Tendangan Bebas Disma
13
Perjuangan Disma DKK
14
Perasaan Resah dan Gelisah
15
Cedera Yang Dialami Disma
16
Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
17
Omelan Maut Sang Ibu
18
Kondisi Disma Yang Semakin Membaik
19
Dua Tamu Asing Tak Dikenal
20
Mimpi Yang Terkubur
21
Kebingungan Disma
22
Alasan Ibu Siti Melarang Disma Bermain Bola
23
Kepergian Disma
24
Menginjakkan Kaki di Ibukota
25
Disma dan Dita
26
Dita si Baik Hati
27
Menemui 4 Orang Menyeramkan
28
Disma vs Dita
29
Sesampainya di Akademi
30
Harapan Yang Musnah
31
Dita Sang Motivator
32
Menandatangani Kontrak
33
Debut Pertama Disma
34
Keirihan Tara Pada Disma
35
Disma Jadi Sorotan
36
Disma Harapan Tim
37
Mencurigai Tara
38
Tendangan Menakjubkan Oleh Tara
39
Hijrah Ke Tim Senior
40
Kepergian Lerry
41
Memasuki Tahap Seleksi
42
Akhir Musim Membuat Tegang
43
Eksekutor Penendang Bebas
44
Pengumuman Kelulusan Seleksi
45
Mengawali Latihan di Timnas
46
Tidak Untuk Di-Sombongkan
47
Mendisiplinkan Para Pemain
48
Tidak Nyaman
49
Kapten Ke-Sebelasan Timnas
50
Akhir Kisah, Sang Peraih Mimpi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!