Tiger berjongkok di balik semak dan mengamati sekitar tujuh perempuan yang sedang mandi di sungai. Bola mata Tiger membelalak dan tak mau berkedip.
Bagaimana tidak semua wanita yang hampir sebaya itu memang terlihat cantik-cantik. Namun, ada satu wanita yang membuat terpusat Tiger hanya pada satu gadis.
Gadis itu berkulit putih. Meski tertutup oleh kain kemben, tapi Tiger dapat melihat bahwa badan gadis itu langsing dan mungil.
Di saat Tiger berdecak memandang bentuk tubuh sang wanita, secara bersamaan pula wanita itu menoleh pada Tiger dan sontak wanita itu pun berteriak kencang.
"Buaya darat! Ada buaya darat!"
Seketika para gadis terkesiap dan menoleh ke arah yang ditunjuk temannya. Mereka juga ikut berteriak karena terkejut menyadari ada pria yang sedang mengintip.
Lalu para gadis bergegas menuju tepi sungai, mengambil handuk untuk menutupi bagian atas tubuh mereka.
Meskipun mereka sudah memakai kemben. Namun, tetap saja. Bagi mereka terasa malu jika bertelanjang bahu di depan seorang laki-laki yang tidak di kenal.
"Hai, kamu siapa? Dan mau di sini?" tanya wanita yang pertama memergoki Tiger.
Seketika Tiger angkat tangan dengan wajah gugup.
"Maaf, aku bukan bermaksud ngintip kalian mandi. Tapi aku…"
Bugh.
Tanpa menunggu Tiger menyelesaikan ucapannya, wanita itu sudah lebih dahulu meninju hidung Tiger sampai mengeluarkan darah.
Tiger meringis sambil mengusap darah yang mengalir di hidungnya. Lalu memandang jengkel pada si wanita.
Tiger menyadari jika baru pertama kali ini ada wanita yang berani memukulnya. Maka Tiger yang pada awalnya sangat terpikat pada wanita itu malah berubah terbalik dalam sekejap.
Tiger menjadi kesal sebab wanita itu tertawa mengejek setelah memukulnya. Membuat Tiger merasa harga dirinya diinjak-injak.
"Hai, wanita!" seru Tiger. "Kamu tahu pria yang kamu pukul ini anak siapa, hah?"
Wanita itu hanya berdecih. Lalu berkata dengan bercakak pinggang dan bernada berani, "Mau anak presiden pun aku nggak takut."
"Sudah lah, Siti. Biarin aja. Sepertinya dia bukan pemuda sini," ucap salah satu wanita yang ingin menyudahi pertengkaran Siti dengan pemuda tak dikenal.
"Nggak bisa. Justru karena dia bukan orang sini, makanya harus tahu diri. Jangan berbuat seenaknya aja!" kata Siti berapi-api.
"Hey, kamu itu terlalu percaya diri. Lagi pula siapa juga yang mau lihat cewek kampung seperti kalian."
Siti melempar pandangan tajam ke arah Tiger dengan kilat api kemarahan yang semakin membara. Namun, Tiger tampaknya tidak memperdulikan ekspresi Siti itu.
Tiger malah terus melanjutkan ucapannya dengan nada mengejek. "Mana mungkin aku bakal suka sama kalian itu. Sudah dari kampung, dekil, apalagi kamu. Siapa kamu tadi namanya? Siti?"
Tiger menyeringai, memandang sekilas Siti dengan tatapan tak berselera. "Dari namanya saja sudah kampungan."
Plak.
Sekali lagi Siti melayangkan tamparan yang cukup keras dan tak dapat Tiger hindari. Kali ini pipi kirinya yang jadi sasaran, mulai memerah dan terasa perih.
"Jangan sombong kamu ya! Mau adu berantem sama aku?" pekik Siti yang maju satu langkah mendekati Tiger.
Siti berniat memberi pelajaran pada pria sombong yang dia sendiri tidak tahu namanya. Akan tetapi baru satu langkah dia maju, rupanya Siti tidak melihat ada sebongkah batu menghalangi jalannya.
Akibatnya, Siti tersandung dan ujung kain kembennya terinjak oleh kakinya sendiri yang membuat kain itu terurai ke bawah.
"Aaagghhh! Siti!"
Semua kawan Siti yang melihat hal itu langsung menjerit malu. Sementara jangan tanyakan bagaimana wajah Siti sekarang ini.
Kedua pipi Siti memerah laksana udang yang baru saja ditebus. Segera dia mengambil kain yang tergeletak di tanah dan menutupi lagi badannya.
Keinginan Siti untuk menghajar Tiger rupanya sudah hilang akibat insiden merosotnya kain kemben. Membuat Siti memilih untuk berbalik badan dan pergi meninggalkan sungai.
Diikuti juga oleh teman-temannya yang lain. Sedangkan Tiger masih mematung di tempat. Bola matanya membelalak tak menyangka akan mendapat pemandangan indah meski hanya dalam beberapa detik.
Tiger berusaha sekuat tenaga untuk menelan salivanya dengan susah payah. Mendadak sesuatu yang ada di bawah perutnya menegang tanpa diminta.
"Gila tuh cewek ya?" gumam Tiger yang langsung memalingkan muka lalu tersenyum. "Siapa namanya tadi? Siti?"
Kemudian Tiger berbalik badan dan berjalan pulang. Setiap langkah kakinya menapaki jalan berbatu menuju rumah Pak Mansur, benak Tiger tidak bisa lepas dari sosok perempuan bernama Siti.
Bibir Tiger tersungging membentuk senyuman tanpa dia sadari. Begitu pula tangannya yang tanpa sengaja selalu mengusap pipi bekas tamparan Siti.
"Kalau dipikir-pikir, cewek tadi nggak seperti cewek desa pada umumnya. Kulitnya putih halus, rambutnya juga bagus, kok bisa ya? Dia tinggal di tempat seperti ini?"
"Siapa yang cantik?" celetuk Farhan yang memergoki Tiger sedang berbicara sendiri.
Tiger pun tersentak kaget akibat suara farhan itu. Dia menoleh ke sekeliling dan baru menyadari kalau dia telah tiba di depan rumah Pak Mansur.
Rambut Farhan tampak basah dan badannya pun terlihat segar. Kentara sekali jika dia baru saja mandi.
"Brian mana?" Tiger bertanya untuk mengalihkan pembicaraan.
"Hey, jawab dulu pertanyaan aku! Siapa yang cantik?"
"Ibu aku," jawab Tiger malas. Detik berikutnya, dia hendak berjalan menerobos badan Farhan karena tak mau di introgasi lebih lanjut.
Namun, tangan Farhan lebih dulu mencengkram lengan Tiger. Sehingga pria itu tidak bisa berkutik.
"Jangan bohong, Ger! Aku tahu kamu pasti baru ketemu cewek cantik kan?"
Tiger menghela nafas panjang dan memutar bola matanya malas.
"Kalau iya kenapa?" ucap Tiger jujur pada akhirnya
"Tiger, aku tuh heran banget sama kamu. Kamu gampang banget dapet cewek. Sepertinya setiap cewek cantik memang ditakdirkan untuk ketemu sama kamu. Lah sementara aku? Dari dulu jomblo terus."
Tiger tersenyum bangga setelah mendengar ucapan Farhan. Tingkat kesombongannya naik menjadi satu tingkat.
Lalu Farhan pun mengalungkan satu lengannya di bahu Tiger. Dia merangkul sahabatnya itu lalu berbisik.
"Bagi-bagi dong, Tiger. Jangan semua cewek cantik kamu embat semua."
Tiger hanya menghembuskan nafas seraya menjatuhkan lengan Farhan dari bahunya. "Makanya usaha sendiri dong. Eh, ngomong-ngomong, Brian mana?"
Tiger mengedarkan pandangan ke sekeliling dan memang sejak tadi dia tidak melihat penampakan dari sahabatnya yang satu lagi bernama Brian.
"Brian pergi sama Pak Mansur ke rumah Pak RT."
"Ooh."
*
*
*
Petang itu, di depan rumah Pak RT, tampak tiga orang pria duduk di kursi teras. Mereka bercakap-cakap dengan santai kecuali salah satu dari tiga orang tersebut yang lebih banyak diam.
Orang itu tak lain adalah Brian. Dia pergi bersama Pak Mansur untuk menemui Pak Rt.
Jujur, Brian begitu bosan berada di tengah-tengah Pak Rt dan juga Pak Mansur. Kedua bapak-bapak itu membicarakan obrolan yang sebagaimana obrolan bapak-bapak.
Dan Brian tidak suka akan hal itu.
Di tengah rasa jenuh dan ingin segera pulang, tiba-tiba datang seorang gadis memakai kaos dan rok panjang membawa nampan berisi tiga cangkir teh.
Gadis itu menunduk sehingga tidak melihat keberadaan Brian. Namun, Brian yang melihat ada orang baru datang langsung menoleh dan memperhatikan wajah gadis itu dengan seksama.
"Silahkan diminum, Pak Mansur," ucap gadis itu penuh lemah lembut dan saat itu pula Brian melihat gadis itu tersenyum manis.
"Terima kasih, Siti. Nggak perlu repot-repot. Orang kita ke sini cuma sebentar," sahut Pak Mansur dengan maksud berbasa-basi.
"Cantik," celetuk Brian dengan suara keras dan tanpa dia sadari sendiri.
Menjadikan semua orang yang mendengarnya langsung menoleh ke arah Brian.
"Kamu bilang apa tadi?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Azkayravelora
wahhh tar Siti sama2 disukai Tiger ma brian
2023-03-18
0