Kiara mengguling-gulingkan tubuhnya di atas ranjang. Perempuan itu menutup wajah dengan batal dan sesekali menendang - nendang udara pertanda jika dia sangat kesal karena telah salah paham.
"Astagfirullah, gue malu anjir. Gimana bisa Habibie setenang itu. Mana gue ngegas lagi. Argahhhhh!" Kiara kembali berguling, ke kanan ke kiri.
"Eishhhhhhh ... bodo lah. Yang penting gue enggak buka baju depan itu orang!" Kiara membuka selimut kemudian menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Ia mulai memperbaiki napasnya kemudian memejamkan mata agar besok bisa bangun lebih pagi.
"Selamat, malam Kiara yang cantik, baik hati dan tidak sombong. Semoga hari esok akan lebih baik dari hari ini!"
....
Pagi itu, Kiara telah berpakaian dengan sangat rapi. Ia mengenakan rok se betis dan juga kaos panjang yang sangat pas di tubuhnya. Kiara berlarian ke sana kemari, berjalan bak seorang putri kemudian berdiri di tepian kolam renang.
"Biiiii! Deviiii! Lihat, aku pakai baju baru. Cantik tidak?" Kiara kembali berputar tanpa takut akan jatuh, sesekali dia menyerok air di kolam renang itu dengan kaki mungilnya yang putih bak susu.
"Bagus enggak Bi?" tanya Kiara lagi. Perempuan ini memang selalu menginginkan pengakuan dari semua orang. Tidak mengherankan kalau dia begitu antusias untuk mendapatkan jawaban.
Bi Arum tersenyum. "Udah cantik, Neng! Turun atuh! Nanti malah jatuh. Yuk turun!" ajak Bi Arum lagi.
Kita memberikan senyum terbaik miliknya. Perempuan cantik itu malah kembali berputar. Namun sayang, saat tengah melakukan hal itu, Kiara tergelincir.
"Ekh!" pekik Kiara.
Byurrrrrrr!
"Neng Kiaaaaaa!" teriak Bi Arum. Dia mendadak sangat panik karena Kiara tak kunjung naik ke permukaan. "Aduh Neng Kia. Agusssss! Agusssss ke sini!" Bi Arum berlari keluar mencari bantuan.
Sementara di ujung balkon kamar, Habibie melihat kejadiannya. Ia melirik jam pada pergelangan tangan. Dan ketika Kiara telah lama berada di dalam air, Habibie langsung melompat dari balkon kamarnya tanpa ada keraguan ....
Byurrrrrrr!
Pria itu berenang semakin dalam karena tubuh Kiara semakin tenggelam. Kolam ini memang memiliki kedalaman yang cukup menakutkan, Habibie membuatnya untuk menyelam sekaligus untuk berenang. Bisa-bisanya Kiara melakukan kecerobohan seperti ini.
Setelah mendapatkan Kiara, Habibie menarik tubuh itu ke atas, dia mengangkat Kiara, meletakan perempuan itu di pinggiran kolam.
Habibie mulai gelisah, dia menepuk pipi bahkan menepuk pundak Kiara berkali-kali. Perempuan itu masih tidak sadar. Habibie memeriksa napasnya dan memang napas Kiara ini sangat lemah malah hampir tidak ada.
"Bismillah! Bertahan, Kiara!" kata Habibie. Pria itu mulai melakukan CPR untuk membantu Kiara, memompa dada perempuan itu beberapa kali, tapi masih tidak ada respon. Habibie menggelengkan kepalanya. Dia menunduk, memberikan napas buatan meski itu sangat terpaksa.
Satu kali, masih tidak ada respon, dua kali juga masih belum ... hingga, pada napas buatan ketiga, Habibie melihat tubuh perempuan itu bergetar, Kiara terkikik seperti tidak ada masalah apa pun.
Mata Kiara terbuka dengan senyum tanpa dosa. Perempuan itu duduk tanpa memperdulikan wajah Habibie yang sudah memerah menahan amarah.
"Eishhhhhhh ... kau sudah mencuri ciuman pertama ku, Tuan!" protes Kiara.
Habibie mengepalkan kedua tangannya dengan rahang mengetat kuat. "Kiaraaaa!!!!!" pekik Habibie.
Kiara langsung terlonjak, perempuan itu memegangi dadanya yang seperti melompat dari tempat. Tatapan mata Habibie benar-benar sangat menakutkan.
Devi, Bi Arum dan Mang Agus ikut terperanjat kaget. Mereka tidak bisa berkata-kata dan malah kembali mundur, menjauh dari kolam renang takut akan kemarahan Habibie yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya.
"Kau itu keterlaluan! Ini bukan hal yang bisa kau buat bercanda! Kau itu sudah dewasa! Kenapa tidak bisa bertingkah layaknya manusia normal hah? Kau bodoh atau bagaimana?" Lagi-lagi Habibie berteriak. Kiara semakin menunduk dengan mata berkaca-kaca. Ayahnya saja tidak pernah membentaknya separah ini. Kenapa Habibie sangat berani.
"Kita juga bukan mahram Kiara! Kau tahu aku menyentuh mu karena terdesak? Dan dengan santainya kau tertawa seperti itu. Kau sudah gila!"
Habibie beranjak dari sana. Dia berjalan menjauhi Kiara, masuk ke rumahnya tanpa menoleh lagi. Dadanya naik turun menahan amarah. Habibie kesal dan semakin kesal karena Kiara sepertinya sengaja melakukan itu.
"Tuan!" panggil Kiara setelah mengusap bulir bening dari sudut matanya. "Tuan Habibie tunggu!" panggil Kiara. Perempuan itu ikut berlari, mengikuti Habibie sampai naik ke lantai atas dengan keadaan basah kuyup.
"Tuan!" panggil Kiara. Karena tidak mendapatkan tanggapan dari Habibie, dia menarik tangan pria itu sehingga Habibie berbalik, bukan menatap Kiara, tapi menatap pergelangan tangannya yang digenggam perempuan itu.
"Sorry!" Kiara mengangkat tangan seperti tengah meminta ampun pada polisi yang menodongkan pistol.
"Aku tidak terima kau mengataiku bodoh seperti tadi. Aku tidak bermaksud untuk mengerjai mu. Aku benar-benar jatuh dan aku hanya ingin mendapatkan ketenangan di bawah air. Kau yang tiba-tiba datang sok jagoan, shutttt!" Kiara menaruh jari telunjuknya di atas bibir saat Habibie hendak membuka suara.
"Aku akan bertanggungjawab. Aku akan menikahimu karena kau sudah menyentuhku. Aku akan membuat hubungan kita menjadi halal. Aku janji, aku akan bertanggungjawab," ucap Kiara penuh keyakinan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Daffodil Koltim
neng geloo😂😂😂🙄🙄🙄
2023-06-30
1
Aini Chayankx Ahmad N
semakin
2023-03-18
3
Uneh Wee
hahaha kiaraaa kamu yah berani godain sang tuan ...duh kok kiara yg tanggung jawab bukan sang tuan gimana nih ...emang yg ternoda siaapa ..kiaraa nakal bnget yah
2023-03-18
2