Chapter 11 : Astan

“Dia ingin bebas, dan dia tidak akan menyerah begitu saja.”

Bayang jadi ingat betapa sulitnya Astan bertarung dengan keadaannya sendiri. Ilusi dari sistem membuat Astan ribut dengan dirinya di masa lalu, serta munculnya kembali ingatan-ingatan Astan sejak kecil.

Dari semua ingatan lengkap itulah yang membuat Bayang tersadar akan sesuatu.

“Mulai dari situ, aku tanpa sengaja melihat semua ingatan Astan di masa lalu.”

“Semuanya?”

Bayang mengangguk pada Ardan. “Semuanya. Aku baru mengetahui kalau Astan dan orang tuanya berasal dari negara padang pasir. Saat dia masih kecil, wilayah negara mereka sedang diperebutkan, kedua orang tua Astan meninggal dalam perang. Dan mirisnya lagi, mereka meninggal dalam keadaan difitnah sebagai penghianat.”

Ardan terkejut mendengarnya. Selama ini, Astan tak pernah cerita seperti apa kakek-nenek Ardan dulu. Kalau masa lalunya bisa sepahit ini, pantas saja Astan enggan bicara.

Membicarakan tentang kematian tragis kedua orang tuanya di medan perang dalam keadaan difitnah hanya akan membuka lebar luka lama.

“Pamannya Astan yang membawa Astan ke pengungsian pun mati ditembak. Pada akhirnya, dibantu oleh yayasan setempat, Astan kecil diungsikan ke planet lain. Dia ditempatkan di sebuah panti asuhan. Di sanalah Astan bertemu dengan Bibimu Arni yang saat itu masih balita dan saudara kandungnya Suda. Awalnya Astan malu-malu, tapi pada akhirnya mereka berteman akrab.”

Bayang menunduk sambil menyeka setetes air mata yang keluar di pinggir mata satunya menggunakan lengan bayangan. Mengingat ingatan masa kecil Astan yang tak sengaja ia lihat membuatnya jadi semelankolis ini. Padahal Bayang bukan manusia, keberadaan hati dan perasaannya pun dipertanyakan.

“Suda dan Astan pernah bekerja serabutan di usia mereka yang masih kecil demi memenuhi kebutuhan hidup mereka yang semakin sulit, apalagi mereka juga perlu membeli segala kebutuhan buat Arni. Astan pernah mengasuh Arni saat Suda sakit, bahkan hampir koma gara-gara melindungi Arni dari sengatan listrik. Dia... sungguh menyayangi Arni seperti adiknya sendiri.”

“Astaga, Tuhan....”

Ardan benar-benar kehabisan kata-kata. Tak disangka masa kecil ayahnya dilewati dengan sangat sulit. Dimulai dari kehilangan keluarga pada masa perang, sampai hampir koma karena melindungi adik orang yang sudah ia anggap seperti saudari sendiri.

Berusaha menahan sedih, Bayang kembali bercerita, “Mereka terus bersahabat dengan baik sampai Astan memutuskan tuk masuk akmil dan mereka kembali dipertemukan setelah insiden kapal tersebut.”

“Dari ingatan itulah hati nuraniku muncul, Dan....” Bayang menggeleng. “Selama ini, aku sudah semakin membebani hidup Astan yang sudah lebih dulu kacau. Di saat semua orang mengeluh atas kampretnya kehidupan mereka, dia malah menghadapi kejamnya dunia dengan senyuman. Hanya orang sinting yang menganggapnya naif. Dia punya pemikiran yang sangat dewasa tentang cara menghadapi kerasnya kehidupan.”

“Dengan semua kekuatanku yang tersisa, aku berusaha mencegah terjadinya penghapusan ingatan pada diri Astan dan meretas sistem buatan. Pada akhirnya dia bebas. Dan hebatnya lagi, dia mendapatkan kekuatan yang sangat luar biasa,” jelas Bayang dengan penuh semangat.

“Kau tahu kekuatan apa itu, Ardan? Kekuatan Mengendalikan Energi Kosmik. Kekuatan itu mampu membuat Astan memanfaatkan energi yang ada di alam semesta untuk ia kendalikan, dia bisa membuat senjata dan makhluk-makhluk mistis menggunakan energi kosmik tersebut. Karena kekuatan itulah, dia berhasil kabur dari organisasi jahat yang mengincarnya.”

“Sejak saat itu, kami pun berteman baik dan berpetualang bersama. Banyak hal yang kami lewati selama berpetualang. Kadang aku suka melihatnya ikut berburu di dungeon bersama teman-temannya, membantu Astan melatih kekuatannya, dan masih banyak lagi!”

Ardan pun kembali bertanya karena merasa ada yang janggal, “Sejak Ayah mendapatkan kekuatan tersebut, apa dia masih menggunakan Sistem?”

“Masih,” jawab Bayang tanpa ragu. “Satu-satunya sumber kekuatan pada saat itu cuma dari Sistem Kehidupan. Jadi, dia terpaksa menggunakan Sistem tuk memperkuat kemampuannya.”

“Nah...! Singkat cerita, setelah ayahmu sudah sangat kuat, dia pun bertarung melawan pasukan pengguna sistem serta mengalahkan pencipta sistem itu sendiri hingga pada akhirnya Sistem Kehidupan berhasil dihapuskan.”

Mata Bayang sempat melirik ke arah jam digital di nakas. “Yaa.... Walau ceritaku terdengar enggak nyambung, tapi aku harus mempersingkat cerita karena sebentar lagi kau ‘kan bakal berangkat ke akademi.”

Ardan menghela nafas, “Haaah.... Kau benar. Pasti Bibi Arni dan yang lainnya sudah menunggu di ruang makan. Padahal, aku ingin sekali mendengar cerita lengkapnya petualanganmu dan Ayah di masa lalu.”

“Mungkin lain waktu, Nak. Saat kau sudah kembali nanti.”

Ardan mengangguk disertai senyuman. Tangannya mengambil ikat kepala milik mendiang sang ayah yang sempat diberikan Arni tadi dari dalam kotak. Ia pun beranjak dari tepi ranjang, melangkah ke depan cermin lemari.

Saat sudah sampai di depan cermin, dia menatap pantulan dirinya di sana. Sekilas ia memang mirip dengan ayahnya, Astan. Rambut jingga berantakan, tubuh tinggi atletis, dan berkulit agak sawo matang. Namun warna matanya berbeda dan tidak ada luka sama sekali di wajahnya seperti yang dimiliki Astan dulu.

Ardan sedikit menunduk, lalu mengikat kain ikat kepala di kepalanya. Setelah terpasang, ia kembali menatap pantulannya di cermin. Kini tingkat kepercayaan dirinya makin meningkat. Dia merasakan ada diri sang ayah di dekatnya, mengawasi dan selalu mendukung setiap langkahnya untuk terus maju.

“Oke, Ayah! Mulai sekarang, aku akan mengukir sejarah perjuanganku sendiri,” ucap Ardan percaya diri, lalu menoleh ke Bayang. “Bagaimana menurutmu, Bayang?”

Bayang langsung menciptakan jempol di tubuh lembeknya. “Sangat mengesankan! Aku yakin, suatu saat kau pasti bisa menjadi sehebat ayahmu.”

“Meh~. Aku tidak ingin menjadi seperti Ayah.”

“Eh?”

Bayang jadi bingung. Bukankah seorang anak akan sangat ingin menjadi ayahnya jika ia merupakan sosok yang hebat? Tak disangka, setelah mendengar cerita Bayang, bukannya termotivasi, Ardan malah enggan meniru kehebatan ayahnya sendiri.

Disertai seringai narsis, Ardan melanjutkan, “Aku akan menjadi diriku sendiri, dan harus melampaui kehebatan ayahku!”

Kemudian, Ardan kembali menghadap cermin, menunjuknya seakan-akan ia tengah berhadapan dengan si lawan bicara.

“Bukankah begitu, Ayah...? Camkan itu.”

Mata satu Bayang langsung berbinar kagum melihatnya. Ardan memang memiliki sifat barbar seperti Astan, tapi dia memiliki kepercayaan diri yang diturunkan dari ibunya, Sania. Perpaduan yang sangat sempurna bagi Bayang.

“Woah...! Kau menantang ayahmu sendiri, Ardan? Kau nakal,” usil Bayang.

Ardan mengibaskan rambut jingganya dengan dramatis. “Tapi ganteng. Unch.... Unch....”

“Hei, siapa yang ngajarin?” sewot Bayang.

“Kan aku banyak belajar darimu, Bung.” Lalu Ardan mengedipkan sebelah mata.

Keduanya sama-sama tertawa dengan candaan masing-masing. Rasanya tak menyangka, Ardan dan Bayang bisa seakrab ini dalam waktu singkat. Jiwa ekstrovert Ardan yang mampu membuat suasana yang awalnya canggung jadi secair ini. Padahal, Bayang tadi sempat takut dibuatnya.

“Oh, ya. Omong-omong....”

Setelah tertawa bersama, Ardan mengalihkan topik pembicaraan ketika teringat sesuatu.

“Soal kekuatan Ayah. Kemarin aku mengalahkan monster yang memiliki kekuatan persis seperti yang dimiliki Ayah.”

Tawa Bayang pun seketika berhenti saat mendengar perkataan Ardan. Kalau sudah berurusan dengan kekuatan Astan, dia harus serius menanggapinya.

...~*~*~*~...

Episodes
1 Chapter 1 : Remedial
2 Chapter 2 : Hama Goblin
3 Chapter 3 : Bawah Tanah
4 Chapter 4 : Monster Misterius
5 Chapter 5 : Kekuatan Asli
6 Chapter 6 : Tidak Tahu
7 Chapter 7 : Mainan
8 Chapter 8 : Kotak
9 Chapter 9 : Bayangan
10 Chapter 10 : Cerita Kenangan
11 Chapter 11 : Astan
12 Chapter 12 : Merindukan Masa Lalu
13 Chapter 13 : Sarapan Keluarga
14 Chapter 14 : Cita-cita Rian
15 Chapter 15 : Kegencet
16 Chapter 16 : Trauma Nadia
17 Chapter 17 : Selamat Datang
18 Chapter 18 : Teman Baru Teman Lama
19 Chapter 19 : Main Keroyokan
20 Chapter 20 : Dua Lawan Banyak
21 Chapter 21 : Pengendali Air
22 Chapter 22 : Sheena
23 Chapter 23 : Ardan Lupa
24 Chapter 24 : Tipe Cewek
25 Chapter 25 : Tipe Cowok
26 Chapter 26 : Persiapan Kegiatan
27 Chapter 27 : Kelompok 17
28 Chapter 28 : Militer Antariksa
29 Chapter 29 : Awal Perkenalan
30 Chapter 30 : PeDeKaTe
31 Chapter 31 : Gombal
32 Chapter 32 : Perdebatan Shujin
33 Chapter 33 : Ardan tak Peduli
34 Chapter 34 : Keliling Fasilitas Akademi
35 Chapter 35 : Muach
36 Chapter 36 : Pohon Bunuh Diri
37 Chapter 37 : Rencana Mengincar Bayang
38 Chapter 38 : Chat
39 Chapter 39 : Ardan Ge'er
40 Chapter 40 : Krisan Kepo
41 Chapter 41 : Keluarga Novan
42 Chapter 42 : Pengetesan?
43 Chapter 43 : Kelompok Junior Melawan Ardan
44 Chapter 44 : Kombo Trio WekaWeka
45 Chapter 45 : Jagoan Belakangan
46 Chapter 46 : Genre Novel
47 Chapter 47 : Mengejek
48 Chapter 48 : Pesona
49 Chapter 49 : Gagak
50 Chapter 50 : Banting-Membanting
51 Chapter 51 : Kasih Paham
52 Chapter 52 : Duel Cepat
53 Chapter 53 : Efek Negatif Jurus
54 Chapter 54 : Tetap Lanjut?
55 Chapter 55 : Sang Pengendali Darah dan Parasit
56 Chapter 56 : Teguran Rafa
57 Chapter 57 : Menggonggong
58 Chapter 58 : Bumerang
59 Chapter 59 : Kecurigaan Rafa dan Ardan
60 Chapter 60 : Serba Salah Bertindak
61 Chapter 61 : Kapten Zeon?
62 Chapter 62 : Sistem?
63 Chapter 63 : Sistem Agresif?
64 Chapter 64 : Menghapus Sistem dan Sejarah
65 Chapter 65 : Eksekusi
66 Chapter 66 : Girang tak Karuan
67 Chapter 67 : Hoaks dan Sabotase
68 Chapter 68 : Persiapan Pasangan
69 Chapter 69 : V-Idol dan Kedekatan Rafa
70 Chapter 70 : Pesta Penutupan
71 Chapter 71 : Ciuman yang Salah
72 Chapter 72 : Pertengkaran
73 Chapter 73 : Kutukan Sepatu Hak Tinggi
74 Chapter 74 : Binar Makanan
75 Chapter 75 : Hadiah Lomba
76 Chapter 76 : Berpasangan
77 Chapter 77 : Kekacauan Dansa
78 Chapter 78 : Juara Satu
79 Chapter 79 : Grim
80 Chapter 80 : Regan Kembali
81 Chapter 81 : Bintang
82 Chapter 82 : Keluarga yang Hilang
83 Salam Hangat dari Author
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Chapter 1 : Remedial
2
Chapter 2 : Hama Goblin
3
Chapter 3 : Bawah Tanah
4
Chapter 4 : Monster Misterius
5
Chapter 5 : Kekuatan Asli
6
Chapter 6 : Tidak Tahu
7
Chapter 7 : Mainan
8
Chapter 8 : Kotak
9
Chapter 9 : Bayangan
10
Chapter 10 : Cerita Kenangan
11
Chapter 11 : Astan
12
Chapter 12 : Merindukan Masa Lalu
13
Chapter 13 : Sarapan Keluarga
14
Chapter 14 : Cita-cita Rian
15
Chapter 15 : Kegencet
16
Chapter 16 : Trauma Nadia
17
Chapter 17 : Selamat Datang
18
Chapter 18 : Teman Baru Teman Lama
19
Chapter 19 : Main Keroyokan
20
Chapter 20 : Dua Lawan Banyak
21
Chapter 21 : Pengendali Air
22
Chapter 22 : Sheena
23
Chapter 23 : Ardan Lupa
24
Chapter 24 : Tipe Cewek
25
Chapter 25 : Tipe Cowok
26
Chapter 26 : Persiapan Kegiatan
27
Chapter 27 : Kelompok 17
28
Chapter 28 : Militer Antariksa
29
Chapter 29 : Awal Perkenalan
30
Chapter 30 : PeDeKaTe
31
Chapter 31 : Gombal
32
Chapter 32 : Perdebatan Shujin
33
Chapter 33 : Ardan tak Peduli
34
Chapter 34 : Keliling Fasilitas Akademi
35
Chapter 35 : Muach
36
Chapter 36 : Pohon Bunuh Diri
37
Chapter 37 : Rencana Mengincar Bayang
38
Chapter 38 : Chat
39
Chapter 39 : Ardan Ge'er
40
Chapter 40 : Krisan Kepo
41
Chapter 41 : Keluarga Novan
42
Chapter 42 : Pengetesan?
43
Chapter 43 : Kelompok Junior Melawan Ardan
44
Chapter 44 : Kombo Trio WekaWeka
45
Chapter 45 : Jagoan Belakangan
46
Chapter 46 : Genre Novel
47
Chapter 47 : Mengejek
48
Chapter 48 : Pesona
49
Chapter 49 : Gagak
50
Chapter 50 : Banting-Membanting
51
Chapter 51 : Kasih Paham
52
Chapter 52 : Duel Cepat
53
Chapter 53 : Efek Negatif Jurus
54
Chapter 54 : Tetap Lanjut?
55
Chapter 55 : Sang Pengendali Darah dan Parasit
56
Chapter 56 : Teguran Rafa
57
Chapter 57 : Menggonggong
58
Chapter 58 : Bumerang
59
Chapter 59 : Kecurigaan Rafa dan Ardan
60
Chapter 60 : Serba Salah Bertindak
61
Chapter 61 : Kapten Zeon?
62
Chapter 62 : Sistem?
63
Chapter 63 : Sistem Agresif?
64
Chapter 64 : Menghapus Sistem dan Sejarah
65
Chapter 65 : Eksekusi
66
Chapter 66 : Girang tak Karuan
67
Chapter 67 : Hoaks dan Sabotase
68
Chapter 68 : Persiapan Pasangan
69
Chapter 69 : V-Idol dan Kedekatan Rafa
70
Chapter 70 : Pesta Penutupan
71
Chapter 71 : Ciuman yang Salah
72
Chapter 72 : Pertengkaran
73
Chapter 73 : Kutukan Sepatu Hak Tinggi
74
Chapter 74 : Binar Makanan
75
Chapter 75 : Hadiah Lomba
76
Chapter 76 : Berpasangan
77
Chapter 77 : Kekacauan Dansa
78
Chapter 78 : Juara Satu
79
Chapter 79 : Grim
80
Chapter 80 : Regan Kembali
81
Chapter 81 : Bintang
82
Chapter 82 : Keluarga yang Hilang
83
Salam Hangat dari Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!