Chapter 15 : Kegencet

Kantor Administrasi Akademi juga memiliki lapangan penerbangan yang sangat luas untuk menampung transportasi-transportasi terbang seperti helikopter, pesawat, hingga roket dan pesawat ulang-alik ke luar angkasa. Hal itu dikarenakan akademi sendiri berada di lokasi yang jauh dari kantor administrasinya yang berada di Kota Merin, ibu kota Ranjaya.

Di bagian timur lapangan, terlihat sebuah pesawat masih berada di sana. Ratusan orang yang merupakan Taruna-Taruni akademi militer terlihat berombongan memasuki pesawat sebelum siap lepas landas. Di sana juga tinggal dua petugas berseragam yang sedang memeriksa daftar nama Taruna-Taruni yang akan di antar ke akademi menggunakan pesawat tersebut.

“Masih kurang tiga lagi ini,” ucap salah satu petugas setelah menghitung jumlahnya di tab.

“Serius? Kita udah musti sampai di sana jam sembilan nanti,” keluh rekannya.

Tak berapa lama, terlihat tiga orang yang dimaksud berlari terburu-buru menghampiri pesawat. Rupanya mereka adalah Ardan, Rafa, dan Nadia yang hampir telat datang. Melihat tiga penumpang terakhir sudah tiba membuat kedua petugas itu bernafas lega.

“Maaf, Pak. Telat...,” ucap Rafa ngos-ngosan ketika ia dan kedua orang tadi sudah tiba menghampiri sang petugas.

“Ya, sudahlah. Kartu Akademi kalian kesini’in. Abis itu, tanda tangan ke dia,” perintah sang petugas dan sempat menunjuk petugas lain yang memegang tab.

Ketiganya memberikan Kartu Akademi mereka untuk dipindai menggunakan mesin pindai portabel. Setelah selesai, sang petugas mengembalikan kartu mereka kembali, lalu mempersilakan mereka tuk tanda tangan di tab.

“Kalau sudah, masuk, ya.”

“Siap, Pak.”

Begitu selesai tanda tangan, mereka bertiga segera masuk ke dalam pesawat.

....

“Aku duluan yang duduk di dekat jendela, Bang!”

Nadia, Ardan, dan Rafa buru-buru mencari tempat duduk yang masih kosong. Ketika menemukan ada kursi kosong dekat jendela, Nadia langsung duduk di sana mendahului kedua abangnya itu.

“Yeay! Akhirnya, aku bisa juga duduk di— Adoh! Bang! Bang Ardan! Kenapa badanku digencet begeneh, seh?!”

Badan kecil Nadia terhimpit di antara tembok dan tubuh Ardan yang duduk di bagian tengah. Namun, bukan Nadia saja yang jadi korban, Ardan pun tak sengaja menggencet Nadia gara-gara Rafa yang menggencet pemuda itu karena ngambek enggak dapat duduk dekat jendela.

“Bu-bukan aku, Nad! Ab-Abangmu itu noh yang gencet-gencet aku duluan!” keluh Ardan berusaha mendorong tubuh besar Rafa. “Udah badan segede gedung kantor DPR, masih aja sembarangan gencet badan orang.”

“Bang Rafa...! Kasih ruang dikit nape, Bang...? Adekmu ini lama-lama jadi adek geprek juga kalau digini’in terus, Bang! Ish!” Nadia risih karena badannya makin terhimpit badan Ardan dan tembok pesawat.

Rafa yang duduk sambil berusaha menggencet Ardan bicara dengan nada ketus, “Salah sendiri duduk dekat jendela duluan.”

“Aelah, Bang...! Ngalah ‘dikit, nape?! Udah paling sulung, kelakuan masih kekanak-kanakan aja. Malu sama Branz yang masih bocah tapi udah pengertian sama saudara-saudaranya,” omel Nadia panjang lebar, masih menahan risih karena kena himpit. “Akh! Aduh! Kayak gini terus, lama-lama tepos juga dada seksiku ini.”

“Man-mana ada dada kau seksi,” timpal Ardan masih nahan digencet Rafa. “Dilihat pakai ujung lobang sedotan pun juga kagak kelihatan wujudnya.”

“Bang Ardan kalau yang cabul-cabul omongannya lancar jaya, yak. Kayak endus badak! Aw!”

Rafa makin menjadi-jadi menghimpit mereka. “Aku enggak mau menyingkir. Aku ngambek.”

“Rafa! Adek kau bengek, Anjer!” Ardan ngegas.

“Abang....!” Nadia sudah jejeritan tak karuan.

“Hei!”

Ketiganya langsung terlonjak kaget ketika ditegur petugas pesawat. Buru-buru Rafa menjauh dari Ardan dan Nadia, membuat keduanya bisa bernafas lega setelah habis-habisan digencet Rafa.

“Jangan berisik. Kalian jadi pusat perhatian yang lain, noh. Bentar lagi mau lepas landas ini.”

Mereka melihat ke arah sekitar di mana orang-orang di sana memang sempat memperhatikan keributan mereka, di antaranya ada yang sudah sibuk sendiri karena tak ingin kepergok ikut liatin orang.

Setelah ditegur dan sang petugas juga kembali bertugas, Rafa malah tertawa sendiri mengingat reaksi kocak Ardan dan Nadia saat digencet tadi.

“Hahahaha....”

“Dih. Malah ketawa pula menara sutet ini. Adek kau, noh! Hampir sekarat itu kau buat,” omel Ardan sambil menepuk-nepuk bahu berotot Rafa.

“Bang Rafa pasti isengin kita, Bang Ardan. Dia ‘mah kalau bercanda suka hampir bunuh orang,” omel Nadia pula.

Sambil menyeka air mata tawa, Rafa menyahut, “Ihik, khik.... Lucu aja gitu lihat kalian kayak hampir dipanggil Yang Maha Kuasa.”

“Rafa!”

“Bang Rafa!”

...~*~*~*~...

Perjalanan dari Kantor Administrasi menuju akademi memakan waktu sekitar satu jam. Jadi, para Taruna-Taruni yang diantar memilih untuk mengistirahatkan diri dulu sambil menunggu pesawat mendarat.

Rafa terlihat sedang asik membaca materi pelajaran di tabnya dengan menggunakan kacamata baca dan memasang bantal leher agar tidak merasa tegang.

Rafa memang termasuk orang yang rajin belajar, bahkan selalu mendapat peringkat teratas di akademi. Sudah badan tinggi-besar, otak pun tak kalah cerdas. Wajar jika ia sering kali disegani para Taruna lain. Beda dengan Ardan yang hanya punya nilai tinggi saat pelajaran praktik atau latihan di lapangan saja, sisanya anjlok semua.

Ardan sendiri awalnya hendak memutuskan tuk mendengarkan musik saja, tapi niatnya urung ketika melihat Nadia murung sambil menatap kosong pemandangan langit di luar jendela.

Aneh, padahal pas berangkat tadi gadis berambut pirang panjang ini baik-baik saja. Kenapa sekarang tampak tak bersemangat begini?

“Kau kenapa, Nad?”

Sontak Nadia menoleh ke arah Ardan. Rafa juga ikut mengalihkan pandangan ke arah adiknya saat nada khawatir Ardan terdengar. Seusil-usilnya Rafa pada Nadia, ia masih tetap mencemaskan keadaan adik kandungnya itu.

“Kalau ada masalah, cerita,” lanjut Ardan, “Atau, kau gugup masuk akademi?”

Nadia menggeleng lesu. “Bukan gitu, Bang. Aku malah udah enggak sabar lagi buat masuk akademi. Cuma....”

Nadia menggigit bibir bawahnya sejenak, ragu tuk menceritakan apa yang sudah membuatnya risih.

“Walau kelasnya nyampur antara cowok sama cewek, asramanya tetap dipisah, kan? Aku pasti musti tinggal satu unit sama cewek juga.”

“Terus?” tanya Rafa singkat sambil melepas kacamata baca.

Ada jeda sesaat sebelum Nadia lanjut bicara, “Kalian tahu sendiri 'kan kalau aku punya pengalaman buruk temenan sama sesama cewek.”

Rafa dan Ardan sempat berpandangan sesaat. Mereka baru ingat kalau Nadia punya pengalaman buruk saat berteman dengan sesama perempuan di masa lalu.

...~*~*~*~...

Lima tahun yang lalu, tepatnya saat masih SMP. Nadia memiliki pergaulan yang masih wajar dengan sesama perempuan. Mereka suka kumpul bersama, nonton drama bareng, jalan-jalan, hingga mengerjakan PR bersama. Semua tampak normal dan baik-baik saja sampai suatu kejadian terjadi.

Saat itu pada jam makan siang di sekolah, Nadia yang baru saja selesai membantu guru menyerahkan beberapa dokumen sekolah buru-buru berjalan menuju kantin. Kebetulan jalan di lorong ini lumayan lenggang dan sedikit siswa-siswi berlalu-lalang.

“Duh. Teman-teman pasti udah lama menungguku di kantin,” gumam Nadia sambil berjalan dan merapikan ikatan rambut pirangnya.

Namun, langkah kaki kecilnya terhenti di depan pintu kamar ganti perempuan yang kebetulan terbuka sedikit. Di sana dia mendengar samar-samar suara obrolan teman-temannya. Nadia pikir mereka sudah di kantin, rupanya malah nongkrong di sini.

Awalnya, Nadia hendak masuk dan menyapa mereka riang seperti biasa, tapi urung ketika mendengar ucapan yang menohok hatinya.

“Nadia itu menyebalkan banget, ya.”

...~*~*~*~...

Episodes
1 Chapter 1 : Remedial
2 Chapter 2 : Hama Goblin
3 Chapter 3 : Bawah Tanah
4 Chapter 4 : Monster Misterius
5 Chapter 5 : Kekuatan Asli
6 Chapter 6 : Tidak Tahu
7 Chapter 7 : Mainan
8 Chapter 8 : Kotak
9 Chapter 9 : Bayangan
10 Chapter 10 : Cerita Kenangan
11 Chapter 11 : Astan
12 Chapter 12 : Merindukan Masa Lalu
13 Chapter 13 : Sarapan Keluarga
14 Chapter 14 : Cita-cita Rian
15 Chapter 15 : Kegencet
16 Chapter 16 : Trauma Nadia
17 Chapter 17 : Selamat Datang
18 Chapter 18 : Teman Baru Teman Lama
19 Chapter 19 : Main Keroyokan
20 Chapter 20 : Dua Lawan Banyak
21 Chapter 21 : Pengendali Air
22 Chapter 22 : Sheena
23 Chapter 23 : Ardan Lupa
24 Chapter 24 : Tipe Cewek
25 Chapter 25 : Tipe Cowok
26 Chapter 26 : Persiapan Kegiatan
27 Chapter 27 : Kelompok 17
28 Chapter 28 : Militer Antariksa
29 Chapter 29 : Awal Perkenalan
30 Chapter 30 : PeDeKaTe
31 Chapter 31 : Gombal
32 Chapter 32 : Perdebatan Shujin
33 Chapter 33 : Ardan tak Peduli
34 Chapter 34 : Keliling Fasilitas Akademi
35 Chapter 35 : Muach
36 Chapter 36 : Pohon Bunuh Diri
37 Chapter 37 : Rencana Mengincar Bayang
38 Chapter 38 : Chat
39 Chapter 39 : Ardan Ge'er
40 Chapter 40 : Krisan Kepo
41 Chapter 41 : Keluarga Novan
42 Chapter 42 : Pengetesan?
43 Chapter 43 : Kelompok Junior Melawan Ardan
44 Chapter 44 : Kombo Trio WekaWeka
45 Chapter 45 : Jagoan Belakangan
46 Chapter 46 : Genre Novel
47 Chapter 47 : Mengejek
48 Chapter 48 : Pesona
49 Chapter 49 : Gagak
50 Chapter 50 : Banting-Membanting
51 Chapter 51 : Kasih Paham
52 Chapter 52 : Duel Cepat
53 Chapter 53 : Efek Negatif Jurus
54 Chapter 54 : Tetap Lanjut?
55 Chapter 55 : Sang Pengendali Darah dan Parasit
56 Chapter 56 : Teguran Rafa
57 Chapter 57 : Menggonggong
58 Chapter 58 : Bumerang
59 Chapter 59 : Kecurigaan Rafa dan Ardan
60 Chapter 60 : Serba Salah Bertindak
61 Chapter 61 : Kapten Zeon?
62 Chapter 62 : Sistem?
63 Chapter 63 : Sistem Agresif?
64 Chapter 64 : Menghapus Sistem dan Sejarah
65 Chapter 65 : Eksekusi
66 Chapter 66 : Girang tak Karuan
67 Chapter 67 : Hoaks dan Sabotase
68 Chapter 68 : Persiapan Pasangan
69 Chapter 69 : V-Idol dan Kedekatan Rafa
70 Chapter 70 : Pesta Penutupan
71 Chapter 71 : Ciuman yang Salah
72 Chapter 72 : Pertengkaran
73 Chapter 73 : Kutukan Sepatu Hak Tinggi
74 Chapter 74 : Binar Makanan
75 Chapter 75 : Hadiah Lomba
76 Chapter 76 : Berpasangan
77 Chapter 77 : Kekacauan Dansa
78 Chapter 78 : Juara Satu
79 Chapter 79 : Grim
80 Chapter 80 : Regan Kembali
81 Chapter 81 : Bintang
82 Chapter 82 : Keluarga yang Hilang
83 Salam Hangat dari Author
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Chapter 1 : Remedial
2
Chapter 2 : Hama Goblin
3
Chapter 3 : Bawah Tanah
4
Chapter 4 : Monster Misterius
5
Chapter 5 : Kekuatan Asli
6
Chapter 6 : Tidak Tahu
7
Chapter 7 : Mainan
8
Chapter 8 : Kotak
9
Chapter 9 : Bayangan
10
Chapter 10 : Cerita Kenangan
11
Chapter 11 : Astan
12
Chapter 12 : Merindukan Masa Lalu
13
Chapter 13 : Sarapan Keluarga
14
Chapter 14 : Cita-cita Rian
15
Chapter 15 : Kegencet
16
Chapter 16 : Trauma Nadia
17
Chapter 17 : Selamat Datang
18
Chapter 18 : Teman Baru Teman Lama
19
Chapter 19 : Main Keroyokan
20
Chapter 20 : Dua Lawan Banyak
21
Chapter 21 : Pengendali Air
22
Chapter 22 : Sheena
23
Chapter 23 : Ardan Lupa
24
Chapter 24 : Tipe Cewek
25
Chapter 25 : Tipe Cowok
26
Chapter 26 : Persiapan Kegiatan
27
Chapter 27 : Kelompok 17
28
Chapter 28 : Militer Antariksa
29
Chapter 29 : Awal Perkenalan
30
Chapter 30 : PeDeKaTe
31
Chapter 31 : Gombal
32
Chapter 32 : Perdebatan Shujin
33
Chapter 33 : Ardan tak Peduli
34
Chapter 34 : Keliling Fasilitas Akademi
35
Chapter 35 : Muach
36
Chapter 36 : Pohon Bunuh Diri
37
Chapter 37 : Rencana Mengincar Bayang
38
Chapter 38 : Chat
39
Chapter 39 : Ardan Ge'er
40
Chapter 40 : Krisan Kepo
41
Chapter 41 : Keluarga Novan
42
Chapter 42 : Pengetesan?
43
Chapter 43 : Kelompok Junior Melawan Ardan
44
Chapter 44 : Kombo Trio WekaWeka
45
Chapter 45 : Jagoan Belakangan
46
Chapter 46 : Genre Novel
47
Chapter 47 : Mengejek
48
Chapter 48 : Pesona
49
Chapter 49 : Gagak
50
Chapter 50 : Banting-Membanting
51
Chapter 51 : Kasih Paham
52
Chapter 52 : Duel Cepat
53
Chapter 53 : Efek Negatif Jurus
54
Chapter 54 : Tetap Lanjut?
55
Chapter 55 : Sang Pengendali Darah dan Parasit
56
Chapter 56 : Teguran Rafa
57
Chapter 57 : Menggonggong
58
Chapter 58 : Bumerang
59
Chapter 59 : Kecurigaan Rafa dan Ardan
60
Chapter 60 : Serba Salah Bertindak
61
Chapter 61 : Kapten Zeon?
62
Chapter 62 : Sistem?
63
Chapter 63 : Sistem Agresif?
64
Chapter 64 : Menghapus Sistem dan Sejarah
65
Chapter 65 : Eksekusi
66
Chapter 66 : Girang tak Karuan
67
Chapter 67 : Hoaks dan Sabotase
68
Chapter 68 : Persiapan Pasangan
69
Chapter 69 : V-Idol dan Kedekatan Rafa
70
Chapter 70 : Pesta Penutupan
71
Chapter 71 : Ciuman yang Salah
72
Chapter 72 : Pertengkaran
73
Chapter 73 : Kutukan Sepatu Hak Tinggi
74
Chapter 74 : Binar Makanan
75
Chapter 75 : Hadiah Lomba
76
Chapter 76 : Berpasangan
77
Chapter 77 : Kekacauan Dansa
78
Chapter 78 : Juara Satu
79
Chapter 79 : Grim
80
Chapter 80 : Regan Kembali
81
Chapter 81 : Bintang
82
Chapter 82 : Keluarga yang Hilang
83
Salam Hangat dari Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!