Akademi Militer Metal
Siang yang terik memancarkan cahaya menyilaukan dari sebutir mentari ditemani oleh birunya langit. Dalam hutan rindang, terdapat sekelompok Goblin berzirah metalik dipersenjatai dengan beberapa senjata canggih tengah sibuk berjaga di depan gua yang merupakan sarang mereka.
Para Goblin bersenjata terlihat mengamankan gua tersebut ketika kelompok Goblin lain sedang mengangkut beberapa barang hasil buruan mereka ke dalam gua.
Agak jauh dari posisi para Goblin berada, tanpa mereka sadari seseorang sedang mengawasi gerak-gerik mereka di balik semak-semak.
Orang tersebut merupakan seorang pemuda yang tengah mengawasi lewat scope di posisi tiarap dalam semak-semak. Dia memiliki perawakan tubuh tinggi atletis, berambut jingga berantakan dengan ikat kepala, serta memakai jaket rompi merah gelap.
“Di sana posisinya, ya…?”
Satu mata peraknya fokus membidik sasaran, yaitu bom-bom rakitan yang dibawa oleh salah satu mobil yang diduga sebagai mobil hasil curian.
Jika ia berhasil menembak mengenai bom-bom itu, maka sarang beserta para goblin di sekitarnya akan musnah. Dan memang itu tujuannya sekarang.
Namun ketika sedang fokus membidik, tak disangka-sangka bidikannya malah dihalangi oleh pantat seekor rusa yang sedang makan rumput di depannya.
“Ish! Malah ada makhluk kayak begituan pula.”
Pria tersebut sempat mengeluarkan satu tangan dari balik semak-semak, melambai-lambai berusaha mengusir rusa tersebut.
“Oi, minggir,” desisnya karena tidak bisa berisik, takut ketahuan. “Minggir, lah…!”
Si rusa mendengar, tapi sama sekali tidak berinisiatif untuk menyingkir dari bidikannya. Maklum, yang namanya hewan pasti tidak mengerti bahasa manusia. Justru ketika pria itu berusaha mencari arah bidikan lain, si rusa kembali menghalangi.
Pria itu pun berdecak kesal, “Ck! Menggerlah, kambeng…!” peringatnya masih setengah berbisik.
Pria ini benar-benar o’on. Jelas-jelas yang di depannya ini rusa, malah dikata kambing pula.
Bukannya minggir, si rusa tetap saja menghalangi bidikan. Malah sekarang lubang pantat si rusa terlihat jelas lewat bidikan scope, membuat pria tersebut makin geregetan dibuatnya.
“Ish! Kau ini— Argh!!!”
Saking kesalnya, tanpa sadar si pria menarik pelatuk senapannya, menembakan peluru senapan itu ke arah ranjau jebakan yang tertanam tidak terlalu dekat dari posisi mereka. Alhasil, daya ledakan tersebut membuat si pria beserta rusa tadi terpental jauh bersama beberapa kerikil dan patahan batang pohon.
Si rusa mendarat dalam posisi terbaring dengan kedua mata sudah membentuk X, tanda ‘dah tak sadar, sedangkan pria itu mendarat dengan wajah lebih dulu menggesek tanah dan berakhir dalam posisi nungging.
Dahlah. Pria itu sudah pasrah dengan kegagalan misi kacangan yang ia jalani ini hanya gara-gara pantat seekor rusa.
Dan karena kecerobohannya juga, tentunya.
“Dasar kambeng sialan!”
Sudah dijelasin Narator kalau hewan itu rusa, malah tetap dikata kambing pula.
...~*~*~*~...
Dan di sinilah dia sekarang, duduk di dalam helikopter dengan wajah merengut kesal. Rambutnya yang acak-acakan sedari awal kini tambah kusut, tubuhnya pun kotor oleh tanah akibat ledakan ranjau. Beruntung, ranjau tadi tidak begitu dekat dengan posisinya, jadi ia masih bisa selamat.
Dalam hati dia terus menyalahkan pantat rusa yang beberapa kali ia sangka kambing itu.
Saat masih melamun dengan muka masam, dia merasakan ada tangan seseorang tengah menyentuh rambut jingganya.
“Ish! Jangan sentuh-sentuhlah, Damar! Aku bukan perawan,” sungutnya sambil menepis tangan rekannya itu.
“Apaan sih, Dan…?! Random ‘kali otak kau itu. Ada banyak daun di rambutmu ini,” ucap rekannya sambil mengambil beberapa daun yang menempel di rambut.
Di dalam helikopter, pemuda bernama lengkap Ardanu De’Cornell, atau yang lebih akrab disapa Ardan ini tengah duduk bersama rekan-rekannya.
Di sebelah kanannya ada Damar Prasetya, merupakan seorang pemuda berdandanan culun, berambut hitam dengan poni tebal dan memakai kacamata bulat. Namun, perawakan tubuh Damar sama gagahnya dengan Ardan.
Dan di samping kirinya ada seorang pemuda bernama Regan Gargusva, ia berkulit putih pucat dengan rambut perak panjang diikat tinggi, serta memakai jaket jubah perak. Tengah duduk tenang sambil memeluk senapan runduk.
Sedangkan di hadapan mereka merupakan pria dewasa berusia sekitar 40 tahunan, berperawakan besar, memakai seragam militer lengkap dengan mantel dan topinya. Ekspresi wajahnya nampak tegas, memberi kesan berwibawa dan cukup disegani. Dialah pemimpin sekaligus pengawas untuk tim para pemuda ini, Kolonel Durnashana Robin.
Mampuslah ketiga Taruna ini.
Ya. Ardan, Damar, dan Regan merupakan tiga Taruna muda dari Akademi Militer khusus Militer Antariksa, akademi bertaraf internasional yang dikhususkan untuk mendidik bibit-bibit militer muda dalam melindungi seluruh planet dan menjaga kedamaian antar planet juga.
Saat ini mereka tengah menjalani remedial, di mana mereka mendapatkan nilai yang kurang memuaskan di ujian sebelumnya. Walau ketiganya berbeda jurusan, tapi masing-masing pengawas sepakat untuk menggabungkan mereka dalam satu sesi ujian remedial, dan memilih ujian praktik lapangan sebagai remedialnya.
Awalnya, mereka santai-santai saja karena hanya mendapat remedial yang sudah biasa didapat oleh Taruna-Taruni lain ketika mendapat nilai anjlok. Namun, semua jadi terasa mencekam ketika mengetahui bahwa pengawas mereka adalah guru berpangkat perwira menengah tinggi yang pernah memimpin salah satu satuan di cabang Militer Antariksa, dan merupakan salah seorang petinggi terpenting di akademi.
Entah apa yang dipikirkan pihak akademi sampai harus mengirimkan orang satu ini sebagai pengawas ujian remedial mereka. Mereka tidak ingin dicap sebagai Taruna tak kompeten.
Tapi, apalah daya? Ikut remedial ini saja sudah terlanjur dianggap tidak kompeten.
Durna menghela nafas ketika melihat keadaan ketiga muridnya sambil bersedekap tangan di dada. “Bagaimana bisa kalian hampir gagal memusnahkan satu sarang goblin? Di tahun ajaran baru, kalian sudah sampai Tingkat 2, lho.”
Ketiganya menunduk malu, tapi samar-samar masih terdengar suara Damar bercicit,
“Salah Ardan sendiri. Masa salfok sama pantat binatang?”
“Oi, Damar— Akh! Regan?!”
“Ish! Regan kenapa, seh?!”
Ketika Ardan hampir menyembur Damar dengan hujan kata-kata ‘mutiara’, Regan langsung menepuk keras bahu Ardan dan menyentil kepala Damar.
“Kalian ini.” Regan melolot ke keduanya. “Malu di hadapan Komandan….”
Keduanya pun kembali menunduk setelah ditegur Regan.
“Kalian sudahlah.” Durna mengibaskan tangan. “Kita akan lanjut ke tahap remedial terakhir. Kalian tetap dianggap lulus karena nilai-nilai di remedial praktek sebelumnya telah mencukupi syarat. Remedial tambahan ini tetap kalian selesaikan karena untuk memastikan apakah kalian bisa lebih tegas dalam menyelesaikan misi atau gagal gara-gara kecerobohan kalian.”
Durna mengingatkan kembali akan insiden konyol tadi. Kalau saja bukan gara-gara pantat rusa, mereka pasti tidak perlu menjalankan remedial tambahan. Beruntung ada Damar dan Regan yang bisa mengatasi masalah remedial tersebut, sehingga mereka berhasil menghancurkan sarang goblin, atau lebih tepatnya hampir gagal.
“Pak, kita sudah sampai di tujuan,” beritahu sang pilot helikopter.
“Baiklah,” Durna menggangguk.
Ardan, Damar, dan Regan menoleh ke pintu helikopter yang sengaja dibuka, membuat hembusan angin deras menembus mengisi ruang helikopter, menerpa masing-masing rambut dan jaket yang mereka kenakan.
Di bawah mereka, terlihat pemandangan desa tua di antara hamparan gurun pasir yang gersang, nampak ramai oleh sekumpulan goblin yang tengah menjarah berbagai macam barang berharga milik penduduk desa.
Durna menjelaskan keadaan desa itu, “Jumlah penduduk yang tinggal di desa tersebut terbilang sedikit, dan mereka sempat menyelamatkan diri setelah diberi peringatan oleh kepolisian setempat.”
“Sebenarnya, tugas untuk memusnahkan para hama goblin ini cukup diserahkan pada pihak kepolisian, tapi aku sempat izin ke mereka untuk membiarkan para Taruna mudaku yang mengatasinya,” lanjut Durna.
Kemudian, Durna tersenyum remeh. “Kalian bisa membasmi para hama ini, bukan? Ayolah, kalian sudah masuk Tingkat 2. Memalukan kalau sampai gagal dalam membasmi mereka semua.”
“Apa kami perlu menyusun strategi dulu, Komandan?” tanya Regan menoleh pada Durna.
“Perlukah?” Durna menaikan sebelah alis. “Kalau bisa, silakan. Malah kalian akan mendapatkan nilai tambahan jika mampu menyelesaikan misi ini dengan strategi. Tapi sayangnya, kita tidak punya banyak waktu.”
Terdengar suara senapan dikokang di tangan Ardan. Seringai semangat kini nampak di wajah rupawan pemuda berambut jingga ini.
“Persetan dengan strategi di waktu sempit begini. Kita akan melakukannya dengan cara anarkis,” ucap Ardan dengan percaya diri.
“Itu sebabnya kau beberapa kali mendapat remedial, kepala mangga,” sarkas Damar geregetan.
“Aku tak masalah, mau kalian pakai strategi atau cara anarkis sekali pun,” tanggap Durna santai, “Yang penting, kalian buktikan bahwa kalian pantas untuk menjadi tentara tangguh.”
Ardan sudah bersiap dengan senapan serbu di tangan, papan skyboard siap diluncurkan di bawah kaki. Dan ia sempat menoleh memberi seringai percaya diri lagi pada sang komandan tim.
“Kami bisa menjadi lebih dari seorang tentara, bahkan lebih dari perwira sekalipun.”
Ardan memberi hormat hingga ujung jarinya sempat menyentuh ikat kepala merahnya.
“Adios, Komandan…. Haha!”
Menggunakan papan skyboard di kaki, Ardan langsung terjun dari helikopter.
“Woi, Ardan Bengek! Enggak sopan ‘kali kau sama Komandan!” Damar pun ikut terjun menyusulnya.
Sebelum terjun, Regan sempat bicara sungkan pada Durna, “Maaf atas kelancangan mereka, Komandan. Kami berjanji akan melakukan yang terbaik untuk remedial ini.”
Kemudian Regan ikut terjun dengan skyboard menyusul mereka.
Durna memperhatikan ketiganya yang sudah terjun dari helikopter, “Anak itu, benar-benar….” Durna menggelengkan kepala ketika mengingat Ardan.
“Siapa, Pak?” tanya si pilot masih fokus mengemudi.
Entah kenapa, senyum hangat tiba-tiba muncul di wajah Durna yang selalu terlihat tegas itu.
“Ardan. Dia mirip sekali dengan ayahnya.”
“Emm…. Ayahnya itu ‘kan….” Si pilot berusaha mengingat siapa ayah Ardan.
“Ya, dialah orangnya.”
...~*~*~*~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Darien Gap
Baru bab pertama aja aku dah terhibur bgt kak. detailnya dapet. lucunya dpt. narasinya oke /Good//Good//Good//Good/
2024-04-27
0
Darien Gap
kepala mangga/Facepalm//Facepalm/
2024-04-27
0
Darien Gap
tembak aja kak. terus panggang/Facepalm/
2024-04-27
0