Istri Tengil Tuan Presdir
Seorang wanita cantik menuruni anak tangga dengan riang. Wajah berseri dan juga mata berbinarnya menunjukkan bahwa hari ini dia benar-benar sangat bahagia. Kiara Aleema Jaleela, 25 tahun, seorang pengangguran yang sangat suka menghamburkan uang. Sifat manja dan juga kepribadiannya yang sedikit kekanakan membuat Kiara sering disebut sebagai anak bungsu dari keluarga Amzar.
Kiara sebenarnya adalah wanita yang sangat cantik, cerdas dan cekatan. Namun, di suatu waktu juga dia bisa menjadi wanita yang bodoh dan sedikit lemot. Moto hidupnya adalah 'nikmati apa pun yang kamu miliki selagi kamu hidup. Karena, jika kamu sudah mati, kamu tidak akan bisa menikmatinya'. Kalimat yang sangat bagus jika diucapkan oleh seseorang yang sudah memiliki penghasilan sendiri. Namun untuk Kiara, sepertinya ini agak keliru.
"Morning Ayah, Sayang!" sapa Kiara mengecup pipi Amzar sekilas. "Morning Ibu Sabina yang cantik."
Sabina hanya mengangguk seraya tersenyum. Sabina bukan ibu kandung Kiara, jadi ketika Kiara memujinya, dia tahu kalau Kiara hanya sedang mengolok-oloknya saja.
"Kamu kalau pakai baju yang bener dikit dong, Kia! Masa beli baju kurang bahan terus, paha kamu itu lihat! Masa mau keluar rumah telanjang kayak gitu." Amzar mendelik melihat tampilan anaknya yang urakan seperti ini. Berpakaian layaknya seorang penyanyi di acara hajatan.
"Ini mode, Ayah. Mode. Masa Ayah gak ngerti sih, gak asyik tahu."
"Kamu itu bukan cuma pamerin tubuh kamu kalau berpakaian seperti ini. Tapi juga ngajak ayah masuk neraka," Amzar kembali mendengus.
Amzar, lelaki paruh baya yangmemiliki perusahaan properti terbesar di kotanya. Perusahaan raksasa tersebut memiliki cabang di mana-mana. Amzar memiliki 3 orang putri, anak pertamanya adalah Kiara, anak kandungnya bersama dengan istri pertamanya. Sedangkan dua yang lain adalah anaknya bersama dengan istri kedua, Sabina.
"Lihat adik-adik kamu. Mereka berdua sangat baik, Kiara. Mau menutup aurat, dan selalu mematuhi apa yang ayah katakan. Umur mereka itu lebih kecil daripada kamu. Tapi kenapa kamu gak ngerti-ngerti."
"Terus aja terus, bandingin aja terus. Ayah, kalau ayah emang sayang sama mereka, silakan aja. Kia gak larang kok. Tapi jangan bandingkan Kia dengan mereka seperti ini. Ayah itu keterlaluan."
"Kamu yang keterlaluan Kia, sebagai seorang ayah. Ayah sedih liat kamu kayak gini. Ibu kamu juga pasti sangat kecewa."
Brak!
Semua orang yang ada di meja itu terperanjat kaget kerena Kiara yang tiba-tiba menggebrak meja makan. Namun, tidak dengan Amzar, entah karena sudah terbiasa atau bagaimana, tapi dia terlihat sangat santai dan malah melanjutkan sarapan seolah tidak ada apapun yang terjadi.
"Kiara tahu Kiara salah, Yah. Tapi jangan bawa-bawa Ibu. Ibu udah tenang di sana. Kalau Ayah gak mau ngurus Kiara lagi, ya sudah ... gak usah, Kiara juga gak butuh."
Amzar menarik ujung bibirnya, dia masih sama seperti itu. Fokus menyantap sarapan, tetapi sudah ada bom yang siap dia ledakkan.
"Baik, Ayah akan menendangmu dari rumah ini."
"Sayang ...!" Sabina menyentuh punggung tangan Amzar seraya menggelengkan kepala. Tetapi, Amzar malah mengangkat tangan meminta Sabina untuk tidak ikut campur.
"Menikahlah dengan laki-laki pilihan Ayah Kiara, dia laki-laki yang baik, sudah dewasa, sudah mapan dan yang paling penting, dia sudah berpengalaman."
"What?" pekik Kiara dengan alis tertaut. "Maksud Ayah, Kiara harus nikah? Berpengalaman? Maksud Ayah bagaimana?"
"Dia adalah seorang duda, istrinya meninggal dua hari setelah pernikahan mereka berlangsung."
Kiara melotot tajam. Tidak percaya dengan apa yang ayahnya katakan. Jika laki-laki itu masih muda dan juga belum pernah menikah mungkin Kiara akan mempertimbangkan demi kelangsungan hidup. Namun, jika seperti ini, Kiara tidak mau. Selain tua, dia juga duda. Di tinggal mati setelah menikah dua hari? Jangan bilang ....
"Ayah sepertinya sakit," cicit Kiara menatap ayahnya heran. "Kia gak mau, Kia akan menikah jika Kia sudah menemukan laki-laki yang cocok. Ayah itu mau menjadikan Kia tumbal atau bagaimana. Laki-laki itu pasti memiliki pesugihan, dia menumbalkan istrinya supaya harta dia makin banyak."
"Kiaraaaaa~~." Amzar menatap manik mata Kiara dengan tatapan tajam. Namun, orang yang ditatap seperti tidak perduli.
"Pokoknya Kiara gak mau nikah, kalau Ayah mau menikahkan anak Ayah, nikahkan saja mereka!" tunjuk Kiara pada dua anak gadis di samping Sabina. "Kiara akan pergi dari rumah ini, lebih baik Kiara hidup sendiri daripada harus menikah dengan bandot tua. Kiara gak mau."
Kiara beranjak dari duduknya, mengambil tas dan juga kunci mobil. Akan tetapi, baru beberapa langkah, Kiara sudah dihentikan oleh Amzar. Yang memanggil namanya.
"Taruh semua barang-barang kamu. Kunci mobil dan juga uang. Ayah sudah membekukan semua rekening kamu Kia. Jika memang kamu tidak ingin menuruti ayah, keluar dari rumah ini, jika perlu, jadi gembel sekalian."
Kiara mendengus keras, helaan napas kasar terdengar. Kedua tangan Kiara terkepal mendengar apa yang Amzan katakan padanya. Ayahnya ini benar-benar sudah gila.
Bughhhhh!
Hampir saja tas yang Kiara lemparkan mengenai kepala Amzar jika seorang pelayan di rumah itu tidak menangkisnya.
"Dasar orang tua gak ada akhlak. Ayah lihat saja, Kiara gak akan pulang, Kiara akan menjadi orang sukses dan gak akan pernah ketemu sama Ayah lagi."
Amzar mengangkat kedua bahunya acuh. Dia sudah habis kesabaran karena anak sulungnya ini selalu berbuat ulah, tongkrongannya bukan tongkrongan orang baik-baik. Terlebih, Kiara sangat suka mengajak teman laki-lakinya main ke club malam. Amzar mungkin bukan ayah yang baik, tapi apa pun yang Kiara lakukan, dia tahu karena Kiara tidak pernah lepas dari pantauan.
"Mas ...!" Sabina menatap suaminya dengan tatapan sendu.
"Sudah tidak apa-apa. Akan ada orang yang mengawasinya. Besok juga dia akan pulang. Mana tahan anak itu tinggal di luar tanpa uang, semua teman-teman Kiara sudah saya boikot. Kiara gak akan bisa kemana-mana selain luntang-lantung di jalanan."
Sabina mengembuskan napas panjang. Ini bukan pertama kalinya Amzar dan Kiara cekcok, hampir setiap hari mereka ribut. Terkadang, Sabina merasa bersalah, dia seperti menjadi duri untuk Kiara dan Amzar. Namun, mau bagaimana lagi. Sabina tidak mungkin mundur, kedua anaknya masih sekolah, mereka masih sangat membutuhkan Amzar.
"Lalu bagaimana dengan makan malam nanti, Mas. Bukankah kita sudah membuat janji dengan keluarga calon suami Kiara? Apa yang harus kita katakan?" Sabina terlihat khawatir, karena calon suami Kiara bukan orang sembarangan.
"Saya akan menjelaskan semuanya pada mereka. Kau tidak perlu khawatir. Saya tahu apa yang harus saya lakukan."
....
"Brengsek! ... Ayah mau jodohin gue sama bandot tua. Ya kali, gue gak mau lah. Mana ada cewek secantik dan semodis gue nikah sama kakek-kakek. Mending menjomblo seumur hidup daripada kayak gitu."
Kiara terus menggerutu sepanjang perjalanan kaki yang dia lakukan. Selain pakaian dan ponsel, tidak ada yang dia bawa karena semua barang yang dia punya adalah milik ayahnya.
"Ekh anjir ... kalian cuma deketin gue pas gue lagi banyak duit doang. Giliran kayak gini, pada gak aktif lo pada. Stress emang!"
Hati dan otak Kiara semakin panas saat melihat ponsel dan mencoba untuk menghubungi teman-temannya namun tidak ada yang menyahut. Mereka semua seperti tertelan bumi. Menghilang dalam sekejap mata.
"Jadi gue beneran ngegembel nih," cicit Kiara dengan wajah sendu dan langkah yang semakin gontai. Padahal dia belum jauh dari rumah, tapi rasanya dia sudah ingin pulang.
"No, Kiara, Lo gak boleh kalah. Meskipun Lo harus jadi gembel, jadilah gembel elit. Jangan balik ke rumah, oke! Lo bisa Kiara, bisa!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Daffodil Koltim
baru mampir author kesayangan😍😍😍,,, otw kebut2an spya tdk tertinggal jauh💪💪💪💪
2023-06-30
1
Noer Asiyah
ketinggalan jauhh😭
2023-05-27
1
Ci_Osyih Aenta
Semangat Kak Kim, aku mendukung kiara, kalau kalah bilang aja kiara, akan aku kirim bala bantuan...🔥
2023-03-15
3