Cinta Sofia
Kisah ini ada kaitannya dengan Novel "Dijebak Nikah Paksa" . Kali ini yang saya angkat adalah kisah Wisnu dan Sofia. Yuk mampir guys!
Setelah melewati hari pernikahan yang cukup melelahkan dan malam pertama yang menegangkan bagi Wisnu dan Sofia, karena ini merupakan pertama kali bagi Wisnu dan Sofia. Kini keduanya harus kembali ke dunia kerja masing-masing. Sofia yang masih harus menjalankan tugasnya di RS ternama di kotanya sebagai Bidan, terpaksa harus melepaskan kepergian Wisnu kembali ke kota kelahirannya sebagai abdi negara.
Mereka terpaksa berpisah sementara, sebab Wisnu yang merupakan seorang anggota TNI-AD, harus kembali ke Bandung tempat dia berdinas. Sementara Sofia, masih harus menjalankan kewajibannya sebagai Bidan di RS ternama di kotanya Prabumulih, selama surat pengunduran dirinya masih belum di acc.
"Aku pulang dulu, jika surat pengunduran diri kamu sudah keluar dan di acc, kamu beri tahu aku. Nanti aku jemput dan kamu aku boyong ke Bandung," ucap Wisnu datar, berpamitan sebelum dia pergi meninggalkan kota Prabumulih.
Sikapnya kembali datar seperti semula saat sebelum pernikahan ini terjadi. Padahal semalam mereka telah menikmati malam pertama, tapi kenapa Wisnu masih bersikap dingin dan datar pada Sofia yang kini sudah sah menjadi istrinya?
Pernikahannya dengan Wisnu tidak lepas dari *ojok-ojok* atau comblangan Bu Endah dan Dara. Bu Endah selaku ibu kandung Wisnu dan Dara yang merupakan adik sepupu Wisnu, suami Sofia kini, selalu menjodoh-jodohkan dalam setiap kesempatan pada Sofia dan Wisnu. Sofia yang notebene memang menyukai Wisnu, merasa diberi lampu hijau oleh calon mertua dan calon adik ipar sekaligus kakak iparnya ini.(Baca cerita \#**DijebakNikahPaksa**).
Bu Endah dan Dara selalu mendukung perjodohan antara Sofia dan Wisnu, terlebih Wisnu selama ini belum terlihat menggandeng pasangan. Kadang Bu Endah sebagai orang tua merasa takut, apakah anak lelakinya normal atau wallahualam? Itulah awal mula mereka berusaha menjodohkan Wisnu dan Sofia, yang pada saat itu memang sering bertemu.
Wisnu sendiri pada saat itu memang tidak memiliki gandengan. Akan tetapi jauh di lubuk hatinya, dia hanya memiliki perasaan cinta pada satu orang wanita yang hanya kedua orang tuanya dan Azlan kakak kandung Sofialah yang tahu. Karena itulah kedua orang tua Wisnu, Bu Endah dan Pak Malik, gencar menjodohkan Wisnu dengan Sofia, terlebih setelah bertemu Sofia pertama kali, Bu Endah langsung suka dan srek pada Sofia. Hingga terjadilah pernikahan atas dasar dijodoh-jodohkan ini. Walau demikian Wisnu tidak menolak, dia terpaksa menerima hanya karena rasa kasihan dan hasil comblangan Bu Endah dan Dara.
"Hati-hati A, Sofia akan selalu merindukan Aa," ujar Sofia sedih sembari mencium tangan Wisnu. Walaupun dingin, Wisnu tetap memperlihatkan sikap romantis di depan keluarganya. Memeluk dan mencium kening Sofia sebelum dia benar-benar pergi meninggalkan kota Prabumulih.
Wisnu pergi melaju bersama grab yang ditumpanginya menuju Bandar udara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang, diantar oleh tatapan sedih Sofia dan keluarga. Sementara keluarga mertuanya dan tentu saja Azlan dan Dara, kakak iparnya, sudah lebih dulu pulang ke kota masing-masing sehari sebelum Wisnu pulang.
Setelah kepergian Wisnu sang suami, Sofia kembali menjalankan aktifitas seperti biasa. Dia masih ada sisa waktu untuk menjalani pekerjaan di kota tinggalnya sebagai Bidan di RS setempat, sampai surat pengunduran dirinya keluar.
Besoknya hari Senin, Sofia masuk seperti biasa. Saat akan melewati ruangan Dokter Herman, secara kebetulan Dokter Herman berjalan ke arah yang berlawanan, sehingga pertemuan mereka untuk pertama kali setelah Sofia menikah tidak bisa terelakkan lagi. Sofia tidak menghindar, walaupun dia tahu Dokter Herman sempat naksir padanya, perasaan Sofia masih sama menganggap Dokter Herman teman biasa.
Saat jarak keduanya sudah sangat dekat, Sofia menegur Dokter Herman seperti biasa, akan tetapi Dokter Herman hanya senyum sekilas sembari berlari kecil dan sibuk dengan HPnya di telinga. Sofia sontak terkejut dengan perubahan sikap Dokter Herman yang berubah 180 derajat. Biasanya Dokter muda berwajah oriental mirip Oppa-oppa Korea itu, sangat ramah terhadap Sofia. Sejenak Sofia termenung. Hatinya tiba-tiba sakit dengan sikap Dokter Herman barusan.
"Kenapa Dokter Herman bersikap aneh dan berubah jutek seperti itu? Apakah karena aku sudah menikah?" pikir Sofia dalam hati merasa sedih. Walau sedih, Sofia kini melanjutkan kembali langkahnya menuju ruangannya. Tiba di ruangannya dia duduk sejenak ambil nafas dan minum air bening dari dispenser, lalu diteguknya. Sofia berusaha menenangkan dirinya.
Sebelum memulai aktifitasnya, Sofia melamun sejenak. Memikirkan kehidupan setelah menikah dan sikap Dokter Herman tadi yang berubah. Setelah menikah, Sofia merasa kehilangan teman baik yang selama ini selalu menemani hari-harinya saat jam kerja. Kadang Dokter Herman membantu Sofia dalam menyelesaikan tugas kebidanannya. Saat masih kuliahpun Dokter Herman sering membantu meskipun Sofia sering menolak. Rupanya Dokter Herman punya rasa lain selain persahabatan. Sofia tidak menyadari, dia menduga kebaikan Dokter Herman tulus ikhlas, namun ternyata Dokter Herman punya rasa cinta padanya.
Sikap Dokter Herman yang berubah jutek dan dingin, tidak membuat Sofia berubah dan membalas. Meskipun Dokter Herman kini menjaga jarak dan sikap, akan tetapi Sofia berusaha bersikap tenang dan menganggap Dokter Herman tidak sedang menghindarinya.
Sofia sedih sebetulnya, sebab menurut Rima sahabatnya, Dokter Herman sangat kecewa saat mendengar kabar pernikahan Sofia dan Wisnu. Itu sebabnya Dokter Herman berubah jutek dan dingin seperti sekarang ini.
"Aku sebentar lagi juga tidak ada di sini Rim, aku tidak ingin meninggalkan kesan buruk bagi siapa saja termasuk Dokter Herman. Aku tidak menyangka jika Dokter Herman punya rasa lain selain persahabatan," ujar Sofia saat Rima mengunjungi ruangan kerja Sofia, dengan raut wajah sedih.
"Sudahlah Sof, tidak perlu dipikirkan, sebentar lagi juga kamu meninggalkan RS dan kota ini. Sikap Dokter Herman tidak akan lagi kamu temui jutek lagi. Sekarang yang perlu kamu pikirkan adalah wajah suamimu yang ganteng itu," ujar Rima menghibur kesedihan Sofia atas sikap Dokter Herman.
"Iya sih Rim, tapi aku tidak mau punya kesan buruk saat aku jauh dengan Dokter Herman. Walau bagaimanapun dia pernah jadi teman baik selama aku kuliah dan kerja di RS ini," jelas Sofia lagi masih sedih.
"Ya sudah, sekarang kamu tenangkan dulu pikiranmu, jangan dijadikan beban sikap Dokter Herman itu. Kamu boleh saja tetap bersikap baik, asal jangan sampai memaksakan, takutnya nanti sakit hati akibat sikap jutek Dokter Herman," saran Rima menguatkan Sofia yang masih memikirkan sikap Dokter Herman.
"Kamu dekati saja Dokter Herman Rim, bukankah kamu menyukai Dokter Herman?" usul Sofia.
"Aku sudah berusaha dekati dia, Sof. Tapi Dokter Herman memang tidak menyukai aku, yang ada di hatinya cuma kamu," kilah Rima berubah sedih.
"Sabar ya, Rim. Suatu saat jika jodoh pasti tidak akan kemana," ujar Sofia menghibur Rima yang sejak kuliah dulu memang naksir Dokter Herman.
"Aku tuh, kurang sabar bagaimana, Sof? Walaupun Dokter Herman jutek dan tidak peduli sama aku, minimal sekarang berkurang deh satu saingan aku," ujar Rima sembari tersenyum. Merekapun mengakhiri obrolan unfaedahnya, Rima segera berpamitan dan membiarkan Sofia kembali bekerja karena istirahat jam kerja telah habis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Swadeekhab
kenapa gak cuti
2023-04-08
1
Swadeekhab
Jiwa yang tertukar mampir say.
2023-04-08
1
Rezky Nila
terimakasih
2023-04-05
0