Niat Brian

Brian melangkah di jalan setapak menuju rumah Siti. Senyum sumringah tak pernah pudar dari bibir tebal pria itu. 

Sesekali dia melangkah sambil membenarkan rambutnya. Bayangan wajah Siti yang cantik natural memenuhi bayangan Brian.

Begitu sampai di halaman depan rumah Siti, Brian langsung tertegun karena ada banyak orang di sana. Setidaknya ada empat orang pria dewasa yang sedang mengerubungi Pak RT.

Awalnya Brian tak ambil pusing. Sebagai ketua RT tentu ayah Siti selalu didatangi oleh tamu. Sehingga Brian pun berjalan mendekat.

"Mereka ini sudah mencemarkan nama baik kampung kita Pak RT," seru salah satu pria yang membuat Brian menghentikan langkahnya.

Lantas Brian pun diam sambil menyimak. Tampaknya pembicaraan empat orang itu sangat serius. Kentara sekali dari ekspresi semua orang.

Brian berjalan mendekat dengan perlahan. Dia penasaran akan apa yang sedang terjadi.

Lalu Brian menepuk bahu pria yang berdiri paling belakang dan bertanya, "Ada apa ini, Pak? Kok rame-rame?"

"Tadi kami kedapatan Siti lagi mesra-mesraan sama seorang pria, Mas."

"Hah? Masa sih? Pria yang mana?" Brian bertanya saking penasarannya.

"Yang itu tuh, Mas."

Brian menoleh ke arah yang ditunjuk oleh pria tersebut dan betapa terkejutnya Brian melihat Tiger yang duduk di depan Pak RT.

Bola mata Brian bahkan membelalak seperti mau copot. Jantungnya pun berdegup kencang saking kaget dan dia pun langsung menyadari jika wanita yang diincar Tiger pastilah Siti.

Brian mengepalkan kedua tangan sangat kuat. Seketika dia memuar otak untuk mencari cara agar Siti bisa jauh dari Tiger.

Maka Brian pun menyelinap ke tengah keramaian untuk bisa berhadapan langsung dengan Pak RT.

"Maaf, Pak," Brian berkata menyela pembicaraan Pak RT dengan empat pria petani. "Saya jamin Siti dan Tiger nggak melakukan perbuatan yang seperti itu."

Tiger menoleh pada pemuda yang baru saja datang dan alangkah senangnya hati Tiger ketika melihat Brian. Dia langsung berdiri dengan merekahkan senyum di bibir. 

"Brian, kamu kenal dengan Tiger?" tanya Pak RT.

Brian mengangguk mantap. "Tentu, Pak. Saya temannya Tiger dan saya tahu betul sifat teman saya."

"Dia pasti cuma membela temannya saja, Pak," sergah salah satu warga.

"Pak, apakah Bapak melihat dengan jelas kalau mereka melakukan hal tidak senonoh?" Brian bertanya.

"Ya kami lihat mereka ciuman sambil tindihan badan," kata salah satu pria dan dibenarkan oleh yang lain.

"Tapi, Pak. Bisa saja kan mereka terpeleset atau apa dan mereka nggak sengaja ciuman," terang Brian. "Lagian bapak-bapak di sini kenal betul dengan Siti kan? Dia itu wanita baik-baik, jadi mana mungkin melakukan hal yang seperti itu dengan pria yang baru dikenal."

Brian terus menyakinkan para warga desa dengan kata-kata yang menyakinkan, membuat semua orang terdiam dan menganggukan kepala perlahan.

Ucapan Brian memang ada benarnya. Keempat warga desa itu juga memang sebenarnya tidak yakin jika seorang Siti bisa melakukan hal seperti itu 

Atas penjelasan dari Brian, keempat warga pun seolah tersihir dan mempercayai perkataan Brian.

"Iya juga ya? Mana mungkin Siti melakukan hal seperti itu," gumam salah satu warga.

"Begini saja deh, bapak-bapak," ucap Pak RT yang akhirnya angkat suara memberi jalan tengah. "Siti ini kan anak saya. Saya yang akan menjamin dia tidak akan berbuat sesuatu yang dapat mencemarkan nama baik kampung kita. Saya jamin itu, Bapak-bapak sekalin."

"Baiklah kalau begitu. Tapi hal yang seperti tadi jangan sampai terulang lagi ya? Kami nggak suka kalau ada wanita dan laki-laki belum nikah tapi susah kumpul kebo di sini."

"Ya, betul. Dan ingat satu hal. Kalau ternyata mereka kedapatan lagi seperti ini kita bakal paksa mereka nikah," ancam satu warga yang lain.

Kemudian keempat pria itu pun bubar. Mereka meninggalkan teras rumah Siti satu per satu dan kini hanya tinggal Brian dan Tiger.

Tiger langsung berhambur memeluk sahabatnya itu dan menepuk pundaknya beberapa kali.

"Untung ada kamu, Bri. Kalau enggak, aku nggak tahu deh nasib aku bakal seperti apa," kata Tiger dengan senyum penuh kelegaan.

Akan tetapi Brian menanggapi dengan wajah yang datar. Atau lebih tepatnya dengan ekspresi yang dingin.

Brian hanya mengangguk tanpa berkata apapu. Kemudian Tiger pun bertanya akan alasan Brian datang ke rumah Siti.

"Aku ada urusan sama Pak RT," jawab Brian bohong. "Mending kamu cepet pulang deh, Tiger. Pak Mansur sudah nunggu kambing-kambingnya untuk cepetan dibawa pulang."

"Eh, iya juga ya. Aku hampir lupa," Tiger menepuk jidatnya karena dia lupa dan meninggalkan kambing ternak milik Pak Mansur.

Tiger pun pergi tanpa berpamitan pada Siti maupun ayahnya. Semantara Brian memandang kepergian Tiger dengan wajah masam dan sorot mata yang tidak bisa dijelaskan.

Setelah Tiger tak terlihat oleh pandangan Brian, barulah dia melangkah menemui Siti yang sedang berbicara dengan ayahnya.

"Bagaimana ini bisa terjadi, Siti? Kamu lihat kan tadi? Orang-orang jadi berpikir yang bukan-bukan sama kamu."

Siti tertunduk antara malu dan takut melihat kemarahan sang ayah. 

"Maaf, Ayah. Aku bersumpah nggak melakukan perbuatan tak senonoh dengan pria itu."

"Pak RT, maaf," sela Brian dengan suara pelan. "Maaf kalau saya ikut campur dalam hal ini. Tapi aku yakin Siti memang nggak berbuat macam-macam. Teman saya saja yang memang playboy."

Pak RT langsung mengalihkan pandangan ke arah Brian. Raut wajah marah masih terlukis di wajahnya.

"Apa kamu yakin?"

Brian mengangguk sebagai jawaban. Lalu dia menoleh pada Siti menatap gadis itu penuh keseriusan.

"Dan juga kamu, Siti. Kamu harus hati-hati karena dia itu playboy cap kadal. Jangan sampai termakan rayuannya."

Siti tak langsung menjawab. Dia bahkan hanya diam saja. Namun, dari sorot matanya Brian dapat membaca isi pikiran Siti yang seperti tidak percaya dengan ucapan Brian.

Lantas Siti pun hanya bangkit berdiri dan berjalan menuju dalam rumah. Pak RT yang masuk syok dengan kejadian tadi juga memilih masuk ke dalam rumah untuk menenangkan diri.

Brian berdecak dan memijat pangkal hidungnya. Dia tak akan menyangka kalau ternyata dirinya dan Tiger mengincar satu wanita yang sama.

"Menurutku, aku yang lebih berhak mendapatkan Siti," gumam Brian dengan pandangan kosong menatap hamparan sawah. "Tiger sudah punya banyak pacar. Sementara satu pun aku belum memiliki kekasih."

Kedua tangan Brian mengepal kuat hingga urat-urat nadinya menonjol. Lalu bibirnya tersungging sebuah senyuman karena di benaknya di baru saja muncul ide.

Kemudian Brian mengambil ponsel dan mencari nomor ponsel Rihana, kekasih Tiger. Dia berbincang dengan wanita itu yang sedang gelisah disebabkan karena Tiger jarang memberi kabar.

"Kamu mau tahu Tiger ada di mana sekarang?" tanya Brian.

"Ya mau lah," jawab Rihana. "Memang kamu tahu Tiger ada di mana sekarang? Jangan-jangan selama ini Tiger jarang hubungin aku karena dia lagi cari pacar baru?"

"Tepat sekali," kata Brian yang tertawa dalam hati.

"Hah? Masa sih?" Rihana berteriak histeris mendengar jawaban Brian. Dia tampak panik sekaligus marah jika sampai Tiger mendapatkan wanita baru.

"Kamu mending samperin dia ke sini. Nanti aku bakal kirim alamat rumah Tiger."

Kilk.

Brian langsung memutuskan sambungan telepon dan senyum di bibirnya semakin berkembang. Hingga memperlihatkan giginya yang rapi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!