“Semua berawal saat ayahmu ditugaskan untuk menjaga dan mengawasi perjalanan sebuah kapal antariksa khusus mengangkut peralatan-peralatan medis ke sebuah planet yang sedang diteraformasi. Sebelum menjadi pemburu saat masih bujang dulu, dia merupakan seorang prajurit di Angkatan Militer Orbit.”
Ardan mengangguk. Dia memang sudah tahu bahwa ayahnya bekerja di instansi militer duluan sebagai prajurit biasa, pemburu, lalu kembali menjadi perwira setelah Serikat Galaksi mengalami revolusi kekuatan. Yaitu, masa peralihan sumber kekuatan yang awalnya berawal dari sistem menjadi kebangkitan.
“Dulu kekuatan makhluk hidup bergantung pada Sistem Kehidupan, bukan? Di mana seseorang harus berburu monster untuk menaikkan level kekuatan tertentu, seperti game RPG.”
Ardan cuma mengangguk lagi. Pasalnya, dia tidak mengerti konsep kekuatan yang berasal dari Sistem Kehidupan seperti naik level, memprogram kemampuan, cheat, dan sebagainya seperti game. Dia cuma tahu kalau konsep seperti itu sering ditemuinya di novel-novel online.
Pemuda itu jadi berpikir, kok bisa zaman ayahnya jadi pemburu dulu meningkatkan kekuatan harus lewat sistem?
Kedengarannya konyol.
Bayang mulai menjelaskan, “Awalnya, Astan itu hanya memiliki sistem bawaan dari pihak Angkatan Antariksa. Saat itu setiap prajurit wajib memeriksa kesehatan dulu sebelum bertugas ke luar planet. Namun, ketika Astan berada dalam masa pemeriksaan, pihak perusahaan dari pemilik kapal melihat potensi besar pada tubuh Astan.”
“Mereka berpendapat bahwa tubuh Astan mampu menampung kekuatan dari Sistem Kehidupan buatan yang mereka buat sendiri secara ilegal. Kekacauan sempat terjadi di kapal itu gara-gara ayahmu bersikeras menolak pemasangan sistem ilegal tersebut.”
“Sistem itu pun dipasang secara paksa. Akibat emosi dan kekeras-kepalaannya itulah yang membuat diriku ini tercipta.”
“Tunggu dulu.” Ardan menaikkan sebelah alisnya heran. “Maksudmu, kau tercipta dari emosi ayahku?”
Bayang mengangguk. “Lebih tepatnya berasal dari bayangan Astan serta emosinya. Astan bersikeras tidak ingin ditanamkan sistem buatan karena merasa sistem selama ini hanya diciptakan untuk mengendalikan pikiran makhluk hidup, bukan memperkuat makhluk itu sendiri.”
Bayang kembali menjelaskan, “Karena aku yang baru lahir itu masih lebih mengandalkan insting ketimbang akal sehat, pihak perusahaan mempengaruhiku. Mereka memberiku penawaran. Jika Astan masih menolak dipasangkan sistem buatan, maka aku berhak membunuhnya dan mengambil alih tubuhnya.”
“K-kau...!”
Kedua tangan Ardan terkepal erat saat mendengar tujuan jahat Bayang di masa lalu. Ternyata, makhluk ini pernah punya niat jahat tuk membunuh ayahnya, tentu Ardan emosi mengetahuinya.
Melihat pemuda itu mulai emosi, Bayang berusaha menenangkan, “Wo! Wo! Sabar, Bung. Itu hanya masa lalu. Kalau aku masih punya niat jahat seperti itu, kau pasti takkan pernah lahir ke dunia ini, bukan?”
Ardan mulai menghela nafas, berusaha menenangkan diri. Kalau sudah berurusan dengan ayahnya, Ardan pasti cukup kesulitan menahan emosi.
“Kau benar. Itu hanya masa lalu. Maaf. Lanjutkan saja,” ucap Ardan datar.
Bayang pun melanjutkan, “Tentu aku yang saat itu sangat menginginkan sebuah tubuh menyetujuinya. Astan hendak kabur dari kapal itu, tapi aku sempat mencegatnya. Kami pun bertarung, dan pertarungan itulah yang membuat sebelah matanya rusak dan berubah warna.”
“Kau tahu, Dan. Matanya yang berwarna perak itu terluka karena terkena cakaranku dan hampir membuatnya buta.”
“Setelah Astan berhasil selamat dari insiden di kapal antariksa tersebut, aku yang masih tertinggal di kapal itu pun tertidur, lalu bangkit kembali beberapa tahun kemudian. Setelah bangkit, aku pun langsung menyambungkan pikiranku dengan pikiran Astan. Walau kami terpisah jauh oleh jarak, tapi yang namanya kekuatan pikiran pasti mudah saling terhubung, apalagi aku sendiri masih bagian dari diri Astan, karena aku adalah bayangannya yang hidup.”
“Aku mengirimkan beberapa ingatan yang sempat dilupakan Astan setelah insiden itu, karena rupanya dia hilang ingatan, serta memberikan beberapa sugesti agar dia kembali ke kapal tersebut.”
“Tujuannya?” tanya singkat Ardan.
Bayang sempat melirik Ardan dengan satu matanya. “Tentu untuk merebut tubuh ayahmu. Tapi sekali lagi kutegaskan, itu hanya masa lalu.”
“Ayahmu yang pada saat itu berprofesi sebagai pemburu pun berhasil kembali ke kapal itu dengan menyamar menjadi prajurit dari tim penyelidik. Karena kapal itu sudah menjadi bangkai dan banyak makhluk-makhluk buatan liar yang lepas, dia dan rekan-rekannya sering kali mengalami kesulitan demi mencari beberapa barang bukti pemilik kapal yang saat itu mendapat kasus karena ketahuan melakukan tindakan ilegal. Ya..., seperti menciptakan monster dan sistem buatan.”
“Saat Astan berhasil mengumpulkan semua bukti dan hendak pergi dari kapal, aku kembali mencegatnya. Dan kali ini, aku berhasil mendapatkan tubuhnya dan kabur ke suatu planet yang masih layak huni. Sedangkan ia sendiri berubah menjadi bayangan seperti wujudku saat ini.”
“Kau membuatnya bertukar tubuh, begitu?”
“Bisa dibilang begitu,” jawab Bayang atas pertanyaan Ardan, ia sempat menggeleng setelahnya. “Entahlah. Aku tidak bisa menjelaskan lebih rinci lagi karena akan sangat panjang dan sebagian kejadian pun banyak yang lupa.”
“Terus, apakah ayahku berhasil merebut kembali tubuhnya?” Ardan menaikkan satu kaki ke atas tepi ranjang.
“Jelas bisa! Apalagi saat itu dia dibantu sahabatnya yang seorang perwira menengah. Eee.... Siapa ya namanya...?” Bayang berusaha mengingat-ingat. “Mufin? Morpin? Gabin? Akh! Entahlah, aku lupa! Yang jelas, kekuatan sahabat ayahmu itu benar-benar kampret! Dia bisa mengendalikan listrik dan sering kali menghantamkan listriknya itu ke arahku. Aku masih punya dendam kesumat sama orang itu. Apalagi kalau dia lagi senyum ramah, pengen kusobek mulutnya.”
Ardan sempat terkekeh mendengar celotehan Bayang. Seingat Ardan, ayahnya memang punya banyak teman, maklum anak ekstrovert. Namun, kalau untuk sahabat Astan yang dimaksud Bayang, Ardan sama sekali tidak tahu.
“Setelah itu, bagaimana?” tanya Ardan lagi.
“Walau Astan berhasil mendapatkan tubuhnya kembali, tak semerta-merta membuatnya bebas dariku. Justru kami menyatu dan aku masih suka mengganggu pikirannya.”
“Kau memang makhluk yang nakal,” ledek Ardan iseng.
“Tapi ganteng dan ngegemesin.... Unch! Unch!”
“Huek...!”
Buru-buru Ardan melengos, berusaha nahan mules saat Bayang sok-sok’an memasang ekspresi imut disertai bentuk mata menyerupai mata kucing yang ingin minta dielus.
Sumpah, enggak cocok sekali! Pantaslah kalau Bayang berasal dari diri Astan sendiri. Kelakuan mereka sama-sama ngeselin.
“Nape? Muntaber kau?” sahut Bayang sewot karena tahu saat ini dia diledek.
Ardan menggeleng, kembali berbalik menghadap Bayang. “Eng-enggak, kok. Lanjut aja.”
“Sejak saat itu, kami sering ribut dan saling bermusuhan. Sampai pada saat pihak suatu organisasi jahat bernama.... Eee.... Nama....”
Lagi-lagi Bayang berusaha mengingat, tapi tidak bisa karena kejadian itu sudah sangat lama berlalu, jauh sebelum Ardan lahir bahkan sebelum Astan bertemu calon istrinya.
“Akh! Entahlah! Aku lupa namanya! Yang jelas, entu organisasi ada kerja sama dengan perusahaan yang membuat sistem ilegal tersebut,” omel Bayang emosi sendiri. “Anggota organisasinya berhasil menculik Astan dan mereka kembali berusaha mengaktifkan sistem ilegal menggunakan perangkat yang sudah diperbaharui versinya dengan cara menghapus seluruh ingatan Astan. Kali ini mereka melakukannya tanpaku.”
“Sebelum proses penghapusan ingatan itu dimulai, Astan dibuat tak sadarkan diri. Di saat itulah aku muncul, mengatakan padanya bahwa percuma saja mengelak. Alam semesta kelak akan seluruhnya dikendalikan oleh Sistem Kehidupan. Seluruh makhluk hidup akan terus menjadi kuat dengan cara seinstan itu.”
“Lalu, apa kau tahu responnya?”
Ardan memilih diam, menunggu kelanjutan dari cerita Bayang dengan lebih saksama.
“Dia ingin bebas, dan dia tidak akan menyerah begitu saja.”
...~*~*~*~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments