Chapter 13 : Sarapan Keluarga

[Datang kau, Setan! Awas aja kalau enggak datang. Kita satu kelompok, nih...]

[Iya! Cerewet kau, Bawel!]

“Apaan sih si Damar Seblak ini...?! Dah diingetinnya berkali-kali, masih aja diingetin lagi,” omel Ardan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana.

Ketika keluar kamar, Ardan baru saja selesai membalas pesan dari sahabatnya, Damar. Dia baru tahu kalau Damar bakal satu kelompok dengannya untuk mengurus kelompok Taruna-Taruni baru yang akan mengikuti Acara Orientasi mulai besok.

Kaki Ardan buru-buru menuruni tangga. Mata peraknya langsung disuguhkan dengan pemandangan kumpul-kumpul keluarga lengkap di meja makan. Ya, semuanya lengkap, kecuali suami Arni yang diketahui masih ada tugas ke luar planet tuk menangani masalah perang di sana.

Di sana ada Arni yang baru selesai menata makanan dan minuman di meja makan, dan terdapat empat anak Arni yang sudah duduk di kursi masing-masing, tiga laki-laki dan satu perempuan.

“Pagi, semua!” sapa Ardan semangat.

“Pagi, Dan,” ucap mereka bergantian.

Setelah turun dari tangga, Ardan langsung mengambil duduk di samping anak Arni yang paling sulung dan menaruh ranselnya di bawah meja.

“Pagi, Ardan,” sapa Arni sambil menaruh piring di depan Ardan. “Udah tadi ngobrolnya?”

“Udah, Bi. Dia masih ditaruh di kamar tadi.”

Anak paling sulung Arni yang baru saja selesai minum jus sempat menoleh ke arah tas ransel milik Ardan.

“Kau serius ikut ngurus Acara Orientasi besok, Dan? Bukannya kau bukan anggota Organisasi Teladan, ya?”

Rafaelo Adrael Novan merupakan putra sulung Arni dan suaminya. Pemuda ini memiliki fisik yang hampir sama dengan sang ayah ketika masih muda. Wajahnya memang terlihat imut, tetapi postur tubuhnya terbilang sangat jantan dengan tinggi kisaran 190an disertai otot-otot yang menonjol. Memiliki rambut pirang ikal, kulit putih bersih, dan warna mata biru terang.

“Ya bukan ‘lah, Raf,” sahut Ardan pada pemuda yang sering disapa Rafa itu. “Si Damar Seblak itu yang rekomendasi’in aku buat jadi anggota pengganti. Pantas aja aku yang disuruh, wong yang diganti itu patner dia. Kau tahu sendiri ‘kan Damar itu introvert, pasti minta orang yang paling ia kenal buat temenin dia.”

“Kok kalian suka banget manggil Mas Damar itu Damar Seblak? Seingatku, dia enggak suka seblak, lho.”

Yang bicara itu merupakan anak kedua Arni, satu-satunya perempuan dari empat bersaudara bernama Nadia Isabella Novan. Dia memiliki paras cantik dengan postur tubuh standar, kulit putih pucat, berambut pirang panjang lurus dengan poni, dan memiliki warna mata biru terang.

Sekilas Nadia dan Rafa terlihat seperti kembar karena memiliki warna rambut, mata, dan kulit identik yang menurun dari ayah mereka. Tetapi, mereka merupakan saudara beda selang waktu dua tahun lahirnya.

“Justru karena dia enggak suka seblak, makanya kami juluki Damar Seblak,” ucap Ardan santai sambil mengambil nasi goreng ke piringnya.

“Ish.... Kalian ini.” Dengan setengah jengkel, Nadia menyuap nasi goreng ke dalam mulutnya.

“Kenapa? Ngambek ya gebetannya dikata-katain?” ledek Rafa, membuat dirinya langsung dipelototi adiknya tersebut.

“Udah, udah. Jangan pada ribut. Emak udah susah-susah nyiapin kita sarapan, lho.”

Kali ini, remaja SMP berkacamata yang berusaha menenangkan mereka itu adalah anak ketiga Arni, Arian Dreas Novan. Berbeda dengan Rafa dan Nadia, Rian memilik perawakan yang masih kurus dengan kulit putih, rambut cokelat terang klimis, dan mata biru terang. Untuk fisiknya sendiri, dia terlihat seperti perpaduan rata antara Arni dan suaminya.

Mereka semua kembali menyantap sarapan masing-masing sampai si kecil paling bungsu yang masih duduk di sekolah dasar bersuara.

“Jadi, Bang Ardan, Bang Rafa, sama Kak Nadia bakal pergi ke Akademi Militer ninggalin kita?” ucapnya sedih.

Branzelo Light Novan adalah anak bungsu Arni dan suaminya. Anak lelaki itu berambut pirang keriting dan kulit putih merona seperti ayahnya, tapi memiliki warna mata cokelat madu seperti ibunya.

Mendengar pertanyaan polos Branz membuat Ardan, Rafa, dan Nadia saling pandang.

Sebenarnya, mereka juga sedih karena harus meninggalkan keluarga ini. Tapi demi pendidikan yang harus ditempuh dan cita-cita yang musti digapai, mereka terpaksa pergi meninggalkan tempat kelahiran mereka.

Sebagai seorang ibu, Arni pun berat hati melepas mereka pergi. Namun, itu sudah keputusan mereka bertiga. Branz masih kecil, wajar saja dia yang sudah betah bersama ketiganya merasa hampa ketika harus ditinggal dalam waktu yang sangat lama.

Branz menunduk lesu. “Kalian pasti bakal meninggalkan Branz, Emak, dan Bang Rian lama dan sangat jauh perginya. Sama seperti Abah yang sampai saat ini masih belum pulang dan enggak sempat menghabiskan waktu libur bersama kita.”

Mendengar pernyataan itu membuat Ardan baru sadar kalau suami Arni sudah beberapa bulan lamanya tidak pulang. Pekerjaan sebagai perwira tinggi Angkatan Antariksa memang bakal menyita waktu dan kesibukan yang sangat padat, sehingga harus meninggalkan keluarga dalam jangka waktu lama. Itu pun dengan bayangan dihantui oleh ancaman kematian di medan perang seperti yang dialami ayah Ardan.

Bukan sekali dua kali pria itu pergi bertugas dalam waktu lama, mereka juga pernah ditinggal sampai lebih dari setengah tahun lamanya. Itu pun masih untung karena rata-rata prajurit antariksa bisa pergi bertugas sampai lima tahun lebih.

“Paman Grim belum pulang juga, Bi?” tanya Ardan prihatin.

Arni menunduk, berat rasanya tuk menjawab.

Grimaelo Adrael Novan, suami Arni itu memang sering kali meninggalkannya karena tugas dan kewajiban sebagai perwira. Mereka masih terus saling menghubungi, tetapi tugas perang yang dijalani Grim selalu membuat Arni khawatir.

Bukan masalah dia kecewa dan merasa kesepian karena sering ditinggalkan, Arni hanya cemas karena kematian akan selalu mengancam nyawa pria yang sangat ia cintai itu.

Sebagai jawaban atas pertanyaan Ardan, Arni hanya menggeleng. Kemudian, dia berusaha memberi pengertian pada Branz sambil mengelus tangan kecil putra bungsunya itu.

“Dek, mereka pergi untuk menggapai cita-cita mereka. Cita-cita untuk melindungi banyak orang di seluruh planet kita. Tanpa mereka, kita takkan bisa hidup damai dan aman seperti sekarang ini. Mereka menempuh pendidikan militer demi bisa menjadi pahlawan, seperti Abah.”

Dalam sendunya, seusaha mungkin Arni memberikan senyum menenangkan pada Branz.

“Abah juga jarang pulang karena kewajibannya melindungi kita semua.” Arni pun mengelus sayang puncak kepala Branz. “Jadi, jangan sedih, ya. Mereka pergi karena ingin menjadi pahlawan seperti Abah. Kelak kalau mereka ada waktu luang, pasti kita bakal kembali kumpul bersama, bersama Abah juga.”

Mendengar penjelasan halus Arni, Branz pun mengangguk pelan. Walau berat, tapi dia berusaha mengerti kalau saudara-saudaranya itu pergi karena memiliki niat baik untuk melindungi banyak orang dan kehidupan di planet ini. Dia berkata demikian karena rindu dengan kebersamaan yang telah mereka lewati.

Ardan, Rafa, dan Nadia pun merasa sedih melihat Branz sendu begini. Tapi, mau bagaimana lagi? Sudah keputusan mereka untuk mengikuti jalan orang tua mereka sebagai prajurit militer.

“Branz mengerti, Mak.” Branz langsung memberi senyum semangat. “Branz juga punya cita-cita ingin menjadi prajurit seperti saudara-saudara Branz dan juga Abah!”

“Sungguh?! Wah.... Pasti kau akan menjadi prajurit paling hebat nanti, Branz,” hibur Ardan. “Kau bakal bisa mengalahkan banyak musuh dalam sekali serang. Bom! Bom!”

“Ahahahaha....”

Mereka semua tertawa menanggapi ucapan Ardan. Seketika suasana sendu itu jadi lebih cair dengan interaksi mereka saat ini.

“Serius?” Rian meneguk minumannya sesaat. “Cuma aku yang enggak tertarik jadi prajurit?”

“Hah?”

“Eh?”

“Hoh?”

Sontak mereka fokus menatap pemuda remaja berkacamata itu. Memang dari seluruh anggota keluarga Grim, hanya Rian yang sama sekali tidak tertarik dengan dunia pertempuran. Menurutnya, terlalu monoton jika satu keluarga isinya orang-orang yang pernah atau bekerja di instansi militer.

“Tumben cuma otakmu yang lurus— Adoh!”

Ardan mengaduh ketika kepalanya ditonyor Rafa.

“Maksudmu, otak kita yang mau jadi prajurit enggak beres, gitu?” tanya Rafa sedikit jengkel.

“Enggak gitu juga, Raf....” Ardan mengelus kepalanya yang kena toyor. “Maksudku, tumben banget Rian punya pemikiran yang beda dari kita soal cita-cita, sedangkan kita semua serentak pengen jadi prajurit, bahkan Branz yang masih kecil aja pengen jadi prajurit.”

“O, jelas, dong! Aku ini beda dari kalian semua,” jawab Rian angkuh.

“Emang cita-citamu mau jadi apa, sih?” tanya Ardan penasaran juga.

“Cita-citaku adalah....”

Rian membetulkan posisi kacamata hingga lensanya tiba-tiba memantulkan cahaya. Dia berdiri dengan percaya diri, menunjukkan betapa hebatnya dia bisa memiliki cita-cita yang berbeda dari saudara-saudaranya.

Melihat Rian mau ambil pose keren membuat Ardan dan Rafa cuma bisa menatap serta menanggapinya datar.

“Tuh, adekmu mau Henshin dia, pakai ambil pose segala,” bisik Ardan pada Rafa.

Rafa balas berbisik, “Kau kira dia tokoh Tokusatsu? Enggak demen yang kaya begituan dia. Rian emang suka bengek sendiri kalau mau banggain diri.”

Sekarang, Rian pun mulai mendeklarasikan cita-citanya pada mereka semua.

...~*~*~*~...

Episodes
1 Chapter 1 : Remedial
2 Chapter 2 : Hama Goblin
3 Chapter 3 : Bawah Tanah
4 Chapter 4 : Monster Misterius
5 Chapter 5 : Kekuatan Asli
6 Chapter 6 : Tidak Tahu
7 Chapter 7 : Mainan
8 Chapter 8 : Kotak
9 Chapter 9 : Bayangan
10 Chapter 10 : Cerita Kenangan
11 Chapter 11 : Astan
12 Chapter 12 : Merindukan Masa Lalu
13 Chapter 13 : Sarapan Keluarga
14 Chapter 14 : Cita-cita Rian
15 Chapter 15 : Kegencet
16 Chapter 16 : Trauma Nadia
17 Chapter 17 : Selamat Datang
18 Chapter 18 : Teman Baru Teman Lama
19 Chapter 19 : Main Keroyokan
20 Chapter 20 : Dua Lawan Banyak
21 Chapter 21 : Pengendali Air
22 Chapter 22 : Sheena
23 Chapter 23 : Ardan Lupa
24 Chapter 24 : Tipe Cewek
25 Chapter 25 : Tipe Cowok
26 Chapter 26 : Persiapan Kegiatan
27 Chapter 27 : Kelompok 17
28 Chapter 28 : Militer Antariksa
29 Chapter 29 : Awal Perkenalan
30 Chapter 30 : PeDeKaTe
31 Chapter 31 : Gombal
32 Chapter 32 : Perdebatan Shujin
33 Chapter 33 : Ardan tak Peduli
34 Chapter 34 : Keliling Fasilitas Akademi
35 Chapter 35 : Muach
36 Chapter 36 : Pohon Bunuh Diri
37 Chapter 37 : Rencana Mengincar Bayang
38 Chapter 38 : Chat
39 Chapter 39 : Ardan Ge'er
40 Chapter 40 : Krisan Kepo
41 Chapter 41 : Keluarga Novan
42 Chapter 42 : Pengetesan?
43 Chapter 43 : Kelompok Junior Melawan Ardan
44 Chapter 44 : Kombo Trio WekaWeka
45 Chapter 45 : Jagoan Belakangan
46 Chapter 46 : Genre Novel
47 Chapter 47 : Mengejek
48 Chapter 48 : Pesona
49 Chapter 49 : Gagak
50 Chapter 50 : Banting-Membanting
51 Chapter 51 : Kasih Paham
52 Chapter 52 : Duel Cepat
53 Chapter 53 : Efek Negatif Jurus
54 Chapter 54 : Tetap Lanjut?
55 Chapter 55 : Sang Pengendali Darah dan Parasit
56 Chapter 56 : Teguran Rafa
57 Chapter 57 : Menggonggong
58 Chapter 58 : Bumerang
59 Chapter 59 : Kecurigaan Rafa dan Ardan
60 Chapter 60 : Serba Salah Bertindak
61 Chapter 61 : Kapten Zeon?
62 Chapter 62 : Sistem?
63 Chapter 63 : Sistem Agresif?
64 Chapter 64 : Menghapus Sistem dan Sejarah
65 Chapter 65 : Eksekusi
66 Chapter 66 : Girang tak Karuan
67 Chapter 67 : Hoaks dan Sabotase
68 Chapter 68 : Persiapan Pasangan
69 Chapter 69 : V-Idol dan Kedekatan Rafa
70 Chapter 70 : Pesta Penutupan
71 Chapter 71 : Ciuman yang Salah
72 Chapter 72 : Pertengkaran
73 Chapter 73 : Kutukan Sepatu Hak Tinggi
74 Chapter 74 : Binar Makanan
75 Chapter 75 : Hadiah Lomba
76 Chapter 76 : Berpasangan
77 Chapter 77 : Kekacauan Dansa
78 Chapter 78 : Juara Satu
79 Chapter 79 : Grim
80 Chapter 80 : Regan Kembali
81 Chapter 81 : Bintang
82 Chapter 82 : Keluarga yang Hilang
83 Salam Hangat dari Author
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Chapter 1 : Remedial
2
Chapter 2 : Hama Goblin
3
Chapter 3 : Bawah Tanah
4
Chapter 4 : Monster Misterius
5
Chapter 5 : Kekuatan Asli
6
Chapter 6 : Tidak Tahu
7
Chapter 7 : Mainan
8
Chapter 8 : Kotak
9
Chapter 9 : Bayangan
10
Chapter 10 : Cerita Kenangan
11
Chapter 11 : Astan
12
Chapter 12 : Merindukan Masa Lalu
13
Chapter 13 : Sarapan Keluarga
14
Chapter 14 : Cita-cita Rian
15
Chapter 15 : Kegencet
16
Chapter 16 : Trauma Nadia
17
Chapter 17 : Selamat Datang
18
Chapter 18 : Teman Baru Teman Lama
19
Chapter 19 : Main Keroyokan
20
Chapter 20 : Dua Lawan Banyak
21
Chapter 21 : Pengendali Air
22
Chapter 22 : Sheena
23
Chapter 23 : Ardan Lupa
24
Chapter 24 : Tipe Cewek
25
Chapter 25 : Tipe Cowok
26
Chapter 26 : Persiapan Kegiatan
27
Chapter 27 : Kelompok 17
28
Chapter 28 : Militer Antariksa
29
Chapter 29 : Awal Perkenalan
30
Chapter 30 : PeDeKaTe
31
Chapter 31 : Gombal
32
Chapter 32 : Perdebatan Shujin
33
Chapter 33 : Ardan tak Peduli
34
Chapter 34 : Keliling Fasilitas Akademi
35
Chapter 35 : Muach
36
Chapter 36 : Pohon Bunuh Diri
37
Chapter 37 : Rencana Mengincar Bayang
38
Chapter 38 : Chat
39
Chapter 39 : Ardan Ge'er
40
Chapter 40 : Krisan Kepo
41
Chapter 41 : Keluarga Novan
42
Chapter 42 : Pengetesan?
43
Chapter 43 : Kelompok Junior Melawan Ardan
44
Chapter 44 : Kombo Trio WekaWeka
45
Chapter 45 : Jagoan Belakangan
46
Chapter 46 : Genre Novel
47
Chapter 47 : Mengejek
48
Chapter 48 : Pesona
49
Chapter 49 : Gagak
50
Chapter 50 : Banting-Membanting
51
Chapter 51 : Kasih Paham
52
Chapter 52 : Duel Cepat
53
Chapter 53 : Efek Negatif Jurus
54
Chapter 54 : Tetap Lanjut?
55
Chapter 55 : Sang Pengendali Darah dan Parasit
56
Chapter 56 : Teguran Rafa
57
Chapter 57 : Menggonggong
58
Chapter 58 : Bumerang
59
Chapter 59 : Kecurigaan Rafa dan Ardan
60
Chapter 60 : Serba Salah Bertindak
61
Chapter 61 : Kapten Zeon?
62
Chapter 62 : Sistem?
63
Chapter 63 : Sistem Agresif?
64
Chapter 64 : Menghapus Sistem dan Sejarah
65
Chapter 65 : Eksekusi
66
Chapter 66 : Girang tak Karuan
67
Chapter 67 : Hoaks dan Sabotase
68
Chapter 68 : Persiapan Pasangan
69
Chapter 69 : V-Idol dan Kedekatan Rafa
70
Chapter 70 : Pesta Penutupan
71
Chapter 71 : Ciuman yang Salah
72
Chapter 72 : Pertengkaran
73
Chapter 73 : Kutukan Sepatu Hak Tinggi
74
Chapter 74 : Binar Makanan
75
Chapter 75 : Hadiah Lomba
76
Chapter 76 : Berpasangan
77
Chapter 77 : Kekacauan Dansa
78
Chapter 78 : Juara Satu
79
Chapter 79 : Grim
80
Chapter 80 : Regan Kembali
81
Chapter 81 : Bintang
82
Chapter 82 : Keluarga yang Hilang
83
Salam Hangat dari Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!