Chapter 5 : Kekuatan Asli

“Bagaimana bisa makhluk itu memiliki kekuatan ini?” desis Ardan. “Sudah dipastikan hanya satu orang yang sanggup menggunakannya. Tapi, kenapa makhluk itu...?”

Tekanan ilusi yang dihasilkan dari aura ilusi luar angkasa milik sang monster perlahan mulai mempengaruhi pikiran Ardan. Pria itu sedikit merasakan pusing, tapi dia masih bisa menahannya.

Gara-gara pengaruh ilusi ini, Ardan jadi teringat kata-kata ayahnya sewaktu ia masih kecil.

“Danu, ingat! Kelak jika kau sudah cukup pandai menggunakan kekuatan itu, tolong jangan sampai ada yang tahu.”

“Kenapa, Ayah?” tanya Ardan kecil yang saat itu masih polos dan tidak tahu apa-apa.

Ayahnya tersenyum simpul, “Sulit untuk mempercayai makhluk lain, Nak. Aku hanya tidak ingin kau terbebani oleh lebih banyak tanggung jawab. Jika kau sudah dewasa nanti, kau pasti akan mengerti maksudku.”

Ardan sadar akan ingatan itu. Dan karena itu pula ia jadi makin murka dengan si makhluk misterius.

“Sialan kau, Iblis.”

Ardan tahu jenis kekuatan seperti apa yang digunakan makhluk itu. Disebut sebagai Ilusi Kosmik, kekuatan yang dapat mempengaruhi pikiran berbagai jenis makhluk hidup.

Sambil berusaha melawan pengaruh Ilusi Kosmik, Ardan berusaha kembali mengaktifkan Kekuatan Kebangkitan. Namun bukan kekuatan pengendalian logam yang ia aktifkan, melainkan kekuatan yang sebenarnya.

Kekuatan yang selama ini berusaha ia sembunyikan karena amanat dari sang ayah.

Terbukti dari sirkuit-sirkuit elektrik yang muncul di wajah dan lehernya bukan lagi berwarna jingga, melainkan abu-abu.

“Kebangkitan Tingkat Lanjutan : Aktif.”

Setelah mengaktifkan Kekuatan Kebangkitan Tingkat Lanjut, berbagai macam benda yang terbuat dari bahan-bahan metal di sekitarnya melayang, mendekat ke sisi Ardan, mulai dari meja-kursi, komputer, mesin generator, hingga tembok metal.

Semua benda metal itu otomatis bertransformasi, membentuk lima buah senjata tembak canggih yang belum pernah sama sekali diciptakan oleh siapa pun. Kelima senjata itu merupakan pelontar plasma berkekuatan cukup tinggi yang kini tengah melayang membentuk lingkaran di depan Ardan.

Tak tanggung-tanggung Ardan langsung menciptakan lima senjata sekaligus saking kesalnya ia dengan monster tersebut. Jika saja bukan karena kekuatan dari monster itu, dia takkan mau menggunakan kekuatan sejatinya.

“Kau berusaha memanfaatkan energi kosmik untuk membentuk pengaruh ilusi....”

Dengan gerakan satu tangan, Ardan mulai mengendalikan kelima pelontar plasma.

“Maka aku akan langsung melenyapkanmu hingga tak ada tempat lagi untuk ditempati oleh jiwamu, bahkan di dimensi lain sekali pun!”

Sirkuit-sirkuit berwarna merah dari motif senjata pelontar menyala. Pada masing-masing moncong senjata terkumpullah banyak partikel membentuk gumpalan cahaya putih kehijauan yang bersiap disemburkan.

“Pelontar Plasma Penghancur.”

Di depannya muncul lingkaran hologram menyerupai lingkaran sihir, tapi yang ini disertai rumus pemrograman.

“Tembak!”

Kelima pelontar plasma menembakkan cahaya berwarna putih kemerahan menembus lingkaran hologram, membentuk satu semburan plasma masif yang ditembak langsung mengenai tubuh sang monster. Bahkan cahaya plasma itu sempat terlontar ke luar bawah tanah, mencapai langit hingga menembus awan.

Akibat serangan besar itu, terjadi ledakan besar di sana, membuat jalanan dekat desa tersebut hancur seketika dan menciptakan kepulan asap yang sangat tebal.

...~*~*~*~...

Di posisi lain, tepatnya masih di wilayah desa, Damar dan Regan berhasil memusnahkan semua goblin tanpa sisa. Namun, mereka baru sadar kalau Ardan saat ini tidak berada di dalam desa.

Menggunakan alat komunikasi di telinganya, Damar yang baru saja keluar dari gang bertanya pada Regan, “Regan, kau melihat Ardan tadi? Aku coba hubungi juga, tapi enggak bisa.”

Regan yang masih berada di puncak bangunan menjawab, “Tidak. Kukira dia ada di dekat posisimu. Soalnya, sempat aku lempar tadi pakai balok es gara-gara ngeganggu.”

Damar mendengkus jengkel sambil menggosok kasar dahinya. “Kok kau lempar entu anak? Kalau dia nyasar, gimana?”

Regan mulai membenahi senjatanya. “Enggak mungkin ‘lah dia nyasar. Kau kira Ardan bocah balita yang suka nangis ditinggal emaknya pergi 5 menit?”

Damar berdecak, “Ck. Kau tau sendiri, Ardan itu badannya doang yang gede, otak malah gagal masa pertumbuhan.”

Komunikasi mereka terputus sementara saat melihat ada cahaya besar menembus langit disertai ledakan di jarak yang agak jauh dari posisi mereka sekarang. Damar yakin bukan dia saja yang melihatnya, Regan dan guru mereka Durna pasti menyadari ledakan dahsyat tersebut.

“Gan, kau melihatnya tadi?”

“Pa’an? Kembang api di siang bolong tadi?”

Damar makin jengkel dengan candaan Regan, “Ish! Ledakan tadi, lah! Entu cahaya kelihatan lebih mirip tembakan meriam plasma ketimbang kembang api. Jauh ‘kali lawakanmu itu.”

“Bener juga, sih.” Nada bicara Regan mulai terdengar cemas. “Jangan-jangan, ada serangan orang luar di luar perkiraan kita.”

“Entahlah. Mending kita samperin aja. Komandan pasti juga bakal ke sana. Siapa tahu si Ardan juga ada di sono.”

Setelah komunikasi diputus, Damar pun meraih skyboard yang menempel di tempelan magnet bagian sabuk belakangnya, kemudian terbang menuju lokasi menggunakan papan terbang tersebut disusul Regan juga.

....

Di helikopter sendiri, Durna juga melihat semburan cahaya disertai ledakan di lokasi Ardan jatuh saat terpental akibat balok es Regan. Dia jadi khawatir dengan keadaan muridnya itu sekaligus penasaran dengan apa yang terjadi di sana.

“Ardan sempat terlempar ke lokasi ledakan tadi ‘kan sebelum ledakan itu terjadi?” tanya Durna saat menengok lewat pintu helikopter yang masih terbuka.

“Betul, Pak,” jawab si pilot.

“Terbangkan helikopternya ke lokasi tersebut.”

“Siap, Pak.”

Sesuai perintah sang kolonel, helikopter pun diterbangkan menuju lokasi ledakan terjadi.

...~*~*~*~...

Ruang bawah tanah kini rata oleh tanah, kepulan asap bekas ledakan pun masih tersisa cukup tebal dan sedikit demi sedikit mulai lenyap ditiup angin.

Sosok Ardan baru saja keluar dari reruntuhan, menyingkirkan beberapa bongkahan tanah yang menghalanginya, lalu berjalan sambil memperhatikan keadaan sekitar.

Ketika kepulan asap sudah makin berkurang, senjata-senjata yang diciptakan Ardan sudah hancur menjadi bongkahan-bongkahan logam biasa, ruang bawah tanah juga sudah hancur terkubur oleh tanah. Dan lebih mengejutkan lagi ialah nasib akhir dari makhluk misterius tadi.

Sosok makhluk itu sudah tak tampak, hanya menyisakan flek hitam besar di titik lokasi terakhir ia berada.

Rupanya, makhluk itu lenyap seketika hanya dalam satu tembakan dari kelima senjata Ardan sekaligus.

“Dih, langsung hilang. Udah enggak ada wujudnya lagi,” ucap Ardan agak tercengang dengan flek yang ia lihat.

Ia juga mendongak ke atas, melihat awan besar di langit sana menyisakan bolong yang sangat besar karena semburan sinar plasma tadi terlalu kuat.

“Aish....” Ardan menunduk sambil memijit pelipisnya. "Kayak kelihatan enggak ada logis-logisnya."

Kekuatan aslinya yang satu ini memang masih susah dikendalikan. Sekali digunakan pasti kerusakan yang dihasilkan akan sangat fatal. Ditambah lagi ia menggunakan kekuatan tersebut dalam keadaan emosi.

Kalau sudah begini, Ardan jadi cemas jika sampai kekuatan aslinya diketahui oleh teman-temannya dan juga sang guru.

“Duh.... Seharusnya, aku enggak boleh kebawa emosi tadi.” Ardan kembali mendongak, melihat keadaan langit. “Drone pengawas enggak nyampe sini, kan? Bisa ‘lah aku bo’ong soal ini.”

“Dan!”

“Ardan!”

Saat pusing mau cari alasan seperti apa tuk berbohong, Damar dan Regan sudah datang dengan mengendarai skyboard masing-masing. Keduanya langsung melompat dari skyboard, dan ketika papan itu mereka tangkap, mereka langsung menempelkannya di tempelan magnet pada sabuk belakang tubuh mereka.

“Kau tidak apa-apa?” tanya Damar cemas.

“Tadi kami sempat melihat ledakan besar sekali, asalnya dari sini,” kata Regan juga.

“Ooo.... Emm.... Itu....”

Dalam kebingungan Ardan hendak menjawab apa, helikopter Durna kini sudah sampai di atas mereka. Terlihat sosok Durna terjun dari helikopter dan mendarat dengan baik di depan Ardan.

Jangan heran ketika seorang prajurit sengaja terjun dari helikopter tanpa pengaman apa pun dengan ketinggian yang cukup tinggi. Mereka sudah terbiasa dilatih keras.

Tanpa basa-basi, Durna langsung bertanya, “Ardan, apa yang terjadi di sini?”

Kalau dilihat dari ekspresi Durna yang kebingungan, Ardan tebak, sepertinya drone pengawas yang sering digunakan untuk mengawasi tes praktik para Taruna-Taruni tidak terbang mengawasi area sini.

Itu berarti, sang guru benar-benar tidak mengetahui apa yang terjadi. Ardan masih punya peluang tuk berbohong dan tetap menyembunyikan rahasia tentang kekuatan aslinya.

Ardan menggeleng atas pertanyaan Durna, “Saya tidak tahu.”

...~*~*~*~...

Episodes
1 Chapter 1 : Remedial
2 Chapter 2 : Hama Goblin
3 Chapter 3 : Bawah Tanah
4 Chapter 4 : Monster Misterius
5 Chapter 5 : Kekuatan Asli
6 Chapter 6 : Tidak Tahu
7 Chapter 7 : Mainan
8 Chapter 8 : Kotak
9 Chapter 9 : Bayangan
10 Chapter 10 : Cerita Kenangan
11 Chapter 11 : Astan
12 Chapter 12 : Merindukan Masa Lalu
13 Chapter 13 : Sarapan Keluarga
14 Chapter 14 : Cita-cita Rian
15 Chapter 15 : Kegencet
16 Chapter 16 : Trauma Nadia
17 Chapter 17 : Selamat Datang
18 Chapter 18 : Teman Baru Teman Lama
19 Chapter 19 : Main Keroyokan
20 Chapter 20 : Dua Lawan Banyak
21 Chapter 21 : Pengendali Air
22 Chapter 22 : Sheena
23 Chapter 23 : Ardan Lupa
24 Chapter 24 : Tipe Cewek
25 Chapter 25 : Tipe Cowok
26 Chapter 26 : Persiapan Kegiatan
27 Chapter 27 : Kelompok 17
28 Chapter 28 : Militer Antariksa
29 Chapter 29 : Awal Perkenalan
30 Chapter 30 : PeDeKaTe
31 Chapter 31 : Gombal
32 Chapter 32 : Perdebatan Shujin
33 Chapter 33 : Ardan tak Peduli
34 Chapter 34 : Keliling Fasilitas Akademi
35 Chapter 35 : Muach
36 Chapter 36 : Pohon Bunuh Diri
37 Chapter 37 : Rencana Mengincar Bayang
38 Chapter 38 : Chat
39 Chapter 39 : Ardan Ge'er
40 Chapter 40 : Krisan Kepo
41 Chapter 41 : Keluarga Novan
42 Chapter 42 : Pengetesan?
43 Chapter 43 : Kelompok Junior Melawan Ardan
44 Chapter 44 : Kombo Trio WekaWeka
45 Chapter 45 : Jagoan Belakangan
46 Chapter 46 : Genre Novel
47 Chapter 47 : Mengejek
48 Chapter 48 : Pesona
49 Chapter 49 : Gagak
50 Chapter 50 : Banting-Membanting
51 Chapter 51 : Kasih Paham
52 Chapter 52 : Duel Cepat
53 Chapter 53 : Efek Negatif Jurus
54 Chapter 54 : Tetap Lanjut?
55 Chapter 55 : Sang Pengendali Darah dan Parasit
56 Chapter 56 : Teguran Rafa
57 Chapter 57 : Menggonggong
58 Chapter 58 : Bumerang
59 Chapter 59 : Kecurigaan Rafa dan Ardan
60 Chapter 60 : Serba Salah Bertindak
61 Chapter 61 : Kapten Zeon?
62 Chapter 62 : Sistem?
63 Chapter 63 : Sistem Agresif?
64 Chapter 64 : Menghapus Sistem dan Sejarah
65 Chapter 65 : Eksekusi
66 Chapter 66 : Girang tak Karuan
67 Chapter 67 : Hoaks dan Sabotase
68 Chapter 68 : Persiapan Pasangan
69 Chapter 69 : V-Idol dan Kedekatan Rafa
70 Chapter 70 : Pesta Penutupan
71 Chapter 71 : Ciuman yang Salah
72 Chapter 72 : Pertengkaran
73 Chapter 73 : Kutukan Sepatu Hak Tinggi
74 Chapter 74 : Binar Makanan
75 Chapter 75 : Hadiah Lomba
76 Chapter 76 : Berpasangan
77 Chapter 77 : Kekacauan Dansa
78 Chapter 78 : Juara Satu
79 Chapter 79 : Grim
80 Chapter 80 : Regan Kembali
81 Chapter 81 : Bintang
82 Chapter 82 : Keluarga yang Hilang
83 Salam Hangat dari Author
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Chapter 1 : Remedial
2
Chapter 2 : Hama Goblin
3
Chapter 3 : Bawah Tanah
4
Chapter 4 : Monster Misterius
5
Chapter 5 : Kekuatan Asli
6
Chapter 6 : Tidak Tahu
7
Chapter 7 : Mainan
8
Chapter 8 : Kotak
9
Chapter 9 : Bayangan
10
Chapter 10 : Cerita Kenangan
11
Chapter 11 : Astan
12
Chapter 12 : Merindukan Masa Lalu
13
Chapter 13 : Sarapan Keluarga
14
Chapter 14 : Cita-cita Rian
15
Chapter 15 : Kegencet
16
Chapter 16 : Trauma Nadia
17
Chapter 17 : Selamat Datang
18
Chapter 18 : Teman Baru Teman Lama
19
Chapter 19 : Main Keroyokan
20
Chapter 20 : Dua Lawan Banyak
21
Chapter 21 : Pengendali Air
22
Chapter 22 : Sheena
23
Chapter 23 : Ardan Lupa
24
Chapter 24 : Tipe Cewek
25
Chapter 25 : Tipe Cowok
26
Chapter 26 : Persiapan Kegiatan
27
Chapter 27 : Kelompok 17
28
Chapter 28 : Militer Antariksa
29
Chapter 29 : Awal Perkenalan
30
Chapter 30 : PeDeKaTe
31
Chapter 31 : Gombal
32
Chapter 32 : Perdebatan Shujin
33
Chapter 33 : Ardan tak Peduli
34
Chapter 34 : Keliling Fasilitas Akademi
35
Chapter 35 : Muach
36
Chapter 36 : Pohon Bunuh Diri
37
Chapter 37 : Rencana Mengincar Bayang
38
Chapter 38 : Chat
39
Chapter 39 : Ardan Ge'er
40
Chapter 40 : Krisan Kepo
41
Chapter 41 : Keluarga Novan
42
Chapter 42 : Pengetesan?
43
Chapter 43 : Kelompok Junior Melawan Ardan
44
Chapter 44 : Kombo Trio WekaWeka
45
Chapter 45 : Jagoan Belakangan
46
Chapter 46 : Genre Novel
47
Chapter 47 : Mengejek
48
Chapter 48 : Pesona
49
Chapter 49 : Gagak
50
Chapter 50 : Banting-Membanting
51
Chapter 51 : Kasih Paham
52
Chapter 52 : Duel Cepat
53
Chapter 53 : Efek Negatif Jurus
54
Chapter 54 : Tetap Lanjut?
55
Chapter 55 : Sang Pengendali Darah dan Parasit
56
Chapter 56 : Teguran Rafa
57
Chapter 57 : Menggonggong
58
Chapter 58 : Bumerang
59
Chapter 59 : Kecurigaan Rafa dan Ardan
60
Chapter 60 : Serba Salah Bertindak
61
Chapter 61 : Kapten Zeon?
62
Chapter 62 : Sistem?
63
Chapter 63 : Sistem Agresif?
64
Chapter 64 : Menghapus Sistem dan Sejarah
65
Chapter 65 : Eksekusi
66
Chapter 66 : Girang tak Karuan
67
Chapter 67 : Hoaks dan Sabotase
68
Chapter 68 : Persiapan Pasangan
69
Chapter 69 : V-Idol dan Kedekatan Rafa
70
Chapter 70 : Pesta Penutupan
71
Chapter 71 : Ciuman yang Salah
72
Chapter 72 : Pertengkaran
73
Chapter 73 : Kutukan Sepatu Hak Tinggi
74
Chapter 74 : Binar Makanan
75
Chapter 75 : Hadiah Lomba
76
Chapter 76 : Berpasangan
77
Chapter 77 : Kekacauan Dansa
78
Chapter 78 : Juara Satu
79
Chapter 79 : Grim
80
Chapter 80 : Regan Kembali
81
Chapter 81 : Bintang
82
Chapter 82 : Keluarga yang Hilang
83
Salam Hangat dari Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!