Damar, Ardan, dan Regan terjun dari helikopter dengan masing-masing skyboard di bawah kaki mereka. Lewat sensor perintah pada permukaan skyboard, benda pipih itu terbang membawa mereka ke tempat yang mereka arahkan, yaitu lokasi desa padang pasir yang sedang dijarah para goblin.
Masing-masing senapan mereka arahkan. Dan ketika terbang semakin mendekat, mereka langsung menembak gerombolan goblin.
Suara rentetan peluru senapan serbu cukup mengagetkan para goblin, bahkan di antara mereka ada yang telah gugur sebelum sempat menyerang.
Salah satu goblin memberi peringatan pada kawanannya untuk segera bersiap balik menyerang. Dan kini, mereka sudah dipasangi zirah anti peluru. Mereka langsung menembaki ketiga Taruna itu dengan senapan serbu, panah mekanik, bahkan sampai pelontar granat.
“Awas!” teriak Ardan.
Ketiganya berusaha terbang menghindari serangan dengan terbang bermanuver menggunakan skyboard sambil terus menembak, lalu memutuskan tuk berpencar.
Damar terbang ke arah kiri, mendarat di tengah-tengah himpitan dua rumah kayu. Sambil menempelkan skyboard di tempelan magnet pada sabuk bagian belakangnya, ia berusaha menembak beberapa goblin yang terus-menerus berdatangan sambil sesekali bersembunyi di balik tembok bangunan menghindari tembakan musuh.
“Tak kusangka mereka sebanyak ini,” ucap Damar sambil mengganti magazine, lalu kembali menembak goblin.
Regan memutuskan mendarat di salah satu bangunan tinggi. Dia berlutut, menempelkan skyboard di tempelan magnet sabuknya, lalu bersiap membidik menggunakan senapan runduk.
Suara menggelegar khas senapan runduk terdengar mencekam kala satu peluru ia tembakan tepat mengenai dua kepala goblin sekaligus. Satu goblin belum sempat menoleh, malah kepalanya langsung hancur oleh tembakan jitu Regan.
“Jangan main-main kalian dengan Taruna Regan Gargusva. Sekali kutembak, pecah otak kalian semua,” ucapnya bangga sambil memasukan beberapa peluru, lalu ia kokang. “Eh, bentar. Kan mereka enggak ada otak.”
Sedangkan Ardan sendiri masih bermanuver di udara sambil menembaki gerombolan goblin membabi-buta. Dalam kegiatan menyerang tersebut, suara rekannya masuk dari alat komunikasi yang terpasang di telinga.
“Coy! Jumlah pasukan goblin banyak banget, Njerrr! Enggak yakin aku kalau kita bisa lolos remedial terakhir ini,” jerit Damar histeris di seberang sana hingga membuat Ardan sempat kaget dan hampir oleng di atas skyboard.
Di atas bangunan, Regan menjawab, “Cay, coy, cay, coy! Kita ini tentara! Pakai kode ‘lah kalau mau komunikasi.”
“Ya, udeh. 34+47 berapa?”
“Bukan kode yang kayak gitu, bocah seblak!”
“Ngapain kalian teriak-teriak berantem pas komunikasi kayak gini?! Kita lagi remedial praktek, bukan konser metal! Budek juga lama-lama telingaku ini, woi!”
Ketika Ardan mengomel lewat alat komunikasi sambil menembaki goblin-goblin di atas skyboard, mata peraknya terbelalak kaget melihat jumlah rombongan goblin semakin banyak berdatangan ke desa tersebut.
“Cok!!! Goblin-nya banyak bener, Cok! Udah macam banjir bandang aja eneh! Gimana, Breeeh…?!”
Baru aja negur kedua temannya dengan suara tegas nan jantan, sekarang Ardan malah jadi ikutan random begini.
Satu drone berbentuk bola berwarna putih sedang terbang di atas desa, mengawasi kegiatan penyerangan yang dilakukan ketiga pemuda tersebut.
Lewat tab yang terhubung dengan kamera drone, Durna menunduk sambil memijit kepalanya yang tiba-tiba pusing melihat aksi mereka, apalagi ketika mendengar komunikasi ketiganya yang juga terhubung dengan alat komunikasi di telinga Durna.
Dia tak menyangka para Taruna-nya bisa seaneh ini saat menjalankan misi. Pantas saja kena remedial.
“Duh….”
Sang kolonel sudah kehabisan kata-kata tuk berkomentar. Menyesal dia memutuskan menjadi pengawas remedial tim ini.
“Lapor, Komandan.” Terdengar suara Damar dari alat komunikasi Durna. “Jumlah para goblin semakin banyak. Kami tidak bisa membasmi mereka hanya dengan mengandalkan senjata-senjata ini. Kecuali, Anda mengizinkan kami menggunakan Kekuatan Kebangkitan.”
Sudah Durna duga. Dengan jumlah goblin sebanyak itu, takkan mungkin mereka sanggup membasminya. Mereka perlu menggunakan Kekuatan Kebangkitan agar bisa lebih mudah memusnahkan para goblin.
Kekuatan Kebangkitan merupakan jenis kekuatan spesial, bisa didapatkan dengan cara berlatih teguh atau diturunkan dari keluarga sendiri. Kekuatan Kebangkitan berupa kekuatan pengendalian elemen/unsur, perubahan wujud, penyembuhan instan, sampai memberi efek peningkatan bertarung.
Dalam medan pertempuran seperti inilah Kekuatan Kebangkitan sangat diperlukan. Oleh sebab itu, Durna mengizinkan mereka menggunakannya. Ini juga dilakukan demi keselamatan para Taruna muda.
“Diizinkan,” jawab Durna.
Setelah mendapat izin dari Durna, ketiganya segera membangkitkan kekuatan mereka masing-masing.
Dari sisi Damar, pemuda berkacamata itu langsung menggunakan kekuatan khususnya.
“Kekuatan Kebangkitan : Aktif.”
Di bagian tubuh sebelah kanan hingga wajah Damar muncul beberapa sirkuit elektrik berwarna hijau dalam waktu singkat, pertanda Kekuatan Kebangkitan telah diaktifkan.
“Memperlambat Area, Durasi : 5 detik.”
Dalam satu jentikan jari, pergerakan para goblin yang hendak menyerang Damar di area sekitarnya melambat. Di saat itu pula, ia meraba permukaan senapan serbu hingga menciptakan sirkuit-sirkuit elektrik hijau pula.
“Meningkatkan kecepatan serangan senjata dan gerak tubuh.”
“Gerak! Tembak!”
Sambil melesat secepat kilat, Damar menembaki semua goblin yang melambat sampai tewas tak bersisa.
Setelah waktu habis, Damar mendarat dengan sempurna di tengah-tengah area, dan kecepatan di area sekitar kembali normal. Tubuh hancur para goblin yang sempat melayang akibat waktu diperlambat langsung jatuh berserakan. Tubuh mereka hancur seketika, daging terburai dan darah menyembur kemana-mana hingga menciptakan genangan darah.
“Fyuuuh…. Ini lebih baik,” ucap Damar lega. “Eh?”
Damar sempat kaget sendiri menyadari kacamatanya miring sebelah dan rambut hitamnya jadi acak-acakan gara-gara melancarkan serangan secepat tadi.
“Ah, selalu begini.” Damar pun makin mengacak-acak gemas rambutnya.
Di sisi Ardan, pemuda berambut jingga dengan memakai ikat kepala itu masih menembaki para goblin di atas skyboard. Ia memutuskan tuk melompat dari skyboard, sambil bersiap dengan satu granat di udara.
“Mamam nih granat, Hama!!!”
Granat pun dilemparkan ke kawanan goblin hingga meledak. Anehnya, bukannya menjauh, Ardan malah melesat menukik dari udara mendekati ledakan tersebut.
Regan yang sempat melihat kejadian gila itu lewat scope senapan runduk cuma bisa geleng-geleng memaklumi.
“Emang beneran suka anarkis anak satu itu. Bukannya menjauh dari ledakan, ini malah disamperin,” komentar Regan sambil mengokang senapan kembali.
Terkadang, kalau ada tugas yang melibatkan para Taruna-Taruni dari berbagai jurusan, mereka yang satu tim dengan Ardan pasti merasa tidak sedang berada di medan perang, tapi malah merasa sedang dalam game FPS online.
Ngaco dan toxic-nya terasa sekali.
Tak heran jika kelak Ardan ikut remedial lagi.
Dari dalam kepulan asap yang ditimbulkan oleh ledakan granat tadi, Ardan menembaki beberapa goblin secara membabi buta sampai asap tersebut tiba-tiba saja lenyap, menampakan sosok Ardan yang tengah berdiri santai sambil memanggul senapan di bahu.
“Siapa berikutnya, huh?” ledeknya disertai seringai remeh.
Dari belakang, beberapa goblin melemparkan granat ke arah Ardan. Menyadari akan hal itu, Ardan langsung mengaktifkan Kekuatan Kebangkitan.
“Kekuatan Kebangkitan : Aktif.”
...~*~*~*~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Darien Gap
tegang. kocak. jadi satu. keren
2024-04-27
0
Darien Gap
emang nekat si ardan ya/Facepalm/
2024-04-27
0
Darien Gap
/Facepalm//Facepalm/
2024-04-27
0