Chapter 8 : Kotak

10 hari kemudian....

“Sinar terang.... Bijiku.... Percaya diri.”

“Tak kusangka.... Hai, engkau.... Seorang waria.”

Jam digital di meja nakas langsung dibogem hancur oleh sosok pemuda yang sudah melek di atas ranjang. Dia baru saja bangun tidur setelah mendengar alarm lagu dari jam digital yang sempat ia setel.

Mata peraknya masih melek, bahkan lebih terlihat melotot ke arah plafon putih kamarnya.

“Alarmnya nyebelin.”

....

Sambil bersiul riang, Ardan yang baru saja selesai mandi dan berpakaian tengah bercermin di cermin lemari sambil mengacak-acak rambut jingganya. Dia begitu merasa keren dengan rompi jingga yang masih memperlihatkan bentuk otot-ototnya, atasan kaos, celana cargo, dan sepatu boots.

“Wih.... Siapa nih kakang yang paling ganteng ini?” ucapnya pede.

Ketika sibuk memuji dirinya sendiri, tatapannya beralih pada salah satu foto berbingkai kayu jati yang digantung di tembok. Foto tersebut memperlihatkan seorang pria dan seorang wanita tengah tersenyum sambil berpelukan dengan bahagia menghadap ke kamera.

Si wanita memiliki rambut hitam kriting dengan mata perak bulat yang indah dan berkulit putih. Sedangkan si pria berambut jingga berantakan dengan memakai ikat kepala, mata heterokrom kuning-perak dengan luka di salah satu bagian mata, dan memiliki warna kulit sawo matang.

“Ayah.... Ibu....”

Ardan makin mendekat ke arah foto itu, memperhatikannya lebih dalam lagi sambil memasukkan kedua tangan di saku celana.

Ya, mereka berdua adalah orang tua kandung Ardan. Sania Cordelia Wezz sebagai ibu, dan Astan Pradipta Cornell sebagai ayah. Keduanya sama-sama sudah tiada lama sekali. Sania meninggal tepat setelah melahirkan Ardan, sedangkan Astan dikabarkan mati di tengah medan perang.

Matanya kini lebih fokus memperhatikan sosok sang ayah. Selama ini, Astan sudah sangat berjasa menjadi orang tua tunggal di tengah-tengah kesibukannya yang saat itu bekerja sebagai salah satu anggota satuan militer. Alasan kuat Ardan bersekolah di Akademi Militer Antariksa juga karena termotivasi dengan perjuangan ayahnya di masa lalu yang dikenal sebagai sosok paling berjasa.

“Ayah.” Iseng-iseng Ardan bicara seakan-akan dia tengah menghadap ayahnya langsung. “Minggu ini aku ‘dah mulai masuk akademi lagi. Udah masuk tingkat dua.”

Ardan sempat menggigit bibirnya sebelum melanjutkan, “Maafkan aku, Yah. Kemarin, aku kelepasan menggunakan kekuatan Pengendalian Senjata. Ta-tapi, jangan cemas. Masih tidak ada yang tahu kekuatan asliku tersebut. Aku masih menyembunyikan kekuatan itu seperti yang kau pinta dulu.”

“Aku mengerti, kekuatan itu sangatlah berbahaya. Apalagi saat ini aku masih belum bisa mengendalikannya dengan baik, dan sumber dari kekuatannya sendiri juga terlalu kuat, sehingga sulit bagiku tuk menyempurnakannya. Aku berjanji padamu akan menyembunyikan kekuatan ini dengan baik dan menjaganya, Ayah. Dan selama di surga, aku mohon agar kau dan Ibu mendoakanku yang terbaik selama aku berjuang di dunia ini.”

Ardan menyunggingkan senyum bahagia. “Kau adalah ayah terbaikku, Ayah.”

Lalu pandangannya teralih pada sosok Sania, ibunya.

“Ibu, aku memang tidak pernah bertemu denganmu seumur hidupku. Tapi aku yakin, kau adalah ibu terbaik yang telah berjuang melahirkanku ke dunia yang indah ini hingga harus mempertaruhkan nyawa. Kuharap, kau bisa tenang di sana bersama Ayah juga. Beribu puji syukur kupanjatkan pada Tuhan karena telah memberikan orang tua terbaik untukku walau itu hanya sementara.”

Ardan sempat menunduk sedih, tapi ia kembali mengangkat wajahnya disertai senyuman khas yang selalu bisa membuat siapa pun akan ikut bahagia ketika melihatnya.

Ya, walau Ardan sudah kehilangan kedua orang tuanya. Tapi, dia tidak boleh berlarut dalam kesedihan. Dia akan berjuang menjadi prajurit hebat, membanggakan kedua orang tuanya yang sudah ada bersama Tuhan.

“Ardan...!”

Ardan menoleh ke arah pintu ketika mendengar ketukan disertai suara seorang wanita memanggilnya.

“Eh? Masuk, Bi.”

Pintu pun terbuka, menampakkan seorang wanita dewasa yang masih terlihat muda di usianya yang sudah tak muda lagi. Ditambah lagi dengan tubuh mungilnya yang hanya sebatas dada Ardan.

Wanita itu memiliki rambut hitam panjang bergradasi hijau, sepasang mata berwarna cokelat madu, dan memakai pakaian formal serba hitam. Ia juga membawa sebuah kota panjang di tangannya, berjalan masuk menghampiri Ardan.

Wanita itu bernama Arni Siragan, bibi Ardan yang selama ini telah merawatnya setelah kematian Astan. Bersama dengan suaminya, Arni merawat, mengasuh, dan membiayai keperluan dan pendidikan Ardan seperti anaknya sendiri.

Awalnya, Arni dan sang suami ingin mengadopsi Ardan sebagai putra angkat mereka, tapi Ardan hanya ingin menganggap keduanya sebagai bibi dan paman karena merasa siapa pun takkan bisa menggantikan posisi Astan dan Sania sebagai orang tuanya.

“Pagi, Ardan.” sapa Arni disertai senyuman.

“Pagi juga, Bibi Arni,” balas Ardan dengan senyum pula.

“Bagaimana persiapannya? Udah siap semua?”

Sesaat Ardan melihat tas ranselnya yang gembung sudah berada di atas ranjang. “Udah semuanya, Bi. Paling cuma ngecek-ngecek lagi, kali aja ada yang kelupaan dikemasi.”

Arni mengangguk, lalu kembali bertanya, “Hari ini udah langsung masuk aja, Dan? Bukannya mulai masuk akademi hari senin? Ini masih hari kamis, lho.”

Ardan mengacak rambut jingganya sesaat. “Aaa..... Temanku kemarin menghubungiku, dia minta aku ganti’in temannya yang enggak bisa hadir buat ngurus kegiatan orientasi besok.”

“Oh, iya.... Sama Rafa juga, ya? Nadia baru masuk akmil tahun ini, berarti kau dan Rafa yang ikutan ngurus masa orientasinya, kan?”

Ardan menjawab, “Tergantung kelompoknya, sih, Bi. Bisa aja nanti Nadia masuknya ke kelompok yang enggak aku atau pun Rafa urus. Soalnya, tadi belum sempat ngecek daftar kelompok orientasinya.”

Setelah ngobrol sebentar, Arni pun menyerahkan kotak yang ia bawa tadi kepada Ardan. Tentu saja pria itu bingung sekaligus penasaran dengan apa yang ada di dalam kotak tersebut dan untuk apa Arni menyerahkan kotak itu padanya.

“Ini apa, Bi?”

“Buka aja,” pinta Arni disertai senyum.

Ardan pun membuka kotak itu. Dia cukup terkejut dengan isi dari dalam kotak. Isinya berupa kain ikat kepala yang tidak asing ia lihat dan tabung yang ditutupi kain hitam.

Ardan hampir tidak bisa berkata-kata ketika melihat benda-benda itu. “A-anu, Bi.... Ini—.”

“Itu barang-barang peninggalan ayahmu. Aku baru menemukannya pas bongkar-bongkar gudang kemarin,” jawab Arni.

Ardan sungguh tak menyangka jika barang peninggalan Astan masih ada di sini, dan barang-barang itu pun terlihat masih bagus, terutama ikat kepala yang selalu menjadi barang ikonik milik ayahnya.

Arni pun mulai menjelaskan satu-persatu dua barang tersebut, dimulai dari ikat kepala cokelat kemerahan bermotif itu.

“Ini adalah ikat kepala yang selalu ayahmu gunakan sejak masih menjadi pemburu dulu. Kainnya terbuat dari bahan terbaik, jadi tetap awet sampai puluhan bahkan ratusan tahun lamanya.”

“Merupakan barang yang sangat wajib Ayah gunakan, bukan?”

Arni merespon dengan senyuman atas tebakan Ardan, “Tepat sekali.”

Kemudian, Arni mengambil benda terakhir, yaitu tabung yang ditutupi oleh kain hitam. Ardan sendiri penasaran dengan benda tersebut. Seumur-umur, dia tidak pernah tahu kalau ayahnya menyimpan benda misterius seperti itu.

Sebelum membuka kain yang menutupi badan tabung, Arni bertanya, “Kau ingat tentang cerita ayahmu yang mengalami ilusi dan kerasukan aneh saat menyusup ke sebuah kapal antariksa?”

Ardan kembali mengangguk. Ia ingat tentang cerita tersebut di mana sejak saat itu Astan berjuang demi membebaskan dirinya dari pengaruh ilusi yang dulu sempat dipengaruhi oleh semacam sistem atau apalah yang kurang dimengerti Ardan.

Beruntung zaman sekarang Sistem Kehidupan sudah dihapuskan.

“Nah, inilah penyebab utama ayahmu sering kali diganggu ilusi.”

Arni pun membuka kain hitam itu. Setelah dibuka, betapa kagetnya Ardan mengetahui isi dari tabung kaca tersebut.

...~*~*~*~...

Sumber Lirik : Fluxcup 🗿

Episodes
1 Chapter 1 : Remedial
2 Chapter 2 : Hama Goblin
3 Chapter 3 : Bawah Tanah
4 Chapter 4 : Monster Misterius
5 Chapter 5 : Kekuatan Asli
6 Chapter 6 : Tidak Tahu
7 Chapter 7 : Mainan
8 Chapter 8 : Kotak
9 Chapter 9 : Bayangan
10 Chapter 10 : Cerita Kenangan
11 Chapter 11 : Astan
12 Chapter 12 : Merindukan Masa Lalu
13 Chapter 13 : Sarapan Keluarga
14 Chapter 14 : Cita-cita Rian
15 Chapter 15 : Kegencet
16 Chapter 16 : Trauma Nadia
17 Chapter 17 : Selamat Datang
18 Chapter 18 : Teman Baru Teman Lama
19 Chapter 19 : Main Keroyokan
20 Chapter 20 : Dua Lawan Banyak
21 Chapter 21 : Pengendali Air
22 Chapter 22 : Sheena
23 Chapter 23 : Ardan Lupa
24 Chapter 24 : Tipe Cewek
25 Chapter 25 : Tipe Cowok
26 Chapter 26 : Persiapan Kegiatan
27 Chapter 27 : Kelompok 17
28 Chapter 28 : Militer Antariksa
29 Chapter 29 : Awal Perkenalan
30 Chapter 30 : PeDeKaTe
31 Chapter 31 : Gombal
32 Chapter 32 : Perdebatan Shujin
33 Chapter 33 : Ardan tak Peduli
34 Chapter 34 : Keliling Fasilitas Akademi
35 Chapter 35 : Muach
36 Chapter 36 : Pohon Bunuh Diri
37 Chapter 37 : Rencana Mengincar Bayang
38 Chapter 38 : Chat
39 Chapter 39 : Ardan Ge'er
40 Chapter 40 : Krisan Kepo
41 Chapter 41 : Keluarga Novan
42 Chapter 42 : Pengetesan?
43 Chapter 43 : Kelompok Junior Melawan Ardan
44 Chapter 44 : Kombo Trio WekaWeka
45 Chapter 45 : Jagoan Belakangan
46 Chapter 46 : Genre Novel
47 Chapter 47 : Mengejek
48 Chapter 48 : Pesona
49 Chapter 49 : Gagak
50 Chapter 50 : Banting-Membanting
51 Chapter 51 : Kasih Paham
52 Chapter 52 : Duel Cepat
53 Chapter 53 : Efek Negatif Jurus
54 Chapter 54 : Tetap Lanjut?
55 Chapter 55 : Sang Pengendali Darah dan Parasit
56 Chapter 56 : Teguran Rafa
57 Chapter 57 : Menggonggong
58 Chapter 58 : Bumerang
59 Chapter 59 : Kecurigaan Rafa dan Ardan
60 Chapter 60 : Serba Salah Bertindak
61 Chapter 61 : Kapten Zeon?
62 Chapter 62 : Sistem?
63 Chapter 63 : Sistem Agresif?
64 Chapter 64 : Menghapus Sistem dan Sejarah
65 Chapter 65 : Eksekusi
66 Chapter 66 : Girang tak Karuan
67 Chapter 67 : Hoaks dan Sabotase
68 Chapter 68 : Persiapan Pasangan
69 Chapter 69 : V-Idol dan Kedekatan Rafa
70 Chapter 70 : Pesta Penutupan
71 Chapter 71 : Ciuman yang Salah
72 Chapter 72 : Pertengkaran
73 Chapter 73 : Kutukan Sepatu Hak Tinggi
74 Chapter 74 : Binar Makanan
75 Chapter 75 : Hadiah Lomba
76 Chapter 76 : Berpasangan
77 Chapter 77 : Kekacauan Dansa
78 Chapter 78 : Juara Satu
79 Chapter 79 : Grim
80 Chapter 80 : Regan Kembali
81 Chapter 81 : Bintang
82 Chapter 82 : Keluarga yang Hilang
83 Salam Hangat dari Author
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Chapter 1 : Remedial
2
Chapter 2 : Hama Goblin
3
Chapter 3 : Bawah Tanah
4
Chapter 4 : Monster Misterius
5
Chapter 5 : Kekuatan Asli
6
Chapter 6 : Tidak Tahu
7
Chapter 7 : Mainan
8
Chapter 8 : Kotak
9
Chapter 9 : Bayangan
10
Chapter 10 : Cerita Kenangan
11
Chapter 11 : Astan
12
Chapter 12 : Merindukan Masa Lalu
13
Chapter 13 : Sarapan Keluarga
14
Chapter 14 : Cita-cita Rian
15
Chapter 15 : Kegencet
16
Chapter 16 : Trauma Nadia
17
Chapter 17 : Selamat Datang
18
Chapter 18 : Teman Baru Teman Lama
19
Chapter 19 : Main Keroyokan
20
Chapter 20 : Dua Lawan Banyak
21
Chapter 21 : Pengendali Air
22
Chapter 22 : Sheena
23
Chapter 23 : Ardan Lupa
24
Chapter 24 : Tipe Cewek
25
Chapter 25 : Tipe Cowok
26
Chapter 26 : Persiapan Kegiatan
27
Chapter 27 : Kelompok 17
28
Chapter 28 : Militer Antariksa
29
Chapter 29 : Awal Perkenalan
30
Chapter 30 : PeDeKaTe
31
Chapter 31 : Gombal
32
Chapter 32 : Perdebatan Shujin
33
Chapter 33 : Ardan tak Peduli
34
Chapter 34 : Keliling Fasilitas Akademi
35
Chapter 35 : Muach
36
Chapter 36 : Pohon Bunuh Diri
37
Chapter 37 : Rencana Mengincar Bayang
38
Chapter 38 : Chat
39
Chapter 39 : Ardan Ge'er
40
Chapter 40 : Krisan Kepo
41
Chapter 41 : Keluarga Novan
42
Chapter 42 : Pengetesan?
43
Chapter 43 : Kelompok Junior Melawan Ardan
44
Chapter 44 : Kombo Trio WekaWeka
45
Chapter 45 : Jagoan Belakangan
46
Chapter 46 : Genre Novel
47
Chapter 47 : Mengejek
48
Chapter 48 : Pesona
49
Chapter 49 : Gagak
50
Chapter 50 : Banting-Membanting
51
Chapter 51 : Kasih Paham
52
Chapter 52 : Duel Cepat
53
Chapter 53 : Efek Negatif Jurus
54
Chapter 54 : Tetap Lanjut?
55
Chapter 55 : Sang Pengendali Darah dan Parasit
56
Chapter 56 : Teguran Rafa
57
Chapter 57 : Menggonggong
58
Chapter 58 : Bumerang
59
Chapter 59 : Kecurigaan Rafa dan Ardan
60
Chapter 60 : Serba Salah Bertindak
61
Chapter 61 : Kapten Zeon?
62
Chapter 62 : Sistem?
63
Chapter 63 : Sistem Agresif?
64
Chapter 64 : Menghapus Sistem dan Sejarah
65
Chapter 65 : Eksekusi
66
Chapter 66 : Girang tak Karuan
67
Chapter 67 : Hoaks dan Sabotase
68
Chapter 68 : Persiapan Pasangan
69
Chapter 69 : V-Idol dan Kedekatan Rafa
70
Chapter 70 : Pesta Penutupan
71
Chapter 71 : Ciuman yang Salah
72
Chapter 72 : Pertengkaran
73
Chapter 73 : Kutukan Sepatu Hak Tinggi
74
Chapter 74 : Binar Makanan
75
Chapter 75 : Hadiah Lomba
76
Chapter 76 : Berpasangan
77
Chapter 77 : Kekacauan Dansa
78
Chapter 78 : Juara Satu
79
Chapter 79 : Grim
80
Chapter 80 : Regan Kembali
81
Chapter 81 : Bintang
82
Chapter 82 : Keluarga yang Hilang
83
Salam Hangat dari Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!