Tiger Vs Miss Kitty
Sebuah mobil lamborghini melaju kencang di siang hari itu. Suasana jalanan yang lengang membuat si pengemudi semakin memacu kendaraannya semakin kencang.
Seorang pria yang mengemudikan mobil mewah tersebut menganggukan kepala selaras dengan dentuman musik yang menggelegar. Bahkan satu tangannya beralih dari stir kemudi untuk menaikan volume musik.
Di sampingnya, seorang wanita muda menggelayut manja pada si pria dengan ekspresi wajah yang berseri-seri. Bagaimana tidak? Wanita itu baru saja mendapatkan kado berupa jam tangan mewah dari kekasihnya, alis si pengemudi mobil lamborghini.
"Tiger sayang, makasih ya atas kadonya. Kamu paling pinter kalau bikin aku seneng," ungkap Rihana pada kekasihnya, Tiger.
Pria berkulit putih itu pun hanya melirik dan mengecup puncak kepala Rihana sekilas. Lalu kembali fokus menyetir.
"Semua yang kamu mau, Sayang, pasti akan aku turuti."
Mendengar kata-kata itu, senyum di bibir Rihana semakin berkembang. Dia pun langsung memikirkan benda apa lagi yang dapat dia pinta dari Tiger.
"Sayang, bagaimana kalau besok kita jalan-jalan. Aku sudah mulai sumpek sama pekerjaan aku nih."
Tiger mengerutkan alisnya, pertanda dia bingung. "Jalan-jalan? Jalan-jalan kemana?"
"Kemana aja deh terserah kamu," kata Rihana bersikap pasrah. Agar dia tidak terlihat terlalu menghasut Tiger. Lalu dia melanjutkan ucapannya, "Tapi jalan-jalan ke luar negeri kayaknya bagus deh. Kapan lagi kita bisa ke luar negeri?"
Tiger berdecak tanpa mengalihkan perhatiannya dari jalanan. Terlihat jelas bahwa Tiger keberatan dengan permintaan Rihana yang satu ini.
"Sayang, jalan-jalannya nanti saja ya? Akhir-akhir Daddy Elang selalu kasih aku tugas kantor banyak banget."
Seketika Rihana mengerucutkan bibir dan dia menggeser duduknya sedikit menjauhi Tiger. Dipalingkannya muka memandang ke luar jendela, membuat Tiger menjadi merasa gusar.
"Are you okey?" tanya Tiger.
"I'm okey," jawab Rihana dengan ekspresi kesal.
Tiger berusaha untuk tetap tenang dan menghirup nafas dalam. Kembali satu tangannya mengulur mengusap kepala Rihana dengan lembut.
Sebenarnya Rihana langsung luluh dengan sikap lembut Tiger namun dia berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan sikap jutek demi keinginannya terkabul.
Rihana bahkan kembali memalingkan muka agar tidak melihat pesona memikat dari seorang Tiger.
"Kalau kamu nggak kabulin permintaan aku, itu artinya kamu sudah nggak sayang lagi sama aku," sungut Rihana tanpa menatap Tiger.
"Kata siapa? Aku sayang sama kamu kok," Tiger menarik nafasnya kembali sambil terus melajukan mobil meski kali ini dia mengurangi kecepatannya. "Oke deh. Nanti aku bakal diskusi dulu sama Daddy. Kalau Daddy Elang setuju aku ambil cuti, kita jalan-jalan. Kemana pun kamu mau."
Detik berikutnya, Rihana langsung memutar badannya dengan wajah sumringah. Bibir tebalnya yang tadi mengerucut kini telah berubah membentuk senyum lebar.
"Serius?"
"Dua rius malah."
Rihana menjerit seraya mengalungkan lengannya di leher Tiger. Dia mendekap pria itu dengan sangat erat seperti tidak mau lepas darinya.
"Thank you so much, Tiger," kata Rihana bernada manja.
Tiger hanya tersenyum tipis. Tak lama setelah itu, dia menghentikan mobilnya di sebuah bangunan apartemen mewah.
Tiger menunjuk ke gedung itu pada Rihana yang menunjukan bahwa mereka sudah sampai di tempat tujuan.
Rihana melirik sekilas pada gedung apartemen yang menjadi tempat tinggalnya selama satu tahun terakhir ini. Untuk terakhir kalinya dia memeluk Tiger dan meninggalkan kecupan di pipi.
"Bye, Sayang. Hubungi aku nanti malam oke?"
Tiger tampak berpikir. Lalu dia berkata, "Oke, Sayang."
Akhirnya sepasang kekasih itu pun berpisah dengan turunnya Rihana dari mobil mewah tersebut. Di dalam mobil Tiger mengamati Rihana yang berjalan menuju ke dalam gedung dengan langkah yang ringan dan ceria.
Kemudian, Tiger segera memutar kemudi untuk membaur kembali ke jalanan ibukota. Tiger kembali melajukan mobil dengan kecepatan kencang, menyalip beberapa kendaraan lain yang ada di depan.
Tak sampai lima belas menit, dia sudah sampai di sebuah cafe. Dia turun sambil memakai kacamata hitam kesayangannya.
Begitu berada di dalam cafe, Tiger mengedarkan pandangan ke sekeliling. Lalu bibirnya tersenyum tipis kala mendapati seorang wanita cantik yang duduk sendirian.
Tiger pun berjalan menghampiri wanita itu yang sibuk dengan ponselnya. Bahkan wanita itu tidak sadar ada Tiger yang mendekatinya.
Sampai akhirnya…
Cup.
Tiger mengecup pipi kanan wanita itu secara tiba-tiba. Membuat wanita itu terlonjak kaget dan seketika menoleh ke arah Tiger.
"Tiger," seru wanita berambut lurus panjang itu.
"Halo, Miranda Sayang. Nunggu lama ya?" tanya Tiger berbasa-basi sambil menjatuhkan bokongnya ke kursi yang ada di samping Miranda.
"Enggak kok. Aku juga baru sampai."
Tiger menggenggam kedua tangan Miranda yang berada di atas meja. Dengan eskpresi wajah yang penuh menyakinkan, dia menatap lurus pada dua bola mata Miranda.
"Maaf ya, aku telat karena sebenarnya aku berusaha membelikan ini buat kamu," kata Tiger mengeluarkan sebuah kotak beludru merah.
Mirana pun semakin terperanjat melihat benda kecil itu. Semua wanita pun pasti tahu akan apa isi dari kotak merah tersebut.
Namun, Miranda tetap tenang dan pura-pura tidak tahu. "Apa ini, Sayang?"
"Buka saja."
Dengan hati yang bergetar Miranda pun membuka kotak itu secera perlahan. Bibirnya tertarik ke atas membentuk senyuman sempurna, bola mata sipit itu berbinar tatkala memandang cincin yang semat di dalam kotak.
"Sayang, ini bagus banget," jerit Miranda yang sudah tidak bisa menahan rasa senangnya.
"Sini aku pakaikan ya?"
Tiger mengambil cincin di dalam kotak, menyematkannya di jari manis Miranda dengan perasaan was-was takut cincin itu tidak pas.
Namun, Tiger menghembuskan nafas lega kala keinginannya sesuai harapan. Cincin yang seharusnya diberikan untuk Rihana ternyata pas di jemari Miranda.
Bahkan wanita berambut lurus panjang itu tampak senang bukan main. Dia membolak-balikan telapak tangannya ingin melihat cincin itu dari berbagai sudut.
"Sayang, apakah ini tandanya kamu melamar aku?" tanya Miranda to the point.
Wajah Tiger langsung berubah tanpa ekspresi. Dia terdiam selama beberapa saat.
"Tiger," panggil Miranda sambil mengguncangkan bahu Tiger. "Kok kamu diam? Kamu mau melamar aku jadi istri kamu kan?
"Errhmm sebenarnya," Tiger menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Suasana hati Tiger berubah menjadi tidak enak.
"Sebenarnya apa?" Miranda kembali bertanya dengan raut muka jengkel.
Tiger tersenyum lalu mengusap poni Miranda karena itulah jurus andalannya saat menghadapi wanita yang mulai menunjukan tanda-tanda mengamuk.
"Aku bukan mau melamar kamu sekarang, Sayang. Tapi suatu hari nanti kalau kita memang jodoh pasti kita bakal menikah kok."
"Ck alasan," bantah Miranda. Seketika dia bangkit berdiri. "Kamu pasti punya wanita lain kan? Ayo ngaku!"
"Miranda, kok kamu bilang begitu aku itu…"
Drrt… drrtt… ddrrtt…
Belum selesai Tiger menyelesaikan ucapannya, ponsel Tiger yang ada di saku jas bergetar dan segera dia merogoh benda canggih itu.
"Nah, itu pasti dari simpanan kamu kan?" teriak Miranda berkacak pinggang.
"Nggak, Miranda. Ini Mommy aku yang telepon," Tiger membela diri sambil menunjukan layar ponselnya.
Dan memang benar, jika yang meneleponnya adalah Ayana, ibu kandung dari Tiger.
Tak ingin berlama-lama, Tiger meminta pada Miranda untuk mencari tempat sepi agar dia bisa menerima telepon dari Ayana.
Begitu telepon menempel di daun telinga Tiger, saat itu juga terdengar suara lengkingan.
"Tttiiiggeerr."
Segera Tiger menjauhkan ponsel dari telinga yang tak kuat merasakan sakit, mengusapnya dengan telapak tangan, lalu menempelkannya lagi.
"Yes, Mom."
"Di mana kamu? Cepat pulang! Ada yang ingin Mommy bicarakan sama kamu."
"Tapi, Mom."
"Sekarang!" teriak Ayana. "Atau kamu bakal Mommy cabut dari ahli waris."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments