Di tengah kesunyian dan remang-remang ruang bawah tanah, kedua makhluk beda ras itu saling berhadapan pada jarak yang cukup jauh. Makhluk asing tadi mulai mengambil posisi kuda-kuda siap bertarung melawan Ardan.
“Baru aja nongol, ‘dah ngerti aja cara bertarung.”
Ardan mulai meraba-raba belakangnya, hendak meraih senapan serbu yang tadi ia gunakan. Namun, ia baru sadar kalau senapannya sudah hilang entah kemana.
“Lah, hilang?” Ardan bingung. “Ish! Pasti mental gara-gara dilempar balok es Regan tadi. Emang teman 'angke si albino itu. Tapi, salahku sendiri, sih, gangguin dia mulu.”
Pada akhirnya, Ardan cuma bisa mengandalkan belati yang tersimpan di sarung paha sebelah kanan, lalu ikut mengambil posisi kuda-kuda siap bertarung menggunakan belati bergerigi tersebut.
Sebuah tantangan tersendiri ketika harus melawan makhluk asing yang masih belum diketahui kemampuan bertarungnya hanya menggunakan belati. Namun, mau bagaimana lagi? Ardan harus melawan, kalau bisa memusnahkannya, karena makhluk itu mungkin akan menjadi ancaman bagi orang lain jika dibiarkan berkeliaran.
Keduanya sama-sama dalam posisi siap sampai makhluk itu yang mulai menyerang dulu. Si makhluk langsung melesat dengan satu mata pedang di pergelangan tangan, siap menebas.
Ketika makhluk itu sudah makin dekat di depannya, dengan sigap Ardan membelokan serangan mata pedang tulang menggunakan belati, meraih bahu sang monster, kemudian langsung dibanting hingga tanah yang mereka pijaki retak.
Ardan mengangkat satu kaki hendak menginjak kepala monster, tapi reflek makhluk itu mengarahkan satu pedangnya, hendak menebas kaki Ardan. Beruntung Ardan segera menyingkir, dan serangan tersebut hanya sempat merobek celana bagian paha dalamnya.
Sang prajurit segera melompat menjauh. Ketika mendarat, ia sempat mengecek celana bagian paha dalamnya sudah sobek.
“Sialan…. Hampir aja bijiku kena tebas,” ucap Ardan ngasal.
Makhluk itu segera bangkit, kembali melesat memberi serangan yang lebih cepat. Dengan lincah Ardan menangkis, menepis, dan berusaha menyerang balik menggunakan belati. Sesekali ia putar-putar belati tersebut saat menepis serangan musuh.
Namun, untuk serangan dari Ardan sendiri tidak memberi efek luka pada sang monster karena serangan yang dilancarkan Ardan hanya menggunakan belati sekecil itu, ditambah lagi kulit pucat dan bagian-bagian tulang yang mencuat keluar dari tubuh sang monster cukup kokoh untuk dilukai oleh sayatan belati.
Makhluk itu kembali mengayunkan kedua pedangnya bersamaan, reflek Ardan bersalto ke belakang beberapa kali untuk menghindar dan menjaga jarak sementara.
Sesaat Ardan memperhatikan belatinya yang masih di tangan. “Belati segini aja kagak bakal mempan.”
Lagi-lagi makhluk itu berlari menghampirinya. Namun sebelum makhluk tersebut semakin dekat, Ardan sempat memutar belati kembali, kemudian ia lemparkan tepat mengenai bola mata kanan sang monster, membuat lubang mata makhluk itu berdarah.
“Heaaaargh….!!!”
Kini giliran Ardan yang melesat dengan posisi dua kaki ke depan. Dia tendang wajah makhluk itu menggunakan kedua kakinya, sehingga pisau yang menancap di bola mata kanan si monster semakin menusuk ke dalam sampai menembus bagian belakang kepala.
Monster itu jatuh telentang akibat tendangan Ardan tadi, sedangkan Ardan mendarat dengan baik di samping kepalanya. Ketika berbalik, tak disangka kedua tangan makhluk itu meraih kaki Ardan. Dalam keadaan telentang begitu, makhluk tersebut langsung melemparkan tubuh Ardan sejauh mungkin.
Namun, reflek tubuh sang Taruna sangatlah bagus. Ketika melesat akibat dilempar, Ardan langsung berputar di udara dan mendarat dengan baik di tanah hingga membuat debu-debu tanah berterbangan di sekitar kaki bersepatu boots itu.
Di posisi tersebut, Ardan memperhatikan pergerakan sang monster selanjutnya. Makhluk itu tampak terhuyung berusaha bangkit. Sebagian wajahnya sudah hancur dengan bekas belati masih menancap di lubang mata.
Melihat keadaan sang monster membuat Ardan meringis sendiri. Tak ia sangka kalau serangannya bisa sebrutal itu, padahal Ardan belum menggunakan Kekuatan Kebangkitan.
Lalu, kenapa Ardan tidak menggunakan kekuatannya sejak awal ketika senjatanya sudah hilang, malah memilih menggunakan belati?
Jawabanya sederhana. Ardan suka tantangan. Dia hanya akan menggunakan Kekuataan Kebangkitan jika dalam keadaan terdesak.
“Dih. Masih bisa bangkit, rupanya,” ringis Ardan.
Setelah monster itu kembali berdiri, kini muncul beberapa sulur daging dari bagian belakang ke bahunya. Sulur-sulur itu saling merajut membentuk senjata tembak dengan empat lubang meriam.
Tentu Ardan tahu senjata macam apa yang dibentuk dari bagian tubuh monster itu.
“Ya, Tuhan…. Jangan bilang kalau—.”
Belum sempat selesai mengeluh, monster itu langsung menembakan beberapa bola meriam yang terbentuk dari organ-organ tubuhnya sendiri.
Ardan pun berusaha menghindari serangan dan ledakan-ledakan yang dihasilkan. Akibat ledakan beruntun itu membuat ruang bawah tanah bergetar dan permukaan jalan di atas mereka mulai roboh, menjatuhkan beberapa bongkahan aspal dan tanah.
Nasib Ardan benar-benar apes. Sudah ditembak beberapa kali, ia juga harus berusaha menghindari bongkahan-bongkahan jalanan di atas yang berjatuhan.
Dengan lincah Ardan menghindari tembakan dari segala arah. Dan ketika ada bagian besar tanah jatuh dari atas, langsung ia hancurkan hanya dengan satu pergelangan tangannya yang kekar.
Beruntung Ardan mengikuti ekstrakurikuler Ilmu Kebal di akademi, di mana para Taruna dan Taruni yang mengikuti ekstrakurikuler ini dapat melatih ketahanan mereka di tingkat yang jauh lebih tinggi, sehingga mereka bisa kebal terhadap berbagai serangan tanpa harus memakai zirah atau rompi pertahanan. Seperti tahan pada sayatan/sabetan, pukulan keras, hingga tahan terhadap tembakan pada jenis peluru-peluru ringan.
Puing-puing semakin banyak berjatuhan dan hampir saja berhasil menimpa tubuh Ardan. Tembakan bola-bola meriam dari tubuh monster juga terhenti, membuat senjata pelontar yang ada di kedua bahunya terbongkar, sulur-sulur yang membentuk senjata pun kini berubah menjadi tentakel-tentakel daging yang bergerak-gerak tak karuan di belakang.
Setelah dirasa serangan sudah berakhir dan beberapa bongkah jalanan atas berhenti berjatuhan, Ardan pun bangkit, melemparkan segala bongkahan tanah besar yang menghalangi jalannya hanya dengan satu tangan. Ekspresi wajah Ardan tampak mulai jengkel atas tindakan makhluk misterius itu.
“Baiklah, Bung…! Kau benar-benar membuatku muak!”
Menyadari Ardan masih hidup, sang monster kembali melesat dengan dua pedang tangan siap menebas.
Karena sudah dalam keadaan terdesak dan tidak memiliki senjata apapun di tangan, terpaksa Ardan menggunakan Kebangkitan. Sirkuit elektrik berwarna jingga muncul di sekitar wajahnya selama beberapa detik, pertanda Kebangkitan mulai diaktifkan.
“Pemukul Besi!”
Satu pemukul besi muncul di tangan, langsung Ardan pukulkan tepat mengenai wajah monster saat hampir mencapai dirinya.
Monster itu langsung terpental sampai membentur keras tembok di ujung ruangan, membuat daging dan darah dari wajahnya berhamburan ke tanah saking kerasnya Ardan memukul sang monster.
Walau sudah kena serangan sefatal itu, si monster masih bisa bangkit dengan tubuh agak sempoyongan. Masker respirator yang menyatu dengan daging wajah itu hancur, begitu juga dengan mulutnya.
Yang membuat Ardan kaget dan jijik adalah ketika melihat cairan asam berwarna hijau menyembur deras dari mulut sang monster yang telah hancur. Ketika menyembur ke bawah, cairan tersebut tampak melelehkan tanah di depannya.
“I-itu…. Ish! Apa-apaan ini?!”
Ardan makin kaget ketika menyadari pemukul besinya sudah meleleh dan tinggal setengah bagian lagi karena terkena cairan asam. Sepertinya, cairan itu sempat dimuntahkan akibat pukulan keras Ardan tadi.
Karena sudah tidak bisa digunakan lagi, Ardan pun melenyapkan pemukul besinya menjadi debu.
“Kita lihat. Serangan kampret macam apa lagi yang akan kau keluarkan dalam keadaan sekarat begitu.”
Seperti yang Ardan duga, makhluk itu kembali berusaha melancarkan serangan berikutnya. Kali ini ia membungkuk, membiarkan tentakel-tentakelnya saling menggulung membentuk kuncup daging berurat. Kuncup itu seketika terbuka, mengeluarkan aura aneh yang cukup familiar di mata Ardan.
Aura tersebut terlihat mirip seperti pemandangan luar angkasa, berwarna hitam kebiruan dihiasi debu-debu berwarna serupa Nebula disertai gemerlap taburan bintang-bintang.
Aura tersebut seketika menyebar ke seluruh ruang bawah tanah, di sekitar posisi Ardan.
Dari tekanan aura dan efek yang ia terima, Ardan sungguh tak asing lagi dengan jenis kekuatan ini. Kekuatan tersebut hanya pernah dimiliki satu orang, dan orang itu adalah sosok yang paling ia hormati.
Bagaimana kekuatan tersebut bisa ada pada monster menjijikan itu?
“Kau….”
Kedua tangan Ardan terkepal erat akibat emosi. Ia tak terima jika kekuatan itu bisa digunakan oleh seekor makhluk misterius.
“Bagaimana bisa kau memiliki kekuatan itu?!”
...~*~*~*~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Darien Gap
adegan actionnya pun keren/Good/
2024-04-27
0
Darien Gap
wah era futuristik pun punya ilmu kebal/Good/
2024-04-27
0
Darien Gap
tamat sudah kl kena../Smirk/
2024-04-27
0